31 Mei 2013

Peringatan Hari ini Sehari Tanpa Tembakau, 31 Mei 2013



PANDEGLANG - Mungkin sebagian besar warga belum banyak tahu mengenai Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS). Kalau tidak percaya, coba saja tanyakan pada orang-orang di sekeliling pada hari Jumat (31/5) ini. Sebagian besar sangat mungkin akan menjawab ‘tidak tahu’.
Menurut Kepala Seksi Promosi Kesehatan Dinkes Pandeglang Yudi Hermawan, perilaku merokok saat ini memang sudah menjadi sesuatu yang begitu mengkhawatirkan. “Bagaimana anak-anak usia sekolah sudah mulai merokok. Coba saja lihat ke sekolah-sekolah dan lihatlah faktanya,” papar Yudi, kemarin.
Dijelaskan, HTTS diperingati di seluruh dunia setiap tahun pada tanggal 31 Mei. “Gerakan ini menyerukan kepada para perokok agar berpuasa tidak merokok (mengisap tembakau red) selama 24 jam serentak di seluruh dunia,” jelas Yudi yang mengaku dirinya pernah jadi pecandu rokok saat masih duduk dibangku sekolah menengah pertama.
Yudi mengungkapkan, dalam beberapa tahun terakhir, gerakan ini cukup menuai reaksi positif, baik berupa dukungan dari pemerintah melalui diterbitkannya PP tentang tembakau, dari aktivis kesehatan, maupun organisasi kesehatan masyarakat.
Namun demikian ia mengaku prihatin, karena di Pandeglang masih banyak ditemukan orang merokok di tempat-tempat umum seperti kantor, sekolah, kampus, bahkan di puskesmas dan rumah sakit.
Padahal, lanjutnya, sesuai dengan amanat UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 115 ayat 1 dinyatakan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, dan tempat umum lain yang telah ditetapkan merupakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
"Dari temuan tersebut menunjukan bahwa para perokok masih tidak memperdulikan kualitas udara yang bersih dan sehat, tentunya hal tersebut sangat mengganggu orang lain akibat menghirup Asap Rokok Orang Lain (AROL)," jelasnya.
Diharapkan dengan bekal kampanye bersama yang diberikan melalui kegiatan hari tanpa tembakau sedunia, perokok bisa menghentikan kebiasaan merokoknya karena untuk menjaga diri sendiri dan orang lain dan sebagai panutan atau role model untuk tidak merokok di hadapan anak-anak, keluarga dan masyarakat sekitarnya serta tidak merokok di kantor, apalagi petugas kesehatan, harus menjadi contoh untuk tidak merokok," tandasnya.

22 Mei 2013

FIKes UNAS Gelar Praktek Kebidanan Komunitas di Kampung Domba Cinyurup


SEBANYAK 34 Mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes) Universitas Nasional (UNAS) Jakarta mulai Senin (20/5) melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Kebidanan Komunitas di Kampung Domba Cinyurup, Kelurahan Juhut, Kecamatan Karangtanjung, Pandeglang.
Rencananya para mahasiswi calon bidan tersebut akan PKL selama dua pekan hingga awal Juni 2013 mendatang.
Rombongan mahasiswi dan dosen diterima Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang H. Deden Kuswan di Kantor Kelurahan Juhut, Senin pagi. Hadir dalam sambutan penerimaan Camat Karangtanjung Doni Hermawan, Lurah Juhut Ahmad Dumyati, Kepala Bidang Sumberdaya Kesehatan Ratu Tanti Darmiasih, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Khusus Kodiat Juarsa, jajaran Polsek, Puskesmas Pagadungan Kecamatan Karangtanjung, aparat kelurahan, tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat.
Dekan FIKes UNAS Jakarta, DR. Rosmawati Lubis, M.Kes mengatakan, kegiatan praktek kebidanan komunitas adalah penerapan ilmu selama perkuliahan oleh mahasiswa di bidang kesehatan yang menyeluruh.  “Dalam prosesnya mahasiswa diharapkan mampu mengenal masalah, merumuskan alternatif terbaik dalam pemecahan masalah. Setelah itu menyusun rencana kegiatan sesuai keahlian yang dimiliki dengan memperhatikan segala sumber daya yang ada di masyarakat. Kami berharap mahasiswi bisa melakukan sesuatu untuk masyarakat yang bermanfaat,” katanya.
Dijelaskan, praktek kebidanan komunitas merupakan salah satu kegiatan rutin pada Program Studi Kebidanan dalam rangka merealisasikan kurikulum D-III Kebidanan. “Untuk menerapkan teori-teori yang didapat dalam perkuliahan diperlukan praktek secara langsung dalam situasi nyata di masyarakat,” ungkap Rosmawati yang mengaku FIKes UNAS telah menjalin kemitraan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang sejak lima tahun belakangan ini.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang H. Deden Kuswan dalam sambutannya mengatakan, mengatakan  kesehatan masyarakat bergantung pada masyarakat itu sendiri. “Pelayanan kesehatan hanya bisa berperan sebesar 15 persen, yang lain justru bergantung pada lingkungan dan perilaku masyarakat sendiri,” tegas Deden.
Dia berharap praktek kebidanan komunitas ini memberikan kontribusi  dalam perubahan perilaku dan lingkungan masyarakat setempat.
“Dalam praktek kebidanan secara komprehensif para mahasiswi harus memperhatikan budaya setempat, termasuk pengerakkan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) melalui wadah Desa Siaga,” harapnya.
Usai penyambutan dan pembukaan PKL ini juga para mahasiswi diberikan pembekalan materi lokal dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang diantaranya persoalan kesehatan ibu dan anak, tentang desa siaga dan pemberdayaan masyarakat.

21 Mei 2013

Juriah Sang Analis Kesehatan yang Rajin Labling



PRANATA laboratorium atau analis kesehatan merupakan bagian dari profesi di bidang kesehatan. Selama ini masyarakat lebih mengenal dokter, perawat, atau bidan dibanding profesi yang satu ini. Padahal perannya tak bisa diabaikan khususnya untuk melakukan pemeriksaan laboratorium sebagai penunjang diagnosa dokter.
Menurut Juriah, seorang analis harus memiliki ketrampilan dan tanggung jawab yang tinggi dalam pemeriksaan sampel. “Ini  soalnya berhubungan dengan adanya risiko yang fatal jika terjadi kesalahan dalam membaca hasil pemeriksaan lab,” kata Juriah yang belum lama ini ditetapkan sebagai salah satu tenaga kesehatan (nakes) teladan tingkat Kabupaten Pandeglang untuk kategori Pranata Laboratorium Puskesmas.
Menurut dia juga, profesi apapun sudah semestinya dilakukan dengan ketulusan. “Seperti juga menjadi seorang analis yang berhubungan dengan nyawa manusia,” tandas Analis Kesehatan Puskesmas Panimbang yang rajin melakukan pemeriksaan laboratorium kelilling di wilayah kerjanya itu.

20 Mei 2013

Melawan Gizi Buruk ala Vara Oktasani Sang Nutrisionis Teladan



KEBERHASILAN Vara Oktasani dalam menanggulangi kasus gizi buruk di wilayah Puskesmas Panimbang membuahkan pengakuan tingkat kabupaten lewat penganugerahan sebagai Nutrisionis (ahli gizi) teladan tingkat Kabupaten Pandeglang. Penghargaan itu diberikan kepadanya yang dianggap memberikan inspirasi karena punya inovasi dalam menjalankan tugas pokoknya.
Vara berhasil menyisihkan tenaga kesehatan dari Puskesmas lainnya di Kabupaten Pandeglang  untuk kategori Nutrisionis teladan tahun 2013.
Dia mengaku awalnya tidak tahu harus berbuat apa untuk menolong penderita gizi buruk yang rata-rata berusia di bawah lima tahun.
”Saat berkeliling ke desa-desa yang menjadi wilayah cakupan Puskesmas Panimbang, saya terkejut. Jumlah anak balita penderita gizi buruk ternyata banyak sekali, mencapai puluhan,” ujar Vara.
Dia merasa ada yang terlewat dalam program penanggulangan gizi buruk selama ini. Menurutnya diperlukan perubahan sikap dan perilaku warga untuk melawan gizi buruk.
“Penanganan gizi buruk tidak sekadar mencakup pemilihan menu dengan gizi seimbang, melainkan juga kebiasaan hidup sehat. Dari sinilah saya membentuk klinik gizi di Puskesmas Panimbang,” terangnya.
Menurutnya, anak-anak penderita gizi buruk dan gizi kurang amat rentan terkena penyakit. “Kalau sakit, berat tubuh mereka kembali turun, dengan adanya klinik gizi status kesehatan penderita terus terpantau dengan datang secara rutin ke klinik gizi,” kata Vara.
Ditambahkan, hal sederhana, seperti mencuci tangan sampai menjaga kebersihan lingkungan, adalah beberapa agenda kegiatan yang dijalankannya di klinik gizi sebuah unit khusus untuk penanggulangan gizi buruk.