PEMBANGUNAN sumberdaya manusia (SDM) untuk
mewujudkan manusia yang berkualitas harus di mulai sejak dini (bawah lima
tahun/balita red). Kualitas tumbuh kembang
pada masa ini akan menentukan kualitas kesehatan fisik, mental,
emosiona, sosial, kemampuan belajar dan perilaku sepanjang hidupnya.
Kepala Bidang Sumberdaya Kesehatan
(Kabid SDK) Dinkes Pandeglang dr. H. Kodiat Juarsa, M.Kes, mengatakan berbagai
studi menunjukan bahwa periode lima tahun pertama kehidupan anak merupakan masa
emas (Golden Period) atau jendela kesempatan (Window Opportunity) dalam
meletakan dasar tumbuh kembang seorang anak.
Oleh karena itu Golden Period harus di
manfaatkan sebaik mungkin untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak sesuai
dengan potensi yang dimilikinya.
Hal itu diungkapkan Kabid SDK Dinkes
Pandeglang dr. H. Kodiat Juarsa, M.Kes saat membuka kegiatan pertemuan pengembangan
model integrasi Posyandu tingkat Kabupaten Pandeglang, yang digelar di Aula
Lt.II Dinkes Pandeglang, Kamis (27/6).
Kegiatan yang melibatkan lintas sektoral
ini diikuti 25 peserta dari Dinas
Kesehatan, Dinas Pendidikan Kabupaten, BP3AKB, BPMPD, Kemenag, Pokja IV TP PKK
Kabupaten, Himpaudi Kabupaten, Forum kader posyandu, serta peserta dari unsur ditingkat
Kecamatan dari tiga Puskesmas terpilih yakni Banjar, Koroncong dan Cimanuk.
Menurut pria yang akrab disapa dokter
Koko ini, upaya pemenuhan kebutuhan dasar oleh pemerintah sudah difasilitasi
dalam bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) setempat seperti
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), bina keluarga balita (BKB), maupun pendidikan
anak usia dini (PAUD) yang pelayanannya dilaksanakan dengan pelibatan peran
serta masyarakat.
“Seyogyanya pelayanan yang sudah ada dan
diberikan kepada masyarakat ini harus saling bersinergi dan mampu memenuhi
kebutuhan dasar anak secara baik dari segi perawatan, pendidikan dan pengasuhan
agar anak tumbuh kembang secara optimal,” katanya.
Ia mengatakan selama ini kegiatan
Posyandu, BKB dan PAUD masih terkesan berjalan sendiri-sendiri dengan tujuan
akhir yang tidak ada kaitannya satu sama lain. “Apabila didalami lebih jauh,
ketiga kegiatan tersebut sebenarnya dapat diintegrasikan (dipadukan red) karena
satu sama lain saling mengisi dan melengkapi, baik dilaksanakan dalam satu
waktu dan tempat maupun dengan waktu dan tempat yang terpisah,” jelasnya.
Dikatakan, tujuan integrasi ditunjukan
dengan terkoordinasinya kegiatan dan waktu pertemuan agar tidak saling mengganggu dengan kegiatan
lainnya.
“Masing-masing kegiatan tetap berjalan
seperti biasanya. Artinya, untuk kegiatan Posyandu sasarannya balita dan
masyarakat termasuk ibu hamil dan menyusui dengan fokus kegiatan pertumbuhan
dan kesehatan, untuk kegiatan BKB tetap memiliki sasaran ibu balita yang
memiliki anak 0-5 tahun dengan fokus mengoptimalkan 9 aspek tumbuh kembang
anak, sementara untuk PAUD dengan sasaran langsung balita yang akan memantau
tumbuh kembang anak,” tandasnya.
Sebagai tindak lanjut pertemuan ini,
tambah dokter Koko, disepakai 9 Posyandu di 3 kecamatan disepakati sebagai model
pengembangan integrasi Posyandu di Kabupaten Pandeglang yakni Posyandu Widya Lestari Desa Banjar, Posyandu Melati Bodas
Desa Cibodas, dan Posyandu Desa Bandung Kecamatan Banjar, Posyandu Matahari
Desa Pasirjaksa, Posyandu Mawar Berkah Desa Koroncong, dan Posyandu Jambu Air
Desa Pasirkarag Kecamatan Koroncong, serta Posyandu Dahlia Desa Kadudodol,
Posyandu Melati Desa Cimanuk, dan Posyandu Teratai Desa Kupahandap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar