MENJADI seorang penyuluh kesehatan di Puskesmas terpencil
bukan pekerjaan mudah. Hal itu disebabakan profesi penyuluh harus berhadapan
dengan masyarakat yang relative masih awam soal pentingnya kesehatan.
Petugas penyuluhan kesehatan juga perlu bekerja ekstra untuk mengajak
orang menjalani perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Pasalnya, masyarakat
pedesaan, termasuk di wilayah Puskesmas Pagelaran, belum sepenuhnya terbiasa
menjalani pola hidup sehat dengan memiliki sarana sanitasi dasar mandi cuci
kakus (MCK).
Hal itu diakui Harun petugas penyuluh kesehatan masyarakat yang
bertugas di Puskesmas Pagelaran selama belasan tahun.
Sebagai penyuluh, Harun kerap bersentuhan langsung dengan masyarakat
memberikan penyadaran pentingnya ber-PHBS, melalui program pemicuan sanitasi
total berbasis masyarakat (STBM). “Tidak mudah mengubah perilaku masyarakat
untuk hidup lebih sehat. Butuh proses untuk mengedukasi masyarakat mengenai
pentingnya kesehatan serta mengidentifikasi persoalan di desa,” tutur Harun, SKM
disela-sela melakukan konsultasi teknis program promosi kesehatan kabupaten, Kamis
(7/1).
Menurut dia, masyarakat perlu diberitahukan secara pelan-pelan mengenai
pentingnya tidak membuang air besar (BAB) sembarangan seperti di sawah atau di
sungai. “Biasanya saya melakukan pemicuan STBM dengan mengajak masyarakat
berdiskusi d dekat tempat mereka BAB sembarangan, agar mereka dapat merasakan
apa akibatnya jika BAB sembarangan,” ungkap Harun yang masih berstatus TKK ini.
Selain dapat menyebabkan diare, penyakit kulit yang umum diderita
masyarakat, kata Harun, setidaknya masyarakat dapat merasakan baunya saat berdiskusi
di lokasi BAB sembarangan.
“Saat menjalani pemicuan, tak sedikit dari masyarakat yang terharu.
Mengingat kebiasaan lama yang mereka lakukan menimbulkan rasa malu. Kemudian
mereka pelan-pelan mengubah perilaku," jelasnya.
Harun berharap, model pemicuan STBM
ini menyadarkan masyarakat untuk BAB pada tempatnya seperti memanfaatkan jamban
keluarga yang memenuhi syarat. Ditambahkan, saat ini di wilayah Kecamatan
Pagelaran terdapat 13 desa, dan lima desa diantaranya telah digarap melalui program
pemicuan STBM yaitu Desa Sindanglaya, Kartasana, Tegalpapak, Bulagor, dan Desa Montor. "Dari lima desa yang dilakukan pemicuan hingga saat ini ada dua desa yakni Desa Sindanglaya dan Kartasana yang telah mencapai cakupan 85 persen warga tidak BAB sembarangan," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar