SAMPAI akhir Desember
2011 kasus komulatif HIV/AIDS di Kabupaten Pandeglang tercatat 62 terdiri dari
45 kasus HIV dan 17 AIDS. Sementara itu, di Banten Orang Dengan HIV dan AIDS
(ODHA) kini jumlahnya sudah mencapai ribuan. Sedikitnya 1.514 warga di Provinsi
Banten tertular HIV dan terdapat 552 yang mengidap AIDS.
Kondisi ini perlu mendapat penanganan
serius dari pemerintah dan masyarakat, agar penanggulangan HIV/AIDS dapat
dijalankan dengan benar sehingga penyebarannya dapat lebih ditekan.
Ketua Harian Komisi Penanggulangan AIDS
(KPA) Pandeglang Hj. Siti Erna Erwan Kurtubi menyatakan, jumlah ODHA di
Pandeglang yang tercatat hanyalah kasus yang baru terdeteksi. Ini Artinya
sambung Erna, ada kasus HIV/AIDS disekeliling kita yang belum terdeteksi.
Karena keadaan yang terjadi sebenarnya seperti penomena gunung es dalam sebuah epidemi.
Erna memaparkan, dalam penomena gunung es jumlah pengidap
HIV/AIDS saat ini digambarkan sebagai puncak gunung es yang menyembul keatas
permukaan air laut. Sedangkan kasus yang belum terdeteksi di masyarakat
digambarkan sebagai bongkahan es yang berada dibawah permukaan air laut.
“Jumlah pengidap HIV/AIDS bisa jadi
lebih besar dari angka yang tercatat saat ini,” papar Erna saat melakukan
dialog interaktif (talk show) di Televisi Carlita Pandeglang dalam acara Pojok
Gardutanjak yang mengambil tema ‘Penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten
Pandeglang’ Kamis (22/12) malam sekitar pukul 19.00 Wib.
Selain Ketua Harian KPA Pandeglang, Talk
show yang dipandu presenter CarlitaTV Dede Kodrat (Deko) juga diikuti Nara
Sumber lainnya seperti Syaiful W. Harahap dari media relations officer KPA
Banten serta Kabid Penanggulangan Penyakit Dinkes Pandeglang Dr. Hj. Asmani
Raneyanti, MHA.
Hj. Siti Erna yang juga Istri Bupati
Pandeglang H. Erwan Kurtubi menjelaskan, faktor utama yang mendorong semakin
meningkatkan kasus HIV/AIDS yakni melakukan hubungan seksual yang tidak aman.
“Laki-laki yang beristri tertular HIV
diluar rumah karena tidak memakai pelindung jika melakukan hubungan seksual
dengan pasangan lain, bisa istri atau PSK,” jelasnya.
Selain itu, lanjut Erna, penularan akan
terjadi dalam komunitas penyalahguna
narkoba suntik (penasum) secara bergiliran dengan bergantian. “Perilaku ini
berisiko terjadi penyebaran HIV diantara mereka,” tegas Erna.
Oleh karena itu, Erna mengimbau untuk
pencegahannya, masyarakat terutama generasi muda untuk menghindari
penyalahgunaan Narkoba dan pergaulan bebas. “Kita berharap agar kaum laki-laki
tidak melakukan hubungan seksual yang tidak aman dengan perempuan yang
berganti-ganti atau dengan perempuan yang sering berganti-ganti pasangan,”
harapnya.
Syaiful W. Harahap dalam kesempatan
tersebut menegaskan, perlunya media massa menyebarluaskan informasi tentang
HIV/AIDS secara komprehensif agar masyarakat memahami cara penularan dan
pencegahannya secara akurat. Karena itu, dia berpendapat media massa
sesungguhnya dapat lebih berperan sebagai media pembelajaran dan pendidikan
tentang HIV/AIDS bagi masyarakat luas.
“Pencegahan yang
paling efektif harus dilakukan melalui pendidikan masyarakat tentang HIV/AIDS
sebagai bekal pengetahuan cara melindungi diri agar tidak tertular HIV,” kata
Harahap yang juga utusan Austalian AID, salah satu lembaga internasional Australia
yang konsen terhadap penanggulangan AIDS di Indonesia.
dr. Hj. Asmani
Raneyanti, MHA menambahkan, AIDS (Aquired Immune Deficiency Syndrom)
bukan penyakit melainkan suatu kondisi seseorang yang telah tertular HIV (Human
Immunodeficency Virus). Penyebarannyapun spesifik hanya dapat ditularkan melalui
perantara darah, air mani, cairan vagina dan air susu ibu (ASI). “Jadi, tidak
benar HIV/AIDS dapat menular dengan cara bersalaman, makan bersama, berciuman,
berenang bersama atau menggunakan toilet secara bersama dengan ODHA,” jelasnya.
Lebih lanjut
Asmani mengatakan, pihaknya berkoordinasi dengan SKPD terkait telah melakukan
upaya konkret untuk terus menekan angka penularan HIV, diantaranya melakukan
sosialisasi dan screening (tes HIV) terutama dikalangan kelompok berisiko
seperti lembaga pemasyarakatan, tempat lokalisasi PSK maupun melakukan pemetaan
kelompok resiko tinggi lainnya.
Diakui
Asmani, penanggulangan HIV/AIDS di Pandeglang masih perlu dorongan semua pihak
termasuk dukungan media massa. “Kalau melihat cara penularannya, sangat mungkin
masih banyak pengidap HIV di Pandeglang yang belum teridentifikasi, karena
ketidaktahuan masyarakat,” katanya menegaskan.
Dalam
kesempatan itu Asmani mengimbau warga yang diketahui berisiko tertular HIV agar
melakukan pemeriksaan tes HIV/AIDS secara sukarela untuk pencegahan dan
dilakukan pengobatan bila terbukti positif.
Sementara
itu, presenter Dede Kodrat dalam pengantarnya menjelaskan, program Pojok
Gardutanjak digelar Carlita TV malam Jum’at selama satu jam. “Acara ini dalam
rangka Hari AIDS sedunia yang diperingati setiap 1 Desember sekaligus bertepatan
dengan peringatan Hari Ibu 22 Desember 2011,” katanya.
Talkshow yang berlangsung secara On Air (langsung red) berakhir sekitar pukul 20.00 Wib mengangkat tema Penanggulangan HIV/AIDS di
Kabupaten Pandeglang.