BANYAK tantangan yang dihadapi dalam menerapkan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS). Masih banyaknya iklan rokok yang ada di media cetak maupun
elektronik, makanan dan minuman cepat saji yang kurang sesuai dengan prinsip
gizi seimbang, serta belum diterapkannya kampanye PHBS melalui kawasan tanpa
rokok (KTR).
Oleh karena itu, bagaimana upaya penerapan indikator sepuluh PHBS di
lingkungan keluarga, tentu sangat tergantung dari kesadaran dan peran aktif
masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing. Sebab, upaya
mewujudkan lingkungan yang sehat akan mendukung pola perilaku kehidupan
masyarakat yang sehat secara berkesinambungan.
Kepala Dinas Kesehatan (dinkes) Pandeglang H. Deden Kuswan mengatakan PHBS
adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, atau masyarakat mampu
menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan.
“PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber PHBS
yang menerapkan 10 indokator PHBS yakni persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan, memberi Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, menimbang balita setiap
bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah sekali seminggu, makan
buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, serta tidak
merokok di dalam rumah,” katanya.
Menurut Kadinkes setiap keluarga dianjurkan untuk melaksanakan semua
perilaku kesehatan tersebut, karena banyak manfaatnya diantaranya setiap
anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit, anak tumbuh sehat dan
cerdas, anggota keluarga giat bekerja hingga menyentuh aspek ekonomi keluarga.
“Kalau keluarga sehat akan berdampak pada menurunkan biaya untuk pengobatan,
sehingga pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi
keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga,”
terang H. Deden Kuswan.
Ia mengungkapkan, upaya promosi kesehatan melalui penerapan PHBS di
rumah tangga ibarat kata pepatah, mencegah lebih baik daripada mengobati.
Akan jauh lebih baik untuk menjaga diri tetap sehat daripada mencari
pengobatan saat keadaan penyakit sudah berkembang. “Untuk mencapai
hidup sehat ini sebenarnya sebuah pilihan bagi masyarakat, tetapi
pelaksanaannya memang sangat dipengaruhi oleh keluarga, pengaruh sosial,
dan termasuk lingkungan,” ungkapnya.
H. Deden Kuswan menegaskan, berkaitan dengan bulan Ramadhan, pihaknya
mengajak warga untuk menerapkan tiga gaya hidup sehat dengan tetap berPHBS
seperti makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap
hari, serta tidak merokok.
“Bagi perokok, saat ini adalah waktu yang tepat bagi orang yang
memiliki tekad yang kuat untuk meninggalkan rokok. Waktu puasa adalah
kesempatan yang baik untuk meninggalkan rokok karena sepanjang siang seseorang
harus menahan diri dari merokok,” katanya.
Menurut orang nomor satu di Dinkes Pandeglang itu, kunci dari
keberhasilan berhenti merokok ini pada dasarnya terletak pada keinginan yang
kuat untuk berhenti merokok dan kemudian dengan bulan puasa akan membuat usaha
berhenti merokok menjadi lebih mudah.
“Bagi yang masih belum bisa menghentikan kebiasaan merokok, saya
mengimbau setiap anggota keluarga untuk tidak merokok di dalam rumah, karena
rumah adalah tempat berlindung, termasuk dari asap rokok,” imbaunya.
Dia memaparkan, rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang
rokok yang diisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya, di
antaranya yang paling berbahaya adalah Nikotin, Tar, dan Carbon Monoksida (CO).
Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusak jantung dan aliran darah. Tar
menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker. CO menyebabkan berkurangnya
kemampuan darah membawa oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati.
“Saya juga mengajak perokok pasif harus berani menyuarakan haknya untuk
tidak menghirup asap rokok,” tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar