29 Nov 2012

Puskesmas Majasari Bertekad Pertahankan Citra Pelayanan Prima


WALAU  baru lima tahun berdiri, saat ini kinerja Puskesmas Majasari patut diapresiasi. Betapa tidak, dari tahun ke tahun salah satu unit pelayanan publik bidang kesehatan di Kabupaten Pandeglang ini terus memperoleh pencitraan positif baik dari pemerintah maupun masyarakat.
Bahkan, karena standar kualitas pelayanannya dinilai baik, Puskesmas Majasari telah mendapat penghargaan prestasi dalam peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik tingkat nasional.
Hal itu semua dapat terwujud karena adanya kemauan dan kekompakan seluruh jajaran pegawai di Puskesmas Majasari, termasuk dukungan lintas sektor dan masyarakat setempat.
Menurut Kepala Puskesmas Majasari, Hj. Mei Wijaya, SKM, MARS kiatnya adalah adanya kemauan dan kebersamaan seluruh staf puskesmas yang diwujudkan dengan mengusung visi bersama untuk menjadikan Majasari sebagai puskesmas unggulan. “Langkah menentukan visi bersama ini telah kami sepakati sejak berdiri Puskesmas Majasari, dan semua kompak untuk mengarah kepada visi dan misi yang kita rumuskan bersama,” kata Hj. Mei Wijaya disela-sela mendampingi kunjungan tim penilai Darma Wanita Persatuan (DWP) Banten dalam rangka penilaian lomba penyulaman tanaman dan kebersihan lingkungan, di Puskesmas Majasari, Rabu (28/11) kemarin.
Karenanya, dengan prestasi yang telah diperoleh dengan kerja keras, dia bersama jajarannya bertekad mempertahankan kualitas pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya sesuai dengan predikat yang disandang Puskesmas Majasari sejak tahun 2010 sebagai salah satu unit pelayanan publik pemegang Citra Pelayanan Prima dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) dan Reformasi Birokrasi.
”Dengan prestasi yang ada sekarang ini, kami bersyukur bisa mengemban amanah selama lima tahun terakhir untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Saya juga harapkan terus dukungan lintas sektor dan masyarakat menjaga kekompakkan yang sudah terjalin selama ini,” ujarnya.
Kadinkes Pandeglang H. Iskandar mengakui sejak berdiri pada 2007, Puskesmas Majasari sarat dengan berbagai prestasi, terutama dibidang pelayanan publik. “Saya bangga dengan kinerja staf Puskesmas Majasari karena telah menjaga prestasi sebagai salah satu unit pelayanan publik terbaik baik tingkat provinsi maupun nasional,” kata Iskandar.
Iskandar berharap, Puskesmas Majasari menjadi contoh positif bagi lingkungan dan masyarakat sekitar dalam hal pengembangan Toga dan kebersihan lingkungan. Sementara pelayanan prima yang diterapkan Puskesmas Majasari, menurutnya juga patut ditiru karena terbukti mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih bermutu ditingkat kecamatan. (mr.adesetiawan@gmail.com)***

Kiat Mewujudkan Puskesmas Unggulan

Kunjungan tim penilai lomba penyulaman tanaman dan kebersihan lingkungan tingkat provinsi di Puskesmas Majasari, Pandeglang Rabu (28/11)

SEJAK berdiri lima tahun lalu, kini Puskesmas Majasari patut dibanggakan. Betapa tidak, dari tahun ke tahun salah satu unit pelayanan publik bidang kesehatan di Kabupaten Pandeglang ini terus memperoleh pencitraan positif dari masyarakat.
Bahkan, karena standar kualitas pelayanannya dinilai baik, Puskesmas Majasari telah mendapat penghargaan prestasi dalam peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik tingkat nasional.
Hal itu semua dapat terwujud karena adanya kemauan dan kekompakan seluruh jajaran pegawai di Puskesmas Majasari, termasuk dukungan lintas sektor dan masyarakat.
Menurut Kepala Puskesmas Majasari, Hj. Mei Wijaya, SKM, MARS kiatnya adalah adanya kemauan dan kebersamaan seluruh staf puskesmas yang diwujudkan dengan mengusung visi bersama untuk menjadikan Majasari sebagai puskesmas unggulan. “Langkah menentukan visi bersama ini telah kami sepakati sejak berdiri Puskesmas Majasari pada tahun 2007, dan semua kompak untuk mengarah kepada visi yang kita rumuskan bersama,” kata Mei disela-sela kunjungan tim penilai Darma Wanita Persatuan (DWP) Banten dalam rangka penilaian lomba penyulaman tanaman dan kebersihan lingkungan, di Puskesmas Majasari, Rabu (28/11)
Karenanya, dengan prestasi yang telah diperoleh dengan kerja keras, dia bersama jajarannya bertekad mempertahankan kualitas pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya sesuai dengan predikat yang disandang Puskesmas Majasari sejak tahun 2010 sebagai salah satu unit pelayanan publik pemegang Citra Pelayanan Prima dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) dan Reformasi Birokrasi.
”Dengan kemajuan ini, saya dapat bersyukur bisa mengemban amanah selama lima tahun terakhir untuk memberikan terlebih bagi masyarakat. Saya juga harapkan terus dukungan lintas sektor dan masyarakat menjaga kekompakkan yang sudah terjalin selama ini,” ujarnya.

28 Nov 2012

Puskesmas Majasari Bersaing Rebut Predikat Terbaik Penyulaman Tanaman dan Kebersihan Lingkungan

Tim Penilai Provinsi Banten melakukan kunjungan ke Puskesmas Majasari dalam rangka penilaian lomba Penyulaman Tanaman dan Kebersihan Lingkungan tingkat Provinsi Banten, Rabu (28/11)

PUSKESMAS Majasari harus bersaing dengan perwakilan unit pelayanan publik se-Provinsi Banten untuk mendapatkan predikat sebagai kantor unit pelayanan publik terbaik dalam lomba penyulaman tanaman dan kebersihan lingkungan.
Lomba penyulaman tanaman dan kebersihan lingkungan tingkat provinsi digelar Darma Wanita Persatuan (DWP) Provinsi Banten dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-13 DWP  tahun 2012.
Sebelum mewakili Kabupaten Pandeglang untuk berkompetisi di tingkat provinsi, Puskesmas Majasari terlebih dahulu telah mendapat predikat sebagai kantor pelayanan publik terbaik tingkat Kabupaten Pandeglang untuk katagori penyulaman tanaman dan kebersihan lingkungan.
Hal tersebut terungkap saat tim penilai dari DWP Provinsi Banten yang terdiri dari unsur DWP Banten, Dinas Kesehatan (Dinkes), Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan Dinas Kebersihan Provinsi Banten berkunjung ke Puskesmas Majasari, Rabu (28/11).
Acara itu dihadiri oleh Ketua DWP Kabupaten Pandeglang Hj. Tuti Utami Dodo Djuanda beserta jajaran anggotanya, Kadinkes Pandeglang H. Iskandar, Camat Majasari Salman Sunardi, serta sejumlah pejabat Pemkab Pandeglang.
Ketua DWP Pandeglang yang juga Istri Sekretaris Daerah (Sekda) Pandeglang Hj. Tuti Utami mengemukakan salah satu ciri khas yang dimiliki Puskesmas Majasari yakni adanya kreatifitas penggunaan tanaman hidup dalam pekarangan kantornya, khususnya jenis tanaman obat keluarga (Toga).  “Lihat saja, di sekeliling Puskesmas kita disuguhkan berbagai jenis Toga mulai dari jahe, tempuyung, hingga pohon katuk yang bermanfaat sebagai obat tradisional,” katanya.
Selain itu, ternyata disekitar halaman puskesmas terlihat asri dan terjaga kebersihan lingkungannya karena ditumbuhi puluhan koleksi jenis tanaman mulai dari bunga, bonsai, anturium, perdu, dan pepohonan yang rindang. Oleh karena itu, dia mengingatkan perlu dilakukan penyulaman secara rutin. “Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya,” tegasnya.
Kadinkes Pandeglang H. Iskandar mengungkapkan sejak berdiri pada 2007, Puskesmas Majasari sarat dengan berbagai prestasi, terutama dibidang pelayanan publik. “Saya bangga dengan kinerja staf Puskesmas Majasari karena telah menjaga prestasi sebagai salah satu unit pelayanan publik terbaik baik tingkat provinsi maupun nasional,” kata Iskandar yang didampingi Kepala Puskesmas Majasari Hj. Mei Wijaya.
Iskandar berharap, Puskesmas Majasari menjadi contoh positif bagi lingkungan dan masyarakat sekitar dalam hal pengembangan Toga dan kebersihan lingkungan. Sementara pelayanan prima yang diterapkan Puskesmas Majasari, menurutnya juga patut ditiru karena terbukti mampu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang lebih bermutu ditingkat kecamatan.
Puskesmas unggulan
Sementara itu Hj. Mei Wijaya menambahkan, Puskesmas Majasari mempunyai visi menjadi puskesmas unggulan sejak awal mulai dirintis lima tahun terakhir. “Pada tahun 2010 Puskesmas Majasari mendapat penghargaan prestasi dalam peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik dibidang kesehatan dari Gubernur Banten, bahkan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) dan Reformasi Birokrasi,” jelasnya.
Diakui, sebagai salah satu unit pelayanan publik pemegang Citra Pelayanan Prima dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) dan Reformasi Birokrasi, pihaknya dituntut mempertahankan kualitas pelayanan kepada masyarakat yang selama ini sudah berjalan baik, disamping terus meningkatkan kinerja pelayanan masyarakat lainnya seperti pengembangan Toga maupun menjaga agar Puskesmas dan lingkungan selalu tetap bersih.


Ini Caranya Agar Warga Pelosok Juga Bisa Dapat Akses Kesehatan

SALAH satu masalah klasik terkait dengan kondisi kesehatan masyarakat Indonesia secara keseluruhan adalah tidak meratanya persebaran tenaga medis. Para dokter cenderung banyak berkumpul di kota-kota besar sehingga penduduk di daerah merasa kesulitan mendapat akses perawatan kesehatan.

Memang puskesmas sudah tersebar secara merata di seluruh Indonesia. Namun tenaga ahli dan peralatan yang memadai masih menjadi PR besar yang perlu segera dibenahi, terutama untuk menyambut BPJS tahun 2014 nanti yang menjamin seluruh masyarakat Indonesia dapat tercakup oleh layanan kesehatan.

"Secara umum puskesmas sudah ada semuanya, hanya tinggal kualitasnya yang perlu ditingkatkan. Jadi gedungnya sudah ada, tapi dokernya atau alatnya belum. Tapi kalau primary helath care-nya di Indonesia sudah cukup merata di seluruh Indonesia," kata Slamet Riyadi Yuwono, Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI dalam kegiatan Lesson Learnt DHS2 Project di Balai Kartini, Jakarta, Selasa (27/11/2012).

Menurut Slamet, kendala yang paling kentara dialami oleh daerah-daerah yang paling sulit dijangkau. Untuk daerah-daerah ini, diperlukan pendekatan tersendiri karena masalahnya lebih kompleks.

Misalnya ada 1 desa yang hanya berisi 10 kepala keluarga, tetapi letaknya amat jauh. Sebagai warga negara ia tetap memiliki hak untuk mendapat layanan kesehatan. Artinya, harus ada puskesmas. Namun mendirikan puskesmas hanya untuk 10 orang justru dapat mengakibatkan pemborosan.

"Oleh karena itu pendekatannya harus berbeda, misalnya menempatkan tenaga selama 3 bulan di desa atau sebagainya. Bisa juga ditempuh dengan model flying health care (layanan kesehatan lewat udara) atau mungkin penguatan kadernya," kata Slamet.

Saat ini, kementerian kesehatan juga tengah mengembangkan sistem yang disebut manajemen terpadu balita sakit berbasis masyarakat untuk menangani balita sakit akibat pneumonia dan malaria. Praktiknya, kader di pelosok diperbolehkan memberikan obat untuk pasien sesak napas atau gejala penumonia dan malaria.

Selain itu, bisa juga dengan diadakan tugas belajar. Praktiknya, dokter puskesmas yang bertugas di daerah terpencil dan belum memiliki spesialis akan dilatih spesialisasi selama 6 semester, padahal pelatihan dokter spesialis umumnya adalah 8-10 semester. Setelah mendapat pelatihan, dokter tersebut akan dikembalikan ke daerah sambil dipantau.

Ada juga model sister hospital seperti yang kini diterapkan di NTT. Dari 24 kabupaten yang ada, sebanyak 14 kabupaten mengirim wakilnya untuk melakukan residensi ke rumah sakit. Wakil ini diajari spesialisasi obgyn, anastesi dan kedokteran anak dibiayai oleh daerah. Setelah selesai, dokter-dokter ini akan ditugaskan kembali ke daerah.

"Kita juga sedang menysun UU tenaga kesehatan supaya dokter-dokter yang ada bisa merata, tidak mengumpul di kota-kota besar. Jadi landasan hukumnya ada. Kalau dulu kan ada inpres, sekarang tidak ada lagi," pungkas Slamet. (pah/vit)

Sumber : detikHealth.com

27 Nov 2012

Dinkes Pandeglang Minta Masyarakat Perhatikan Gizi Anak

Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, meminta masyarakat memperhatikan asupan gizi bagi anak agar pertumbuhannya normal.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Iskandar di Pandeglang, Kamis menjelaskan asupan gizi sangat mempengaruhi terhadap tumbuh kembang anak-anak.

"Masalah gizi sangat penting untuk tumbuh kembang anak, yang pada akhirnya juga bisa menekan angka panyakit kurang gizi," katanya.

Ia menjelaskan, kondisi gizi yang baik merupakan salah satu syarat membentuk sumber daya menusia yang berkualitas, dan sebaliknya jika anak mengalami kekurangan gizi pada usia dini akan mengalami gangguan pada tumbuh kembangnya.

Kekurangan gizi, lanjut dia, akan meningkakan risiko kesakitan bahkan bisa berakibat kematian.

Iskandar menjelaskan pada Mei 2012 pemerintah Kabupaten Pandeglang mencanangkan gerakan sadari gizi, tujuannya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi, terutama bagi anak.

Gerakan tersebut, kata dia, juga merupakan upaya pemerintah Kabupaten Pandeglang untuk menggerakkan dan memberdayakan masyarakat berpola hidup sehat.

Iskandar juga menjelaskan, gerakan tersebut penting guna meningkatkan sikap, pengetahuan dan perilaku, kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam mencegah dan mengatasi masalah gizi pada tingkat keluarga dan masyarakat.

"Perilaku sadar gizi yang perlu dipraktikkan setiap keluarga yakni menimbang badan secara teratur, memberikan ASI eksklusif dan makan beraneka ragam," katanya.

Menurut dia, upaya menyadarkan masyarakat pentingnya gizi, tidak berhenti setelah gerakan dicanangkan, tapi terus berlanjut sampai sekarang dengan melibatkan semua petugas kesehatan, termasuk bidan desa.

"Pencanangan itu hanya awal saja, kegiatannya menyadarkan pentingnya gizi, terus kita lakukan sampai sekarang," katanya.(ant/ev)

Sumber : www.CiputraNews.Com