Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam permasalahan gizi.
Data Global Nutrition Report (2014) menyebutkan bahwa Indonesia termasuk negara
yang memiliki masalah gizi yang kompleks. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya
prevalensi stunting, prevalensi wasting, dan permasalahan gizi lebih.
Mengutip data Riskesdas 2013, prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U<-2sd 17="" 18="" 19="" 2013="" apabila="" beberapa="" berkaitan="" dan="" dari="" dengan="" dikatakan="" erat="" faktor="" fluktuatif="" gambaran="" kini="" kondisi="" kronis.="" lagi="" laki-laki="" lingkar="" memberikan="" memiliki="" meningkat="" menjadi="" menurun="" merupakan="" obesitas="" penyakit="" persen="" perut="" risiko="" sebagai="" sentral="" tahun="" yang="">90 cm, atau perempuan dengan lingkar perut >80 cm. Secara nasional, prevalensi obesitas sentral adalah 26.6 persen, lebih tinggi dari prevalensi pada tahun 2007 (18,8%). Selanjutnya, masalah stunting atau pendek pada Balita ditunjukkan dengan angka nasional 37,2 persen.
Masalah gizi memiliki dampak yang luas, tidak saja terhadap kesakitan, kecacatan, dan kematian, tetapi juga terhadap pembentukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dengan produktifitas optimal. Kualitas anak ditentukan sejak terjadinya konsepsi hingga masa Balita. Kecukupan gizi ibu selama hamil hingga anak berusia di bawah 5 tahun serta pola pengasuhan yang tepat akan memberikan kontribusi nyata dalam mencetak generasi unggul.
Guna menanggulangi permasalahan gizi di Indonesia, diperlukan dukungan seluruh lapisan masyarakat dan lintas sektor. Hal ini dilatarbelakangi bahwa permasalahan gizi tidak hanya berhubungan dengan kesehatan saja. Namun, lebih luas daripada itu, maslaah gizi dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti ekonomi, sosial, budaya, pola pengasuhan, pendidikan juga lingkungan.
Hal ini jelas menjadi tantangan besar mengingat salah satu fokus utama Pemerintah adalah peningkatan sumber daya manusia Indonesia. Untuk itu, sejalan dengan upaya Pemerintah melalui Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi sebagai wujud komitmen pemerintah untuk memerangi masalah gizi, sekaligus untuk menggalang kepedulian dan meningkatkan komitmen dari berbagai pihak, setiap tanggal 25 Januari setiap tahun diperingati sebagai Hari Gizi nasional (HGN). Tahun ini, HGN 2015 mengangkat tema Bersama Membangun Gizi Menuju Bangsa Sehat Berprestasi.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 500-567; SMS 081281562620,
faksimili: (021) 52921669, dan alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id -2sd>
Mengutip data Riskesdas 2013, prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U<-2sd 17="" 18="" 19="" 2013="" apabila="" beberapa="" berkaitan="" dan="" dari="" dengan="" dikatakan="" erat="" faktor="" fluktuatif="" gambaran="" kini="" kondisi="" kronis.="" lagi="" laki-laki="" lingkar="" memberikan="" memiliki="" meningkat="" menjadi="" menurun="" merupakan="" obesitas="" penyakit="" persen="" perut="" risiko="" sebagai="" sentral="" tahun="" yang="">90 cm, atau perempuan dengan lingkar perut >80 cm. Secara nasional, prevalensi obesitas sentral adalah 26.6 persen, lebih tinggi dari prevalensi pada tahun 2007 (18,8%). Selanjutnya, masalah stunting atau pendek pada Balita ditunjukkan dengan angka nasional 37,2 persen.
Masalah gizi memiliki dampak yang luas, tidak saja terhadap kesakitan, kecacatan, dan kematian, tetapi juga terhadap pembentukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dengan produktifitas optimal. Kualitas anak ditentukan sejak terjadinya konsepsi hingga masa Balita. Kecukupan gizi ibu selama hamil hingga anak berusia di bawah 5 tahun serta pola pengasuhan yang tepat akan memberikan kontribusi nyata dalam mencetak generasi unggul.
Guna menanggulangi permasalahan gizi di Indonesia, diperlukan dukungan seluruh lapisan masyarakat dan lintas sektor. Hal ini dilatarbelakangi bahwa permasalahan gizi tidak hanya berhubungan dengan kesehatan saja. Namun, lebih luas daripada itu, maslaah gizi dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti ekonomi, sosial, budaya, pola pengasuhan, pendidikan juga lingkungan.
Hal ini jelas menjadi tantangan besar mengingat salah satu fokus utama Pemerintah adalah peningkatan sumber daya manusia Indonesia. Untuk itu, sejalan dengan upaya Pemerintah melalui Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi sebagai wujud komitmen pemerintah untuk memerangi masalah gizi, sekaligus untuk menggalang kepedulian dan meningkatkan komitmen dari berbagai pihak, setiap tanggal 25 Januari setiap tahun diperingati sebagai Hari Gizi nasional (HGN). Tahun ini, HGN 2015 mengangkat tema Bersama Membangun Gizi Menuju Bangsa Sehat Berprestasi.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline
Tidak ada komentar:
Posting Komentar