Pada musim pancaroba penyebaran penyakit diare terjadi di sejumlah
tempat di Tanah Air. Hal ini terjadi karena kurangnya sosialisasi
perilaku hidup bersih dan buruknya sanitasi lingkungan.
Menurut Prof Firman Lubis dari Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas dan Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Kamis (3/9) di Jakarta, diare merupakan salah satu penyebab utama kematian pada bayi dan balita.
Sebelumnya diberitakan, diare melanda tiga kecamatan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dan daerah selatan Kabupaten Pandeglang, Banten. Tercatat, ratusan warga terserang diare, bahkan sejumlah penderita meninggal.
”Pada musim kemarau, terutama saat pergantian musim, penyakit-penyakit infeksi, seperti diare, perlu diwaspadai,” kata Firman. Apabila pada musim hujan air kotor dan sampah terbawa air hujan, pada pergantian musim justru bermunculan genangan yang tercemar kuman.
Penularan diare mudah terjadi akibat perilaku hidup bersih dan sehat kurang membudaya. Banyak penduduk buang air besar sembarangan, bukan di jamban, sehingga sumber-sumber air tercemar.
”Apabila buang air besar sembarangan, kotoran mencemari air atau terbawa lalat lalu mencemari makanan,” ujarnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, lebih dari seperempat populasi Indonesia membuang tinja di sungai dan tanah. Menurut praktisi kesehatan, dr Handrawan Nadesul, beberapa waktu lalu, hal ini menyebabkan penyebaran penyakit menular lewat tinja meluas.
Hasil Studi Basic Human Services di Indonesia tahun 2006 menyatakan, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan setelah buang air besar hanya 12 persen, seusai membersihkan tinja bayi dan balita 9 persen. Responden yang mencuci tangan sebelum makan 14 persen, sebelum memberi makan bayi 7 persen, dan sebelum menyiapkan makanan 6 persen.
Padahal, perilaku buang air besar di jamban dan kebiasaan mencuci tangan merupakan cara efektif memutus rantai penularan diare. ”Pemerintah seharusnya tak hanya membangun jamban, tetapi juga mendidik dan memberi penyuluhan tentang perilaku hidup bersih, yaitu cuci tangan dan tidak buang air besar sembarangan,” kata Firman.
Selain itu, akses penduduk terhadap sanitasi perlu ditingkatkan. Menurut dr Abidisyah, Kepala Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan, dalam makalahnya, perilaku hidup bersih dan sehat hanya bisa diwujudkan melalui kemitraan antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta.
Sumber : Kompas Online
Menurut Prof Firman Lubis dari Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas dan Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Kamis (3/9) di Jakarta, diare merupakan salah satu penyebab utama kematian pada bayi dan balita.
Sebelumnya diberitakan, diare melanda tiga kecamatan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dan daerah selatan Kabupaten Pandeglang, Banten. Tercatat, ratusan warga terserang diare, bahkan sejumlah penderita meninggal.
”Pada musim kemarau, terutama saat pergantian musim, penyakit-penyakit infeksi, seperti diare, perlu diwaspadai,” kata Firman. Apabila pada musim hujan air kotor dan sampah terbawa air hujan, pada pergantian musim justru bermunculan genangan yang tercemar kuman.
Penularan diare mudah terjadi akibat perilaku hidup bersih dan sehat kurang membudaya. Banyak penduduk buang air besar sembarangan, bukan di jamban, sehingga sumber-sumber air tercemar.
”Apabila buang air besar sembarangan, kotoran mencemari air atau terbawa lalat lalu mencemari makanan,” ujarnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, lebih dari seperempat populasi Indonesia membuang tinja di sungai dan tanah. Menurut praktisi kesehatan, dr Handrawan Nadesul, beberapa waktu lalu, hal ini menyebabkan penyebaran penyakit menular lewat tinja meluas.
Hasil Studi Basic Human Services di Indonesia tahun 2006 menyatakan, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan setelah buang air besar hanya 12 persen, seusai membersihkan tinja bayi dan balita 9 persen. Responden yang mencuci tangan sebelum makan 14 persen, sebelum memberi makan bayi 7 persen, dan sebelum menyiapkan makanan 6 persen.
Padahal, perilaku buang air besar di jamban dan kebiasaan mencuci tangan merupakan cara efektif memutus rantai penularan diare. ”Pemerintah seharusnya tak hanya membangun jamban, tetapi juga mendidik dan memberi penyuluhan tentang perilaku hidup bersih, yaitu cuci tangan dan tidak buang air besar sembarangan,” kata Firman.
Selain itu, akses penduduk terhadap sanitasi perlu ditingkatkan. Menurut dr Abidisyah, Kepala Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan, dalam makalahnya, perilaku hidup bersih dan sehat hanya bisa diwujudkan melalui kemitraan antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta.
Sumber : Kompas Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar