Hari Minggu (27/11/11), Wakil Presiden RI, Bapak Boediono beserta Ibu Herawati Boediono, didampingi oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar, Menteri Perhubungan, Evert Erenst Mangindaan, Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, dan Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, Nafsiah Mboi mencangakan Kampanye Penanggulangan HIV/AIDS “Aku Bangga Aku Tahu”, di Silang Monas, Jakarta. Pencangan tersebut disaksikan oleh Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Pembiayaan dan Pemberdayaan Masyarakat, dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes,dan pejabat lain dari Kemenkes, Kemenakertrans, Kemenhub, serta perwakilan lembaga swadaya masyarakat peduli AIDS. Pada saat yang bersamaan, sekitar 36 siswa membentangkan banner bertuliskan “Aku Bangga Aku Tahu”, diikuti pelepasan balon pita merah dan raungan bunyi sirine.
Pencanangan ini merupakan rangkaian peringatan Hari AIDS Sedunia (HAS) 2011 yang diperingati setiap tanggal 1 Desember di seluruh negara di dunia, begitu pula di Indonesia. Peringatan HAS 2011 mengangkat tema “Lindungi Pekerja dan Dunia Usaha dari HIV/AIDS”. Pada peringatan tersebut, dilakukan pembacaan Komitmen Tripartit tentang penanggulangan dan pencegahan HIV AIDS di tempat kerja oleh perwakilan dari pekerja, pengusaha, dan pemerintah. Selain itu, dimeriahkan pula oleh 1000 pesepeda “Bike 4 Life” tarian massal “Dance 4 Life” oleh 3000 siswa/i SMP dan SMA se-DKI Jakarta, dan dilanjutkan sajian musik “Sound 4 Life”, dan penampilan pemenang lomba rap remaja.
Menurut Wapres, jumlah orang yang meninggal karena AIDS masih signifikan, yaitu sekitar 3000-5000 orang per tahun atau sekitar 10 orang per hari, meninggal karena AIDS. Selain itu, penderita AIDS yang memiliki akses terhadap obat antiretroviral belum mencapai 40%.
Wapres juga menyatakan, bahwa meskipun angka prevalensi AIDS di Indonesia hanya 0.17% dari jumlah penduduk, namun jumlah infeksi HIV baru masih terus meningkat.
“Peningkatan bisa dikarenakan pencatatan yang kini sudah lebih baik, namun perlu diperhatikan bahwa bisa juga dikarenakan oleh upaya pencapaian sasaran untuk pencegahan yang mungkin, masih belum optimal”, ujar Wapres.
Sampai akhir Juni 2011, jumlah kumulatif kasus AIDS sebanyak 26.483 kasus. Pengidap terbesar adalah kelompok umur 20-29 tahun (36,4%) dan 30-39 tahun (34,5%). Ini menunjukan waktu terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), berada pada kelompok umur yang lebih muda, yakni sekitar 15-24 tahun, karena masa tenggang sejak terinfeksi hingga berkembang menjadi AIDS sekitar 5-10 tahun.
Mengutip data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, secara nasional pengetahuan tentang HIV/AIDS yang benar dan komprehensif pada penduduk umur 15-24 tahun, baru mencapai 11,4%. Maka tidak heran bila penderita AIDS semakin bergeser ke kelompok yang lebih muda. Di samping itu, seringkali pengidap HIV tidak menyadari dirinya telah terinfeksi. Akibatnya, mereka tidak memeriksakan diri, dan masih berperilaku yang berisiko dapat menularkan kepada orang lain.
Cara penularan HIV di Indonesia, paling banyak disebabkan oleh hubungan seks heteroseksual, Injecting Drug User (IDU), hubungan seks sesama jenis, dan perinatal. Sementara itu, penyebab utama penularan HIV di Indonesia adalah melalui cairan kelamin saat berhubungan seksual, darah melalui jarum suntik diantara pengguna narkoba, dan air susu ibu (ASI) dari ibu pengidap HIV kepada bayinya.
Sebagian besar pengidap AIDS adalah usia produktif. Karena itu, dunia usaha memiliki peran penting untuk aktif mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS Hal yang dapat dilakukan adalah melalui kebijakan dan upaya-upaya yang diharapkan dapat mencegah kerugian akibat dampak HIV/AIDS pada dunia usaha itu sendiri. Bersamaan dengan itu, upaya tersebut juga dapat memutus salah satu mata rantai penularan HIV pada kalangan pekerja.
Kebijakan dikembangkan untuk meningkatkan kesehatan, perlindungan pekerja dari HIV/AIDS, sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan dan memelihara produktivitas. Dunia usaha bersama pekerja juga dapat berperan menciptakan masyarakat yang senantiasa membantu mempromosikan nilai-nilai anti stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS. Hal ini menjadi penting, karena apabila diskriminasi terjadi, hal ini akan mengakibatkan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) termarginalisasi dan lepas dari jangkauan pelayanan program penanggulangan HIV/AIDS.
Pencanangan Kampanye HIV/AIDS “Aku Bangga Aku Tahu”, menjadi salah satu upaya penyadaran bersama, bahwa upaya pencegahan HIV/AIDS harus lebih diperluas dan ditingkatkan kualitasnya. Kegiatan kampanye akan dilaksanakan di 10 provinsi terpilih, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, Sulawesi dan Papua. Dengan demikian diharapkan, pemerintah, dunia usaha, pekerja dan lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat, khususnya generasi muda, dapat lebih mengenal HIV/AIDS, dapat melindungi diri dan orang lain dari risiko penularan HIV/AIDS.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor tlp. (021) 52907416-9, faks. (021) 52921669, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC) 021-500567, atau e-mail ke info@depkes.go.id dan kontak@depkes.go.id.
Sumber : Depkes.go.id
Pencanangan ini merupakan rangkaian peringatan Hari AIDS Sedunia (HAS) 2011 yang diperingati setiap tanggal 1 Desember di seluruh negara di dunia, begitu pula di Indonesia. Peringatan HAS 2011 mengangkat tema “Lindungi Pekerja dan Dunia Usaha dari HIV/AIDS”. Pada peringatan tersebut, dilakukan pembacaan Komitmen Tripartit tentang penanggulangan dan pencegahan HIV AIDS di tempat kerja oleh perwakilan dari pekerja, pengusaha, dan pemerintah. Selain itu, dimeriahkan pula oleh 1000 pesepeda “Bike 4 Life” tarian massal “Dance 4 Life” oleh 3000 siswa/i SMP dan SMA se-DKI Jakarta, dan dilanjutkan sajian musik “Sound 4 Life”, dan penampilan pemenang lomba rap remaja.
Menurut Wapres, jumlah orang yang meninggal karena AIDS masih signifikan, yaitu sekitar 3000-5000 orang per tahun atau sekitar 10 orang per hari, meninggal karena AIDS. Selain itu, penderita AIDS yang memiliki akses terhadap obat antiretroviral belum mencapai 40%.
Wapres juga menyatakan, bahwa meskipun angka prevalensi AIDS di Indonesia hanya 0.17% dari jumlah penduduk, namun jumlah infeksi HIV baru masih terus meningkat.
“Peningkatan bisa dikarenakan pencatatan yang kini sudah lebih baik, namun perlu diperhatikan bahwa bisa juga dikarenakan oleh upaya pencapaian sasaran untuk pencegahan yang mungkin, masih belum optimal”, ujar Wapres.
Sampai akhir Juni 2011, jumlah kumulatif kasus AIDS sebanyak 26.483 kasus. Pengidap terbesar adalah kelompok umur 20-29 tahun (36,4%) dan 30-39 tahun (34,5%). Ini menunjukan waktu terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), berada pada kelompok umur yang lebih muda, yakni sekitar 15-24 tahun, karena masa tenggang sejak terinfeksi hingga berkembang menjadi AIDS sekitar 5-10 tahun.
Mengutip data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, secara nasional pengetahuan tentang HIV/AIDS yang benar dan komprehensif pada penduduk umur 15-24 tahun, baru mencapai 11,4%. Maka tidak heran bila penderita AIDS semakin bergeser ke kelompok yang lebih muda. Di samping itu, seringkali pengidap HIV tidak menyadari dirinya telah terinfeksi. Akibatnya, mereka tidak memeriksakan diri, dan masih berperilaku yang berisiko dapat menularkan kepada orang lain.
Cara penularan HIV di Indonesia, paling banyak disebabkan oleh hubungan seks heteroseksual, Injecting Drug User (IDU), hubungan seks sesama jenis, dan perinatal. Sementara itu, penyebab utama penularan HIV di Indonesia adalah melalui cairan kelamin saat berhubungan seksual, darah melalui jarum suntik diantara pengguna narkoba, dan air susu ibu (ASI) dari ibu pengidap HIV kepada bayinya.
Sebagian besar pengidap AIDS adalah usia produktif. Karena itu, dunia usaha memiliki peran penting untuk aktif mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS Hal yang dapat dilakukan adalah melalui kebijakan dan upaya-upaya yang diharapkan dapat mencegah kerugian akibat dampak HIV/AIDS pada dunia usaha itu sendiri. Bersamaan dengan itu, upaya tersebut juga dapat memutus salah satu mata rantai penularan HIV pada kalangan pekerja.
Kebijakan dikembangkan untuk meningkatkan kesehatan, perlindungan pekerja dari HIV/AIDS, sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan dan memelihara produktivitas. Dunia usaha bersama pekerja juga dapat berperan menciptakan masyarakat yang senantiasa membantu mempromosikan nilai-nilai anti stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS. Hal ini menjadi penting, karena apabila diskriminasi terjadi, hal ini akan mengakibatkan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) termarginalisasi dan lepas dari jangkauan pelayanan program penanggulangan HIV/AIDS.
Pencanangan Kampanye HIV/AIDS “Aku Bangga Aku Tahu”, menjadi salah satu upaya penyadaran bersama, bahwa upaya pencegahan HIV/AIDS harus lebih diperluas dan ditingkatkan kualitasnya. Kegiatan kampanye akan dilaksanakan di 10 provinsi terpilih, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, Sulawesi dan Papua. Dengan demikian diharapkan, pemerintah, dunia usaha, pekerja dan lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat, khususnya generasi muda, dapat lebih mengenal HIV/AIDS, dapat melindungi diri dan orang lain dari risiko penularan HIV/AIDS.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor tlp. (021) 52907416-9, faks. (021) 52921669, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC) 021-500567, atau e-mail ke info@depkes.go.id dan kontak@depkes.go.id.
Sumber : Depkes.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar