SAAT ini masalah kesehatan masyarakat di Provinsi Banten dipengaruhi
persoalan yang bersifat multifactorial hingga kini berada dalam masa transisi
epidemiologis yang menyandang tiga beban “triple burden” kelompok penyakit
dengan masih tingginya insidensi dan prevalensi penyakit menular, penyakit
tidak menular dan munculnya “New Emerging Diseases” seperti SARS, H1N1 dan
Mers.
Disamping itu diketahui tingginya angka kematian ibu dan bayi terkait persalinan.
Salah satu factor utama penyebab masalah tersebut adalah perilaku masyarakat.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten drg. H.
Sigit Wardoyo, M.Kes saat memberikan pembekalan pada peserta pelatihan promosi
kesehatan bagi tenaga Puskesmas tingkat Provinsi Banten yang di gelar di Hotel
Sofyan Inn, Pandeglang, Selasa (1/9/2015).
Sigit mengungkapkan, upaya untuk mengatasi masalah tersebut diantaranya
dengan melakukan intervensi perubahan perilaku yakni melalui upaya promosi
kesehatan (promkes).
“Itulah sebabnya, pengelola Promkes harus dikuasai oleh petugas
kesehatan di Puskesmas, terutama bagi para petugas Promkes dan Kepala
Puskesmas,” ungkapnya.
Menurutnya, Program Promkes Puskesmas mempunyai peran yang sangat
penting dalam proses Pemberdayaan Masyarakat . “Yaitu melalui proses
pembelajaran dari, oleh dan untuk masyarakat, sesuai dengan lingkungan sosial
budaya setempat, agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri dibidang
kesehatan,” jelasnya.
Promkes juga kata Sigit berperan dalam proses peningkatan kualitas
tenaga kesehatan agar lebih responsif dan mampu memberdayakan kliennya,
sehingga akan tercapai pelayanan kesehatan yang bermutu, adil serta merata.
Kepala Sub Bidang Promosi Kesehatan Dinkes Banten Mahmud, M.Kes
mengatakan, pelatihan promosi kesehatan bagi petugas Puskesmas Provinsi Banten
diikuti 71 peserta yang terdiri dari para kepala Puskesmas dan pengelola
Promkes Puskesmas Kabupaten Lebak dan Kabupaten Tangerang.
“Kegiatan pelatihan dilaksanakan selama enam hari mulai tanggal 31
Agustus sampai dengan 5 September 2015 di Kabupaten Pandeglang,” terang Mahmud.
Dikatakan, peserta tak hanya menerima materi kelas dari fasilitator dan
nara sumber, namun langsung mempraktekan kepada sasaran masyarakat . Mereka melakukan praktek lapangan tentang bagaimana melakukan advokasi
dan pemberdayaan masyarakat di wilayah Puskesmas Labuan dan Puskesmas Jiput
Kabupaten Pandeglang.
“Sasaran kegiatan promosi kesehatan itu tidak hanya penyuluhan atau
komunikasi informasi dan edukasi, tapi sangat luas meliputi kegiatan advokasi,
pemberdayaan masyarakat, pemasaran sosial, sampai melakukan penggalangan kemitraan
dengan stakeholder ,” imbuhnya.
Ditegaskan, petugas Puskesmas harus mampu menyelenggarakan Promkes karena
merupakan salah satu pelayanan wajib Puskesmas, sehingga harus dikelola oleh
petugas yang mempunyai kompetensi yang memadai dibidang promkes.
Adapun peran kepala Puskesmas, setelah mendapatkan pelatihan ini
diharapkan memberikan dukungan sekaligus mengarahkan stap Puskesmas agar dapat
menyelenggarakan program promkes secara lebih optimal.
Mahmud menambahkan, Dinkes Banten komitmen untuk memberdayakan seluruh
Puskesmas di 8 kabupaten/kota Provinsi
Banten supaya tidak hanya berfungsi
sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama (pelayanan pengobatan
red). “ Puskesmas juga diharapkan dapat berfungsi sebagai pusat pemberadayaan
masyarakat dan pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,” ujarnya.
Oleh karena itu, pelatihan promosi kesehatan ini berkelanjutan setelah
pada tahun 2014 melatih petugas Puskesmas Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten
Serang. “Tahun 2016 seluruh pengelola program promkes dan kepala Puskesmas di
Kota Cilegon,Kota Serang, Kota Tangerang
dan Kota Tangerang Selatan akan mengikuti pelatihan yang sama,” tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar