MEREKA yang difabel juga manusia yang memiliki potensi yang sama dengan
manusia yang dianggap “normal”. Masalahnya adalah mereka sering dibandingkan
dengan manusia yang memiliki kelengkapan anggota tubuh dalam beraktifitas,
sehingga panyandang cacat termarjinalkan baik pendidikannya, pekerjaan, sosial,
maupun politik.
Image miring itu yang hendak dirubah oleh para relawan Lembaga Harapan Dhuafa
(Harfa) Banten Cabang Pandeglang kembali melatih keluarga difabel yang berasal dari
Kecamatan Angsana, Cigeulis, Saketi dan Kecamatan Sukaresmi.
Selama sehari penuh, sebanyak 70 keluarga yang memiliki penyandang difabel diberikan pelatihan berupa training rehabilitasi oleh narasumber Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik RSUD Berkah Pandeglang dr. H. Achmad Chubaesi, SpRM, M.Kes, dan training motivasi spiritual yang disampaikan Drs. Hidayat Rahman, M.Si yang juga Dosen Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Banten.
Selama sehari penuh, sebanyak 70 keluarga yang memiliki penyandang difabel diberikan pelatihan berupa training rehabilitasi oleh narasumber Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik RSUD Berkah Pandeglang dr. H. Achmad Chubaesi, SpRM, M.Kes, dan training motivasi spiritual yang disampaikan Drs. Hidayat Rahman, M.Si yang juga Dosen Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Banten.
Kegiatan ini diikuti peserta yang mayoritas kepala keluarga yang
mempunyai difabel sejak lahir diantara anggota keluarganya seperti difabel tanpa/sebelah
kaki, tanpa/sebelah lengan, kelumpuhan, tuna wicara, baik anak-anak maupun
dewasa.
Direktur Harfa Cabang Pandeglang Yudi Hermawan, SKM mengungkapkan, kegiatan
ini merupakan tahun kedua lembaga yang dipimpinnya mengadakan berbagai kegiatan
untuk mendukung aktivitas para difabel.
Yudi mengatakan kegiatan semacam ini sangat penting dilaksanakan guna mempersiapkan,
terutama anak difabel yang harus tetap melanjutkan hidupnya, mencari ilmu dan
berprestasi. “Saya percaya kita semua bisa. Kekurangan bukan untuk
disesali, bukan pula menjadi halangan untuk berkarya,” tegas Yudi disela
memberi sambutan saat training rehabilitasi dan motivasi yang digelar Harfa
Pandeglang, di Gedung PGRI Kecamatan Sukaresmi, Kamis (16/1/2014).
Sementara itu, pada sesi training rehabilitasi yang dipaparkan dr. H.
Achmad Chubaesi, SpRM, M.Kes, peserta diberi materi motivasi agar keluarga mampu
mengenal diri penyandang difabel dengan menghilangkan kebiasaan-kebiasaan
negatif dan membudayakan kebiasaan-kebiasaan positif sebagai bekal untuk
kehidupan di masa yang akan datang.
“Kami mengarahkan motivasi untuk mengembangkan kemampuan fisik, mental
dan sosial difabel agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar sesuai
dengan bakat dan kemampuan seseorang. Itu ternyata bisa, sehingga kedepan
mereka tidak menjadi ketergantungan dengan orang tuanya,” papar Achmad Chubaesi
yang kerap dipanggil dokter Ubes itu.
Adapun pada sesi motivasi spiritual, peserta selain diberi pencerahan
pemahaman Agama Islam juga ditampilkan film 'sukses story' para difabel. Menurut
Ustadz Hidayat Rahman sentuhan agama sangat dibutuhkan bagi difabel dan para
keluarganya, disamping terapi rehabilitasi medis bagi penyandang difabel. "Ini
semua adalah ujian Allah SWT. Oleh karena itu kita dituntut bersabar atas ujian
yang datang," ujar Sang Ustadz yang dalam motivasinya selalu membangkitkan
semangat sekaligus memberi banyak harapan bahwa hal itu merupakan rahasia
Allah.
Sekretaris Harfa Indah Prihanande, kegiatan dilaksanakan sebagai upaya mengubah pola asuh orang tua terutama perlakuan orang tua terhadap anak difabel selama ini yang belum mendidik.
"Kita berharap setelah keluarga mengikuti training, penyandang difabel bisa leluasa untuk bergerak di lingkungan setempat dan mau membantu difabel melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, seperti mengenakan baju, makan atau minum sendiri," jelasnya.
Dia mengungkapkan sudah banyak para difabel yang bisa hidup mandiri bahkan akhirnya sukses dalam pendidikan dan karier yang layak dicontoh, tidak hanya bagi kaum difabel, namun juga untuk orang yang memiliki kesempurnaan raga.
Sekretaris Harfa Indah Prihanande, kegiatan dilaksanakan sebagai upaya mengubah pola asuh orang tua terutama perlakuan orang tua terhadap anak difabel selama ini yang belum mendidik.
"Kita berharap setelah keluarga mengikuti training, penyandang difabel bisa leluasa untuk bergerak di lingkungan setempat dan mau membantu difabel melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, seperti mengenakan baju, makan atau minum sendiri," jelasnya.
Dia mengungkapkan sudah banyak para difabel yang bisa hidup mandiri bahkan akhirnya sukses dalam pendidikan dan karier yang layak dicontoh, tidak hanya bagi kaum difabel, namun juga untuk orang yang memiliki kesempurnaan raga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar