DINAS Kesehatan Kabupaten Pandeglang mendorong Puskesmas untuk
memprioritaskan penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di
wilayah kerjanya. Hal itu mengingat sebagian besar wilayah Kabupaten Pandeglang
cakupan penggunaan garam yodiumnya masih di bawah 50 persen.
Kadinkes H. Deden Kuswan mengatakan, gangguan akibat kekurangan
yodium menyebabkan gangguan kesehatan khususnya pada ibu hamil dan
menyusui. Sehingga anak akan mengalami kelainan mulai dari penurunan
pertumbuhan fisik hingga gangguan mentalnya.
“Jika ini tidak ditanggulangi mengakibatkan lose generation (kehingan
generasi penerus red). Ini harus mendapat perhatian sebab diperkirakan 1 dari 3
ibu hamil berisiko mengidap GAKY,” ungkap H. Deden Kuswan saat membuka
Sosialisasi Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) tingkat Kabupaten Pandeglang
yang digelar di Hotel Pandeglang Raya, Kamis (14/8/2014).
Hadir sebagai peserta dalam pertemuan itu Kepala Puskesmas se Kabupaten
Pandeglang, tenaga petugas gizi, perwakilan lintas program di lingkungan Dinkes
Pandeglang, serta lintas sektor terkait yakni Bappeda, Disperindagpas, Dinas Pendidikan,
TP PKK, BPMPD. Hadir Narasumber dari Seksi Gizi Dinkes Provinsi Banten yakni
Tiara Lufhti.
Ia mengatakan, GAKY merupakan masalah yang sangat serius bagi
masyarakat karena dampaknya dapat mengancam kelangsungan hidup dan kualitas
sumber daya manusia. Menurutnya, selama ini, GAKY dipahami
masyarakat yang nampak di permukaan yakni adanya pembesaran kelenjar gondok.
"Padahal, sesungguhnya dampak GAKY lebih laten dan berbahaya serta bersifat masif yang mengancam ibu hamil dan bayi seperti gangguan mental berupa keterlambatan pertumbuhan otak," ujarnya.
"Padahal, sesungguhnya dampak GAKY lebih laten dan berbahaya serta bersifat masif yang mengancam ibu hamil dan bayi seperti gangguan mental berupa keterlambatan pertumbuhan otak," ujarnya.
Ditambahkan, jumlah penderita kekurangan Yodium yang ditemukan di
tingkat masyarakat seperti fenomena gunung es, yang nampak permukaannya saja.
“Bisa jadi jumlah sesungguhnya jauh lebih besar, oleh karena itu perlu
dilakukan pendataan yang lebih akurat agar diperoleh angka GAKY benar di
Kabupaten Pandeglang,” tandasnya.
Konsumsi Garam Yodium Rendah
Nara Sumber Dinkes Banten Tiara Lufhti dalam pemaparannya mengatakan,
Yodium merupakan sejenis zat gizi mikro yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah
kecil (sedikit red) yang berguna khususnya untuk pertumbuhan dan perkembangan
anak.
“Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) 2007, cakupan
konsumsi rumah tangga akan garam beryodium yang cukup yakni minimal 30 ppm di
Provinsi Banten masih dibawah 50 persen, dan kondisi ini salah satunya
disumbangkan oleh Kabupaten Pandeglang,” katanya.
Kondisi cakupan konsumsi rumah tangga akan garam beryodium menjadi 70
persen pada Riskesdas 2013, namun demikian tidak demikian untuk Kabupaten Pandeglang
cakupannya masih rendah (33 %). Hal ini menjadikan Kabupaten Pandeglang sebagai
salah satu wilayah Risiko GAKY di Provinsi Banten.
“Oleh karenta itu, Kabupaten Pandeglang harus segera membentuk Tim Koordinasi
Penanggulangan GAKY untuk menangani masalah ini yang melibatkan semua sektor
yang terkait,” ungkapnya.
Dia mengungkapkan, diperlukan langkah bersama untuk meningkatkankan
cakupan konsumsi garam beryodium ditingkat rumah tangga diantaranya melalui
upaya membangun komitmen dengan stakholder, distribusi garam beryodium,
pemberdayaan masyarakat, pemantauan distribusi garam beryodium serta pemantapan
kelembagaan yang menangani penanggulangan GAKY.
Diakuinya, hingga kini masih ditemukakan berbagai merek garam
yang tidak mengandung yodium ditenggarai banyak beredar di pasaran provinsi
Banten.
“Dinas Kesehatan sudah melakukan penelitian terhadap merek yang tidak mengandung yodium tersebut. Dari hasil penelitian dan tes dilakukan, diketahui garam yang tidak mengandung yodium itu ditemukan pada garam krosok (garam kasar red) yang biasa digunakan untuk mengasinkan ikan. Garam ini masih banyak ditemukan dan dikonsumsi sebagian warga Pandeglang,” ungkapnya.
“Dinas Kesehatan sudah melakukan penelitian terhadap merek yang tidak mengandung yodium tersebut. Dari hasil penelitian dan tes dilakukan, diketahui garam yang tidak mengandung yodium itu ditemukan pada garam krosok (garam kasar red) yang biasa digunakan untuk mengasinkan ikan. Garam ini masih banyak ditemukan dan dikonsumsi sebagian warga Pandeglang,” ungkapnya.
Kabid Pelayanan Kesehatan Khsusus Dinkes Pandeglang yang juga Panitia
Penyelenggara Sosialisasi Penanggulangan GAKY Hj. Eniyati mengatakan, kegiatan
yang dilaksanakan pihaknya bertujuan mencari solusi bagaimana cara mengurangi
GAKY di Kabupaten Pandeglang. “Saat ini di Pandeglang masih ditemukan penderita
GAKY yang ditandai dengan membesarnya kelenjar gondok di leher,” katanya.
Dia berharap, informasi yang diperoleh peserta dapat disosialisasikan
kembali kepada masyarakat, setidaknya dalam cara memilih garam beryodium. Sedangkan
garam yang mengandung yodium dapat dilakukan uji melalui Yodium test yang umumnya
apabila diteteskan Yodium test akan terlihat cirinya berwarna ungu tua. “Jadi
kita mengimbau masyarakat untuk selektif dalam memilih garam,” pesannya.
Untuk memperkuat komitmen dan memantapkan kelambagaan dalam penanggulangan GAKY, Eniyati mengaku sedang merancang usulan/draf Tim Koordinasi Penanggulangan GAKY kepada Pemkab Pandeglang melalui Badan Perencanaan dan Pemabngunan Daerah (Bappeda).
Untuk memperkuat komitmen dan memantapkan kelambagaan dalam penanggulangan GAKY, Eniyati mengaku sedang merancang usulan/draf Tim Koordinasi Penanggulangan GAKY kepada Pemkab Pandeglang melalui Badan Perencanaan dan Pemabngunan Daerah (Bappeda).
“Nantinya Tim Koordinasi Penanggulangan GAKY terdiri dari SKPD terkait,”
tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar