SEBANYAK
delapan warga Pandeglang terdeteksi terinfeksi virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus) selama tahun 2012. Angka tersebut menambah daftar
panjang jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kabupaten Pandeglang yang tercatat sampai akhir 2011 sebanyak 62 ODHA.
Dengan demikian sejak pertama kasus ODHA terendus di Pandeglang pada 2004, hingga saat ini sebanyak 70 orang warga Pandeglang telah terinfeksi HIV, 23 diantaranya meninggal karena AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).
Hal itu terungkap saat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Pandeglang melakukan kampanye bersama penanggulangan HIV/AIDS dengan KPA Provinsi Banten dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan organisasi kemasyarakatan (Ormas) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Pandeglang,
Jum’at (28/12).
Ketua Pelaksana Harian KPA Pandeglang Hj. Siti Erna Nurhayati mengatakan, saat ini kondisi penyebaran HIV/AIDS kejadiannya semakin mengkhawatirkan, kasusnya terus bertambah dan sudah terjadi pada
berbagai kalangan. “Makanya penanggulangannyapun perlu melibatkan berbagai pihak. Termasuk LSM peduli AIDS dan Ormas,” tegasnya.
Ditambahkan, selain kampanye sosialisasi pencegahan, KPA Pandeglang bekerja sama dengan tim medis Dinkes Pandeglang melakukan sero survey mengambil sampel darah para narapidana untuk diketahui apakah terinfeksi HIV atau penyakit infeksi menular seksual (IMS) lainnya.
Cara penularan
Sementara itu Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit Dinkes Pandeglang dr. Firmansyah dihadapan ratusan narapidana yang hadir di Aula lapas Pandeglang memaparkan, penyebaran virus HIV dapat terjadi melalui berbagai cara diantaranya melalui hubungan sek yang tidak aman. “Contohnya laki-laki atau wanita berhubungan badan tanpa kondom atau pengaman lainnya, oral seks, atau pinjam-meminjam alat bantu seks,” paparnya.
Cara penularan lainnya lanjut dr. Firmansyah, HIV dapat terinfeksi karena penggunaan jarum suntik secara bersama dengan ODHA serta melalui air susu ibu (ASI). “Penularan melalui media jarum suntik
umumnya banyak dialami dari para pengguna narkoba suntik (penasum),” terangnya sambil mengajak para narapidana Lapas menjauhi perilaku seks bebas dan berbagi jarum suntik.
Sementara untuk ASI, dikatakannya hanya bisa menularkan HIV apabila bayi meminumnya dari ibu atau wanita yang terinfeksi HIV positif.
Dia menjelaskan, infeksi oleh virus HIV akan menggerogoti sampai merusak salah satu organ tubuh baru akan terdeteksi penyakitnya dan akan menyebabkan AIDS.
“Jadi AIDS merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh. Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS yang mematikan,” jelasnya.
Diungkapkan, saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS. “Saat ini, belum ditemukan penyembuh infeksi HIV. Biasanya penderita diberi obat antiretroviral (ARV)yang dapat melambatkan pertumbuhan virus sehingga
penderita tetap sehat lebih lama,” terangnya.
Faktor risiko
Pada bagian lain, Koordinator tim asistensi KPA Banten dr. Santoso Edi Budiono dalam paparannya menjelaskan faktor risiko tertular HIV bisa terjadi pada siapa saja. Dia menegaskan belum tentu orang dengan perilaku baik alias menjauhi risiko tertular HIV/ AIDS sepenuhnya bebas dari bahaya virus yang mengakibatkan daya tahan tubuh turun ini.
“Berdasarkan data jumlah kumulatif kasus AIDS menurut pekerjaan di Indonesia tahun 1987-2011 diketahui, ibu rumah tangga menempati posisi kedua sebagai pihak yang paling banyak terinfeksi HIV/AIDS,” ungkapnya.
Hal ini terjadi, kata dia karena ibu-ibu rumah tangga itu tertular oleh suaminya yang kerap melakukan hubungan seks di luar nikah atau mengonsumsi narkoba suntik dan kerap berbagi jarum suntik dengan temannya yang ternyata terinfeksi HIV.
Program officer KPA Banten Arif Mulyawan menambahkan, penyebaran HIV korbannya sudah menjamah ke pelosok perdesaan. “Buktinya di Pandeglang ada penderita yang tinggal di Cibaliung, sedangkan di Lebak di Cirinten. Kedua daerah tersebut adalah daerah yang jauh dari perkotaan,” ujar Arif seraya menyerukan untuk tidak mengucilkan dan menjauhi penderita HIV karena mereka membutuhkan bantuan dan dukungan agar bisa melanjutkan hidup tanpa banyak beban.
Dengan demikian sejak pertama kasus ODHA terendus di Pandeglang pada 2004, hingga saat ini sebanyak 70 orang warga Pandeglang telah terinfeksi HIV, 23 diantaranya meninggal karena AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).
Hal itu terungkap saat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Pandeglang melakukan kampanye bersama penanggulangan HIV/AIDS dengan KPA Provinsi Banten dan sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan organisasi kemasyarakatan (Ormas) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Pandeglang,
Jum’at (28/12).
Ketua Pelaksana Harian KPA Pandeglang Hj. Siti Erna Nurhayati mengatakan, saat ini kondisi penyebaran HIV/AIDS kejadiannya semakin mengkhawatirkan, kasusnya terus bertambah dan sudah terjadi pada
berbagai kalangan. “Makanya penanggulangannyapun perlu melibatkan berbagai pihak. Termasuk LSM peduli AIDS dan Ormas,” tegasnya.
Ditambahkan, selain kampanye sosialisasi pencegahan, KPA Pandeglang bekerja sama dengan tim medis Dinkes Pandeglang melakukan sero survey mengambil sampel darah para narapidana untuk diketahui apakah terinfeksi HIV atau penyakit infeksi menular seksual (IMS) lainnya.
Cara penularan
Sementara itu Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit Dinkes Pandeglang dr. Firmansyah dihadapan ratusan narapidana yang hadir di Aula lapas Pandeglang memaparkan, penyebaran virus HIV dapat terjadi melalui berbagai cara diantaranya melalui hubungan sek yang tidak aman. “Contohnya laki-laki atau wanita berhubungan badan tanpa kondom atau pengaman lainnya, oral seks, atau pinjam-meminjam alat bantu seks,” paparnya.
Cara penularan lainnya lanjut dr. Firmansyah, HIV dapat terinfeksi karena penggunaan jarum suntik secara bersama dengan ODHA serta melalui air susu ibu (ASI). “Penularan melalui media jarum suntik
umumnya banyak dialami dari para pengguna narkoba suntik (penasum),” terangnya sambil mengajak para narapidana Lapas menjauhi perilaku seks bebas dan berbagi jarum suntik.
Sementara untuk ASI, dikatakannya hanya bisa menularkan HIV apabila bayi meminumnya dari ibu atau wanita yang terinfeksi HIV positif.
Dia menjelaskan, infeksi oleh virus HIV akan menggerogoti sampai merusak salah satu organ tubuh baru akan terdeteksi penyakitnya dan akan menyebabkan AIDS.
“Jadi AIDS merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh. Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS yang mematikan,” jelasnya.
Diungkapkan, saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS. “Saat ini, belum ditemukan penyembuh infeksi HIV. Biasanya penderita diberi obat antiretroviral (ARV)yang dapat melambatkan pertumbuhan virus sehingga
penderita tetap sehat lebih lama,” terangnya.
Faktor risiko
Pada bagian lain, Koordinator tim asistensi KPA Banten dr. Santoso Edi Budiono dalam paparannya menjelaskan faktor risiko tertular HIV bisa terjadi pada siapa saja. Dia menegaskan belum tentu orang dengan perilaku baik alias menjauhi risiko tertular HIV/ AIDS sepenuhnya bebas dari bahaya virus yang mengakibatkan daya tahan tubuh turun ini.
“Berdasarkan data jumlah kumulatif kasus AIDS menurut pekerjaan di Indonesia tahun 1987-2011 diketahui, ibu rumah tangga menempati posisi kedua sebagai pihak yang paling banyak terinfeksi HIV/AIDS,” ungkapnya.
Hal ini terjadi, kata dia karena ibu-ibu rumah tangga itu tertular oleh suaminya yang kerap melakukan hubungan seks di luar nikah atau mengonsumsi narkoba suntik dan kerap berbagi jarum suntik dengan temannya yang ternyata terinfeksi HIV.
Program officer KPA Banten Arif Mulyawan menambahkan, penyebaran HIV korbannya sudah menjamah ke pelosok perdesaan. “Buktinya di Pandeglang ada penderita yang tinggal di Cibaliung, sedangkan di Lebak di Cirinten. Kedua daerah tersebut adalah daerah yang jauh dari perkotaan,” ujar Arif seraya menyerukan untuk tidak mengucilkan dan menjauhi penderita HIV karena mereka membutuhkan bantuan dan dukungan agar bisa melanjutkan hidup tanpa banyak beban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar