RAUT
muka para perempuan tua itu nampak begitu tenang menyimak pemaparan singkat
sang pemandu acara pertemuan kemitraan ratusan Paraji dan Bidan yang digelar
Dinas Kesehatan (Dinkes) Pandeglang, beberapa waktu lalu.
Mereka memiliki kharisma begitu kuat. Hal itu terpancar dari aura
wajahnya yang keibuan dan tulus, tingkat kesabaran yang tinggi serta stamina
yang prima untuk ukuran seusianya.
Para perempuan tua yang kerap disapa “emak” paraji (dukun beranak red)
ini sampai saat ini menjadi satu salah seorang yang dipercaya masyarakat
dilingkungannya, perkataan mereka digugu dan ditiru, serta mempu memberi
pelayan yang handal,utamanya dalam pendampingan serta memotivasi kaum ibu saat
kehamilan, maupun ketika proses melahirkan dan dimasa nifas.
Dari kerutan di pipi wajah-wajahnya jelas sosok paraji menggambarkan
kematangan usia yang sarat pengalaman. Kondisinya yang kontras dengan para
pendamping disebelahnya yakni para Bidan desa (Bides) yang kendati sebagian
besar masih belia, namun dalam soal ketrampilan menolong persalinan boleh
dibilang bidanlah ahlinya .
Wibawa paraji ditingkat lokal secara turun temurun dan alami terbentuk
seiring kematangan usianya yang rata-rata “sepuh”. Ditambah kepiawaian memijat
dan mengurut yang dimiliki paraji serta sentuhan pengetahuan pengobatan
tradisional yang dimiliki, tak heran kalau dimasa lalu sosok “emak” paraji
merupakan orang yang paling dicari ketika dalam suatu keluarga terdapat ibu
hamil dan akan melahirkan.
Gelar sebagai paraji terlatihpun pernah mereka sandang. Kala itu karena
masih minim tenaga bidan, pemerintah diera tahun 90-an sempat memobilisasi
mereka. Waktu itu Paraji diberikan program pelatihan dan ketrampilan standar
menolong persalinan untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan
ibu melahirkan dan perawatan bayi baru lahir.
Dengan demikian , ketokohan paraji sebagai orang yang dipercaya
mendampingi ibu hamil dan melahirkan sudah teruji jauh sebelum adanya program Bides yang
diterjunkan baru belasan tahun belakangan ini.
Kemitraan Bidan-Paraji
Kepala Seksi Kesehatan Ibu, Anak dan Remaja (KIAR) Dinkes Pandeglang
Bidan Hj. Eniyati, SKM. mengatakan saat ini semua wilayah desa/kelurahaan di
Kabupaten Pandeglang sudah memiliki bidan, bahkan ada beberapa wilayah yang
ditempati lebih dari seorang bidan.
Namun diakui bagi sebagian anggota masyarakat peran paraji sebagai
pendamping proses persalinan keberadaannya masih dibutuhkan.
“Oleh karena itu “emak” paraji harus dirangkul, diajak kerja sama
(kemitraan red), terutama oleh para Bidan yang bertugas memberikan pertolongan
persalinan di tingkat desa,” terang Eniyati
disela-sela temu kemitraan ratusan paraji dan Bides se Kabupaten Pandeglang, Kamis
(3/1).
Dia menjelaskan, tugas dan fungsi bidan sesuai profesi tetap sebagai
penolong persalinan ibu melahirkan, sedangkan paraji berperan sebagai
pendamping atau membantu pasca persalinan, termasuk merujuk bila ada ibu hamil
atau akan melahirkan.
Eniyati yang juga Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kabupaten
Pandeglang menegaskan kemitraan bidan
paraji akan terus diperkuat dalam rangka menurunkan angka kematian ibu (AKI)
dan angka kematian bayi (AKB) di Pandeglang.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Khusus (Yankesus) Dinkes Pandeglang
dr. Kodiat Juarsa mengatakan, masih tingginya angka kematian ibu (AKI) dan
angka kematian bayi (AKB) salah satu sebabnya, akibat ibu hamil dan saat
melahirkan tidak mendapatkan pelayanan kebidanan yang berkualitas. Menurutnya,
pelayanan yang berkualitas itu bisa didapatkan warga desa apabila ibu hamil mau memanfaatkan keberadaan
bidan yang sudah ditempatkan di seluruh desa/kelurahan. “Sekarang sudah ada
program jaminan persalinan (Jampersal). Masyarakat tinggal memanfaatkan
pelayanan kebidanan yang telah disediakan, apakah itu mau di bidan desa atau ke
puskesmas, silahkan,” katanya seraya mengingatkan para bidan untuk terus
menjalin komunikasi yang efektif guna menjalin kemitraan dengan paraji di
tempat tugas masing-masing.
Dia menegaskan kedudukan bidan dan paraji setara dalam kemitraan.
Keduanya, jika menjalan tugas fungsi dan peran dengan baik, bisa menjadi tokoh
kunci dalam percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten
Pandeglang.
Permainan dan Lomba
Sementara itu Kepala Seksi Promosi Kesehatan (Promkes) Dinkes
Pandeglang Yudi Hermawan, SKM yang dinobatkan sebagai pemandu acara
mengungkapkan, pertemuan kemitraan bidan dan paraji ditujukan untuk membangun
komunikasi yang lebih baik antar petugas kesehatan, bidan dan paraji. Makanya,
kegiatan yang digelar dirancang secara sederhana tanpa ada pembekalan materi
ceramah, melainkan dalam bentuk permainan yang menarik dan lomba-lomba yang
menghibur.
Dijelaskan, selain para Bidan desa dan paraji
yang hadir dalam pertemuan kemitraan antara lain para kepala puskesmas dan
Bidan koordinator (Bidkor) dari 19
puskesmas yakni Puskesmas Kadomas, Cikole, Pagadungan, Majasari, Banjar,
Mekarjaya, Saketi, Cikeudal, Labuan, Panimbang, Cibitung, Cibaliung, Cimanggu,
Sumur, Cikeusik, Sindangresmi, Pagelaran, Perdana, dan Puskesmas Patia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar