SEPERTINYA masih sedikit warga yang
tahu bahwa pada Minggu (24/3) kemarin
merupakan Hari Tuberkulosis (TB) Sedunia. Hal itu bila dilihat dari
kurangnya
publikasi ditingkat lokal (daerah red) yang memperingati hari tersebut.
Tak ada peringatan secara khusus dari warga Pandeglang di hari minggu
tersebut, kecuali terlihat hanya sebuah spanduk ukuran mini yang
mengingatkan bahwa 24 Maret merupakan Hari TB Sedunia.
Menurut Yudi, penyakit TB merupakan persoalan kesehatan masyarakat yang harus segera ditanggulangi bersama.
"Oleh karena itu, diperlukan kepedulian yang tinggi untuk memberantas TB.
Kami dari pihak pemerintah mengajak semua pihak untuk ikut
berkonsentrasi dalam menanggulangi TB," tegasnya.
Lebih lanjut dia memaparkan, TB merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). "Sumber penularan TB adalah dahak penderita TB yang mengandung kuman TB melalui udara. TB merupakan salah satu penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian bagi penderitanya," paparnya.
Di Indonesia, masih masih menurut Yudi, banyak masyarakat beranggapan bahwa TB merupakan penyakit keturunan yang disebabkan kutukan atau guna-guna. Sehingga pasien yang terkena kuman TB banyak yang dikucilkan dalam lingkungan sosial.
"Padahal penyakit ini dapat menyerang siapa saja baik itu tua, muda, laki-laki dan perempuan," tuturnya.
Yudi juga menyampaikan, tidak hanya persolan diskriminasi terhadap pasien TB, namun nyatanya banyak dari pasien TB yang enggan untuk diobati. Yudi yang pernah menjadi program officer program TB selama belasan tahun mengaku tidak mudah mengajak pasien yang suspect TB agar mau disembuhkan.
“Kami akan terus memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya kuman TB serta senantiasa membantu pasien suspect TB agar bisa sembuh. Kami bekerjasama dengan kader TB dan PMO (Pembantu Menelan Obat) yang bertugas memastikan pasien TB rutin untuk meminum obat,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Pandeglang H. Deden Kuswan menyatakan bahwa pencegahan TB dapat dilakukan dengan imunisasi BCG pada bayi, menutup mulut saat batuk dan bersin, membuang dahak ke tempat yang benar, menjaga sirkulasi udara, dan mengobati pasien TB dengan meminum obat selama enam bulan sehingga bisa sembuh dari penyakit TB.
“Petugas pengelola TB Puskesmas dan Kader bertugas mendata masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka yang suspect TB agar segera dapat diberikan layanan kesehatan. Selain itu, petugas penyuluh Puskesmas juga memberikan edukasi kepada masyarakat sehingga bisa memutus rantai penyebaran kuman TB,” tegas Deden.
Padahal
di dunia internasional peringatan hari
TB sedunia sudah dikampanyekan sejak tahun 1982. Bahkan, diungkapkan Kepala Seksi Promosi Kesehatan Dinkes Pandeglang Yudi
Hermawan, SKM, sejak tahun 1993, organisasi kesehatan dunia WHO telah menyatakan, TB sebagai salah satu penyakit yang
berbahaya.
“Saat ini, Indonesia menempati peringkat kelima untuk penyakit TB di
dunia setelah India, China, Afrika Selatan, dan Nigeria. Diperkirakan jumlah
pasien TB Indonesia mencapai 10 persen dari seluruh pasien TB dunia,” ungkap
Yudi yang juga kerap menjadi Tim fasilitator provinsi untuk pelatihan program TB bagi
petugas di fasilitas pelayanan kesehatan.
Dikatakan, untuk Kabupaten Pandeglang diproyeksikan sedikitnya ada 1.200 kasus warga
yang positif TB. “Tingginya angka kesakitan tersebut diakibatkan cepatnya
tingkat penularan dari orang ke orang,” katanya.
Sedangkan tanda-tanda gejala tertular tuberculosis jelas Yudi yang
paling mudah dikenali adalah batuk-batuk. “Batuk yang tidak sembuh-sembuh
hingga dua pekan harus segera diperiksakan karena selalu ada kemungkinan
tertular TB,” katanya.
Selain itu tanda lainnya seperti
demam, berat badan turun, sesak napas,
lemas dan cepat letih serta, nyeri punggung mesti diwaspadai.
“Gejala-gejala tersebut muncul ketika status infeksinya adalah TB Aktif,
yakni
sudah menyebabkan sakit. Dalam banyak kasus, infeksi TB tidak selalu
menyebabkan sakit, sehingga tidak memunculkan gejala dan disebut TB
laten,” jelas Yudi, kemarin.
Lebih lanjut dia memaparkan, TB merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). "Sumber penularan TB adalah dahak penderita TB yang mengandung kuman TB melalui udara. TB merupakan salah satu penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian bagi penderitanya," paparnya.
Di Indonesia, masih masih menurut Yudi, banyak masyarakat beranggapan bahwa TB merupakan penyakit keturunan yang disebabkan kutukan atau guna-guna. Sehingga pasien yang terkena kuman TB banyak yang dikucilkan dalam lingkungan sosial.
"Padahal penyakit ini dapat menyerang siapa saja baik itu tua, muda, laki-laki dan perempuan," tuturnya.
Yudi juga menyampaikan, tidak hanya persolan diskriminasi terhadap pasien TB, namun nyatanya banyak dari pasien TB yang enggan untuk diobati. Yudi yang pernah menjadi program officer program TB selama belasan tahun mengaku tidak mudah mengajak pasien yang suspect TB agar mau disembuhkan.
“Kami akan terus memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya kuman TB serta senantiasa membantu pasien suspect TB agar bisa sembuh. Kami bekerjasama dengan kader TB dan PMO (Pembantu Menelan Obat) yang bertugas memastikan pasien TB rutin untuk meminum obat,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Pandeglang H. Deden Kuswan menyatakan bahwa pencegahan TB dapat dilakukan dengan imunisasi BCG pada bayi, menutup mulut saat batuk dan bersin, membuang dahak ke tempat yang benar, menjaga sirkulasi udara, dan mengobati pasien TB dengan meminum obat selama enam bulan sehingga bisa sembuh dari penyakit TB.
“Petugas pengelola TB Puskesmas dan Kader bertugas mendata masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka yang suspect TB agar segera dapat diberikan layanan kesehatan. Selain itu, petugas penyuluh Puskesmas juga memberikan edukasi kepada masyarakat sehingga bisa memutus rantai penyebaran kuman TB,” tegas Deden.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar