31 Des 2011

Jauhi Narkoba dan Pergaulan Bebas untuk Cegah HIV/AIDS


SAMPAI akhir Desember 2011 kasus komulatif HIV/AIDS di Kabupaten Pandeglang tercatat 62 terdiri dari 45 kasus HIV dan 17 AIDS. Sementara itu, di Banten Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) kini jumlahnya sudah mencapai ribuan. Sedikitnya 1.514 warga di Provinsi Banten tertular HIV dan terdapat 552 yang mengidap AIDS.
Kondisi ini perlu mendapat penanganan serius dari pemerintah dan masyarakat, agar penanggulangan HIV/AIDS dapat dijalankan dengan benar sehingga penyebarannya dapat lebih ditekan.
Ketua Harian Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Pandeglang Hj. Siti Erna Erwan Kurtubi menyatakan, jumlah ODHA di Pandeglang yang tercatat hanyalah kasus yang baru terdeteksi. Ini Artinya sambung Erna, ada kasus HIV/AIDS disekeliling kita yang belum terdeteksi. Karena keadaan yang terjadi sebenarnya seperti penomena gunung es dalam sebuah epidemi.
Erna memaparkan, dalam penomena gunung es jumlah pengidap HIV/AIDS saat ini digambarkan sebagai puncak gunung es yang menyembul keatas permukaan air laut. Sedangkan kasus yang belum terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan es yang berada dibawah permukaan air laut.
“Jumlah pengidap HIV/AIDS bisa jadi lebih besar dari angka yang tercatat saat ini,” papar Erna saat melakukan dialog interaktif (talk show) di Televisi Carlita Pandeglang dalam acara Pojok Gardutanjak yang mengambil tema ‘Penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Pandeglang’ Kamis (22/12) malam sekitar pukul 19.00 Wib.
Selain Ketua Harian KPA Pandeglang, Talk show yang dipandu presenter CarlitaTV Dede Kodrat (Deko) juga diikuti Nara Sumber lainnya seperti Syaiful W. Harahap dari media relations officer KPA Banten serta Kabid Penanggulangan Penyakit Dinkes Pandeglang Dr. Hj. Asmani Raneyanti, MHA.
Hj. Siti Erna yang juga Istri Bupati Pandeglang H. Erwan Kurtubi menjelaskan, faktor utama yang mendorong semakin meningkatkan kasus HIV/AIDS yakni melakukan hubungan seksual yang tidak aman.
“Laki-laki yang beristri tertular HIV diluar rumah karena tidak memakai pelindung jika melakukan hubungan seksual dengan pasangan lain, bisa istri atau PSK,” jelasnya.
Selain itu, lanjut Erna, penularan akan terjadi dalam komunitas  penyalahguna narkoba suntik (penasum) secara bergiliran dengan bergantian. “Perilaku ini berisiko terjadi penyebaran HIV diantara mereka,” tegas Erna.
Oleh karena itu, Erna mengimbau untuk pencegahannya, masyarakat terutama generasi muda untuk menghindari penyalahgunaan Narkoba dan pergaulan bebas. “Kita berharap agar kaum laki-laki tidak melakukan hubungan seksual yang tidak aman dengan perempuan yang berganti-ganti atau dengan perempuan yang sering berganti-ganti pasangan,” harapnya.
Peran media
Syaiful W. Harahap dalam kesempatan tersebut menegaskan, perlunya media massa menyebarluaskan informasi tentang HIV/AIDS secara komprehensif agar masyarakat memahami cara penularan dan pencegahannya secara akurat. Karena itu, dia berpendapat media massa sesungguhnya dapat lebih berperan sebagai media pembelajaran dan pendidikan tentang HIV/AIDS bagi masyarakat luas.
“Pencegahan yang paling efektif harus dilakukan melalui pendidikan masyarakat tentang HIV/AIDS sebagai bekal pengetahuan cara melindungi diri agar tidak tertular HIV,” kata Harahap yang juga utusan Austalian AID, salah satu lembaga internasional Australia yang konsen terhadap penanggulangan AIDS di Indonesia.
dr. Hj. Asmani Raneyanti, MHA menambahkan, AIDS (Aquired Immune Deficiency Syndrom) bukan penyakit melainkan suatu kondisi seseorang yang telah tertular HIV (Human Immunodeficency Virus). Penyebarannyapun spesifik hanya dapat ditularkan melalui perantara darah, air mani, cairan vagina dan air susu ibu (ASI). “Jadi, tidak benar HIV/AIDS dapat menular dengan cara bersalaman, makan bersama, berciuman, berenang bersama atau menggunakan toilet secara bersama dengan ODHA,” jelasnya.
Lebih lanjut Asmani mengatakan, pihaknya berkoordinasi dengan SKPD terkait telah melakukan upaya konkret untuk terus menekan angka penularan HIV, diantaranya melakukan sosialisasi dan screening (tes HIV) terutama dikalangan kelompok berisiko seperti lembaga pemasyarakatan, tempat lokalisasi PSK maupun melakukan pemetaan kelompok resiko tinggi lainnya.
Diakui Asmani, penanggulangan HIV/AIDS di Pandeglang masih perlu dorongan semua pihak termasuk dukungan media massa. “Kalau melihat cara penularannya, sangat mungkin masih banyak pengidap HIV di Pandeglang yang belum teridentifikasi, karena ketidaktahuan masyarakat,” katanya menegaskan.
Dalam kesempatan itu Asmani mengimbau warga yang diketahui berisiko tertular HIV agar melakukan pemeriksaan tes HIV/AIDS secara sukarela untuk pencegahan dan dilakukan pengobatan bila terbukti positif.
Sementara itu, presenter Dede Kodrat dalam pengantarnya menjelaskan, program Pojok Gardutanjak digelar Carlita TV malam Jum’at selama satu jam. “Acara ini dalam rangka Hari AIDS sedunia yang diperingati setiap 1 Desember sekaligus bertepatan dengan peringatan Hari Ibu 22 Desember 2011,” katanya. 
Talkshow yang berlangsung secara On Air (langsung red) berakhir sekitar pukul 20.00 Wib  mengangkat tema Penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Pandeglang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar