BENTUK kepedulian terhadap penyandang difabel yang angka penderitanya
cukup besar, Lembaga Harapan Dhuafa (Harfa) Banten Cabang Pandeglang menggelar
training (pelatihan red) bagi keluarga difabel yang berasal dari Kecamatan
Angsana, Cigeulis, Saketi dan Kecamatan Sukaresmi.
Kegiatan ini diikuti 70 peserta yang dilaksanakan sehari penuh di sebuah gedung milik Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Desa/Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Pandeglang, pada hari Kamis (16/01/2014).
Kegiatan ini diikuti 70 peserta yang dilaksanakan sehari penuh di sebuah gedung milik Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Desa/Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Pandeglang, pada hari Kamis (16/01/2014).
Direktur Harfa Cabang Pandeglang Yudi Hermawan, SKM mengungkapkan, selama
2013 Harfa mengadakan berbagai kegiatan diantaranya pelatihan keluarga difabel
dan pengembangan karier difabel sebanyak 80 difabel yang tersebar di 11 desa di
4 Kecamatan di Kabupaten Pandeglang.
“Saya prihatin seringkali masyarakat menganggap difabel sebagai beban,
tak jarang mereka menjadi entitas yang didiskriminasi dimana posisi difabel
menjadi tidak menguntungkan baik di bidang pendidikan, pekerjaan, sosial,
maupun politik. Padahal banyak diantara difabel yang memiliki potensi luar
biasa yang seringkali kurang ter"blow up", padahal ketika potensi
difabel yang berupa prestasi, karya, maupun kontribusi itu dapat dibagikan
melalui forum yang berkesinambungan atau media massa, tidak mustahil hal
tersebut bisa menjadi inspirasi yang besar untuk difabel lain pada khususnya dan
masyarakat luas pada umumnya,” terangnya.
Yudi menambahkan bahwa kegiatan ini sangat penting dilaksanakan untuk
mempersiapkan, terutama anak difabel yang harus tetap melanjutkan hidupnya,
mencari ilmu dan berprestasi. “Saya percaya kita semua bisa. Kekurangan bukan
untuk disesali, bukan pula menjadi halangan untuk berkarya,” tandasnya.
Sekretaris Harfa Cabang Pandeglang Indah Prihanande mengatakan,
kegiatan dilaksanakan sebagai upaya mengubah pola asuh orang tua, terutama perilaku
mendidik anak difabel yang benar.
"Ini agenda tahunan Harfa sejak tahun lalu, mengundang keluarga
yang memiliki anak difabel untuk mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan motivasi
memberikan asuhan kepada penyandang difabel," jelas ibu dua anak yang
biasa disapa Nenda itu.
Dijelaskan, tindaklanjut pelatihan akan dilakukan pemantauan terhadap anggota
keluarga penyandang difabel oleh fasilitator lapangan (relawan Harfa red) yang telah
ditempatkan disekitar warga setempat.
"Kita berharap setelah keluarga mengikuti training, penyandang
difabel bisa mendapat keleluasaan untuk bergerak di lingkungan setempat dan mau
membantu difabel melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, seperti mengenakan
baju, makan atau minum sendiri," harapnya.
Nenda beralasan keberadaan difabel sejak dini mesti diperlakukan khusus
yang benar oleh orang terdekat agar dimasa depan tidak menjadi ketergantungan
selama hidupnya.
“Kegiatan ini diikuti peserta yang mayoritas kepala keluarga yang
mempunyai difabel sejak lahir diantara anggota keluarganya seperti difabel tanpa/sebelah
kaki, tanpa/sebelah lengan, kelumpuhan, tuna wicara, baik anak-anak maupun
dewasa,” ungkapnya.
Adapun materi kegiatan ini, lanjut Nenda, dibagi dalam dua kategori,
yaitu training rehabilitasi oleh narasumber Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik
RSUD Berkah Pandeglang dr. H. Achmad Chubaesi, SpRM, M.Kes, dan training
motivasi spiritual yang disampaikan Drs. Hidayat Rahman, M.Si yang juga Dosen Agama
Islam Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Banten.
Pada sesi training rehabilitasi, peserta diberi materi motivasi agar
keluarga mampu mengenal diri penyandang difabel dengan menghilangkan
kebiasaan-kebiasaan negatif dan membudayakan kebiasaan-kebiasaan positif
sebagai bekal untuk kehidupan di masa yang akan datang.
“Kami mengarahkan motivasi untuk mengembangkan kemampuan fisik, mental
dan sosial difabel agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar sesuai
dengan bakat dan kemampuan seseorang. Itu ternyata bisa, sehingga kedepan
mereka tidak menjadi ketergantungan dengan orang tuanya,” papar Achmad Chubaesi
yang kerap dipanggil dokter Ubes itu.
Adapun pada sesi motivasi spiritual, peserta selain diberi pencerahan
pemahaman agama islam juga ditampilkan film 'sukses story' para difabel. Menurut
Ustadz Hidayat Rahman sentuhan agama sangat dibutuhkan bagi difabel dan para
keluarganya, disamping terapi rehabilitasi medis bagi penyandang difabel. "Ini
semua adalah ujian Allah SWT. Oleh karena itu kita dituntut bersabar atas ujian
yang datang," ujar Sang Ustadz yang dalam motivasinya selalu membangkitkan
semangat sekaligus memberi banyak harapan bahwa hal itu merupakan rahasia
Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar