28 Jun 2016

Bupati Irna : 'Masa Balita Merupakan Masa Keemasan'

BUPATI Pandeglang Hj Irna Narulita sangat mendukung sekali Lomba Balita Sehat  Indonesia yang diselenggarakan Dinkes pandeglang. Menurut Bupati, masa balita merupakan masa keemasan, untuk itu asupan gizi nya harus optimal agar dapat  mewujudkan anak pandeglang sehat dan berkualitas.
 “Saya harap kegiatan persuasive atau sosialisasi kepada masyarakat terkait terkait paradigma hidup sehat terus ditingkatkan, agar masyarakat paham dan mengerti pola hidup sehat itu seperi apa,”kata Bupati Pandeglang Hj Irna Narulita saat membuka acara Lomba Bayi Sehat Nasional di Hotel Soyan in, Rabu (22/6).
Bupati juga berharap pola asuh orang tua dapat terus ditingkatkan, karena itu merupakan factor utama dalam pembentukan otak dan karakter seorang anak. Menurutnya, meberikan pendidikan kepada anak solah mengukir diatas batu atau mengukir diatas kertas yang putih.
“Dalam memberikan makanan kepada balita saya harap orang tua asuh harus selektif tidak asal – asalan. Dalam penyampaian bahasa juga seorang ibu harus santun dan baik, karena Apa yang disampaikan itu yang mereka dengar, di dalam memory nya akan terus teringat,”lanjutnya.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Pandeglang Indah Dinarsiani mengatakan, kegiatan ini dalam rangka peningkatan gizi masyarakat. yang mengikuti dalam acara ini sebanyak 18 orang balita, 9 balita masuk kedalam kategori 6-24 bulan, dan sisanya masuk ke dalam 25-59 bulan.
“Yang ikut acara ini merupakan perwakilan terbaik dari lomba balita sehat tingkat kecamatan. Kami harap mereka yang mewakili ini dapat menjadi terbaik di tingkat kabupaten sehingga dapat mewakili ke tingkat nasional,”katanya.

27 Jun 2016

Dinkes Pandeglang Terjunkan Tim Kesehatan Layani Pemudik

DINAS Kesehatan (Dinkes) Pandeglang menyiagakan ratusan petugas yang tergabung dalam Tim Kesehatan menghadapi arus mudik pada Lebaran 1437 H. Tim Kesehatan itu terdiri dari 57 dokter, 352 perawat, 307 bidan dan 99 tenaga non medis yang ditugaskan secara khusus melayani kesehatan pemudik mulai H-7 sampai H+7 Lebaran.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Hj. Indah Dinarsiani usai memimpin rapat koordinasi internal kesiapan Posko Kesehatan arus mudik Lebaran 1437 H bersama Rumah Sakit dan Puskesmas se Kabupaten Pandeglang, Jumat (24/6/2016).
Indah menjelaskan, ratusan petugas medis tersebut disiagakan untuk melayani pemudik di 5 Posko Kesehatan gabungan, 2 Posko Kesehatan alternatif yang berdiri di sepanjang jalur mudik dan 36 Posko Puskesmas se Kabupaten Pandeglang.
"Kami bekerja sama dengan Polres Pandeglang dan Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi, mendirikan Posko kesehatan gabungan di beberapa titik strategis jalur mudik," ungkap Kepala Dinkes Kabupaten Pandeglang Indah Dinarsiani.
Menurut Indah, Posko kesehatan akan beroperasi 24 jam mulai tanggal 30 Juni 2016 hingga 14 Juli 2016 mendatang. Posisi Posko Kesehatan gabungan berada di Alun-alun Pandeglang, Terminal Kadubanen, Pertigaan Mengger, Terminal Tarogong Labuan, Lippo Carita. Sementara itu Posko Kesehatan alternatif berada di Pustu Banjarwangi Kecamatan Pulosari dan Pustu Bojongcanar Kecamatan Cikeudal.
"Di Posko Kesehatan disediakan tenaga medis, obat-obatan dan ambulans untuk melayani pemudik jika sakit atau sekedar melakukan cek kesehatan bagi pemudik dan pengemudi saat istirahat sebelum melanjutkan perjalanan," jelasnya.
Tetap Buka
Sekretaris Dinkes Pandeglang H. Didi Mulyadi menambahkan, seluruh Puskesmas yang difungsikan sebagai Posko Mudik tetap melayani masyarakat umum yang akan berobat selama masa arus mudik dan cuti bersama Lebaran. “Semua Puskesmas tetap buka dan disiagakan 24 jam melayani masyarakat yang sakit maupun antisipasi kecelakaan lalu lintas,” katanya.
Didi menjelaskan, pelayanan Puskesmas dijalur utama mudik diantaranya Mandalawangi, Cadasari, Karangtanjung, Kaduhejo, Cimanuk, Munjul, Cikeusik, Cigeulis, Cimanggu, Cisata, Jiput, Cibaliung, Sumur, Saketi, Bojong, Picung, Menes, Labuan, Carita, Panimbang, Sobang akan ada petugas kesehatan jaga stand by 24 jam.
Sementara Puskesmas lainnya yakni Majasari, Kadomas Pandeglang, Banjar, Bangkonol, Cikupa Pandeglang, Pulosari, Sindangresmi, Perdana Sukaresmi, Cibitung, Cipeucang, Cikeudal, Pagelaran, Angsana, Mekarjaya, dan Puskesmas Patia hanya disiagakan 24 jam. “Artinya Puskesmas siaga tidak stand by 24 jam, namun petugas piket akan melakukan pelayanan ketika warga memerlukan,” tandasnya.

26 Jun 2016

BPOM Serang Sidak Pasar Badak Pandeglang

JELANG Hari Raya, disejumlah pasar biasanya banyak sekali makanan yang beredar mengandung bahan kimia, salah satunya di pasar Pandeglang.
Untuk mengantisipasi hal itu, Pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang menggandeng Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) serang untuk melakukan pengecekan terhadap makanan yang dijual di pasar tersebut, Kamis (23/6).
Setelah dilakukan pengecekan eleh Badan POM, dari 26 sampel makanan yang di uji cepat ada lima sampel yang mengandung bahan kimia berbahaya yakni sekoteng, terasi, kerupuk dan sotong onel.
Dari bahan makanan tersebut  dipastikan mengandung borak dan bahan pewarna roda min B.
Kepala Badan Pom serang Muhammad Kashuri mengatakan, untuk pengawasan di pasar Pandeglang kali ini Alhamdulillah tidak ditemukan bahan kimia berjenis formalin. Namun walaupun demi kian menurut kashuri, pihaknya tetap melakukan pembinaan kepada pedagang agar tidak lagi menjual bahan makanan yang mengandung bahan kimia ber jenis borak dan roda min B.
“Kami sudah memberitahukan kepada pedagang yang tadi telah di ambil sampel, dan terbukti mengandung bahan kimia untuk tidak menjual lagi bahan makanan tersebut,”katanya.
Sementara Assisten Perekonomian Pembangunan Iskandar mengatakan, setelah diketahui dari beberapa sampel bahan makanan mengandung bahan kimia, pihak Pemerintah Daerah akan lebih ketat lagi melakukan pengawasan.
“Kami akan terus ber koordinasi dengan Badan Pom, Dinas Kesehatan, dan Diskopindag agar dapat memberikan kepastian bhwa makanan yang di konsumsi masyarakat Pandeglang bebas dari bahan kimia,”katanya.

Hadir dalam acara sidak ini Kepala Dinas Kopersai, Perindustrian dan Perdagangan H.M Olis Solihin. 

23 Mei 2016

Kadinkes : 'Ibu Hamil Dapat Informasi Kesehatan Melalui Pesan Singkat'

SEBAGAI salah satu upaya untuk menurunkan jumlah kematian Ibu dan anak yang cukup tinggi, Dinas Kesehatan (Dinkes) Pandeglang telah meluncurkan sebuah program layanan SMS gratis yang didesain untuk memberikan informasi kepada masyarakat mulai saat kehamilan, nifas sampai pasca persalinan hingga bayi berusia dua tahun (baduta).
Program yang diberi nama “SMS Bunda” tersebut diprakarsai Dinkes Pandeglang bekerja sama dengan lembaga Ibu Foundation dengan harapan sejak ibu hamil bisa menjaga kesehatan diri dan kandungannya, mampu mengidentifikasi tanda-tanda bahaya, serta bisa mengambil langkah yang cepat dan tepat saat menghadapi kondisi gawat darurat, baik saat kehamilan maupun pasca persalinan.
“Dengan SMS Bunda, ibu hamil akan mendapatkan informasi yang dibutuhkan terkait dengan kehamilannya tiap beberapa hari,” ujar Kadinkes Pandeglang Hj. Indah Dinarsiani, Jumat (20/5/2016).
Diungkapkan, saat ini telah didata nomor Handphone  11 ribu ibu hamil di Kabupaten Pandeglang yang didaftarkan oleh Bidan Puskesmas setempat dalam program SMS Bunda. “ SMS Bunda tidak dipungut biaya dan caranya juga cukup mudah sehingga siapapun dapat mengaksesnya,” imbuhnya.
Indah mengimbau agar ibu hamil atau keluarga yang memiliki anak baduta dan belum terdaftar untuk mendaftar dengan cara ketik: SMSbunda Kirim ke : 0811 8469 468
"Tujuan SMB Bunda adalah mengingatkan ibu tentang kondisi-kondisi bahaya yang mungkin dihadapi. Dengan demikian, mereka bisa melakukan antisipasi sejak dini dan menjaga kehamilannya atau anaknya dengan lebih baik lagi," tandasnya.


20 Mei 2016

Ini Dua Kandidat Nakes Teladan Tingkat Provinsi Asal Kabupaten Pandeglang

TIM penilai tenaga kesehatan (nakes) Provinsi Banten melakukan kunjungan penilaian lomba nakes teladan tingkat provinsi di Kabupaten Pandeglang, Kamis (19/5/2016).
Tim penilai yang terdiri dari unsure Dinas Kesehatan (Dinkes) provinsi dan organisasi profesi diterima Sekretaris Dinkes Pandeglang H. Didi Mulyadi di Kantor Dinkes, sebelum mengunjungi dua Puskesmas terpilih yakni Puskesmas Majasari dan Puskesmas Jiput.
Ketua Tim penilai Provinsi Banten Hj. Yani Purwasih mengatakan, kunjungan tim penilai bertujuan melihat secara langsung kinerja para teladan Kabupaten Pandeglang untuk dinominasikan sebagai teladan tingkat Provinsi.
“Komponen yang dinilai diantaranya inovasi dalam menjalankan tupoksi dan pengabdiannya kepada masyarakat dan lingkungan tempat tinggalnya,” katanya.
Kepala Bidang Sumberdaya dan Promosi Kesehatan Dinkes Pandeglang H. Kodiat Juarsa mengatakan, pemilihan tenaga kesehatan di Kabupaten Pandeglang dilakukan oleh Tim Penilai secara berjenjang dari Puskesmas, tingkat kabupaten sampai propinsi. “Tahun ini Kabupaten Pandeglang mengikuti Lomba nakes teladan untuk dua kategori yaitu Bidan Puskesmas Jiput diwakili Noviyanti Hayatulfahad dan kategori tenaga laboratorium Puskesmas Majasari diwakili Nelma Fitris,” kata Kodiat.
Dia mengatakan, kedua wakil Pandeglang tersebut merupakan tenaga kesehatan hasil seleksi tim penilai nakes teladan tingkat Kabupaten Pandeglang tahun 2016.
“Seleksi yang telah kita lakukan meliputi 5 aspek mulai dari mutu pelayanan, kualitas fasilitas dan tempat, administrasi serta pelaporan, inovasi, pengabdian masyarakat,” katanya.
Berdasarkan penilaian dari tim Kabupaten Pandeglang, Noviyanti dan Nelma menjadi yang terbaik dan menjadi kandidat Nakes Teladan Tingkat Provinsi Banten.
Sekretaris Dinkes Pandeglang H. Didi Mulyadi, dalam sambutannya mengatakan, pihaknya memberikan apresiasi terhadap para pegawai yang telah meraih prestasi sebagai teladan tingkat Kabupaten Pandeglang tahun 2016. “Prestasi ini harus dipertahankan, dan menjadi motivasi kuat untuk menjadi teladan tingkat Provinsi Banten,” katanya.

Menurutnya, teladan tak hanya saat dinilai, melainkan menjadi contoh bagi pegawai puskesmas lainnya baik dalam pengabdian kepada masyarakat maupun inovasi dalam menjalankan tugas sehari hari melayani klien, sehingga berhak meraih predikat sebagai teladan.

24 Mar 2016

24 Maret Hari Tuberkulosis Sedunia: "Unite To End TB"

SETIAP tanggal 24 Maret diperingati World TB Day atau Hari TB Sedunia (HTBS). Pada tahun 2016, Tema Global HTBS adalah "Unite To End TB". Sedangkan Tema Nasional HTBS 2016 adalah "Gerakan Keluarga Menuju Indonesia Bebas TB" melalui Gerakan “Temukan TB, Obati Sampai Sembuh (TOSS TB)".
Tema TB day ini cukup berat untuk diwujudkan, karena kita harus melakukan upaya yang cukup besar dalam menjangkau, memeriksa dan mengobati . Ada 3 juta penderita TB yang belum mengatakan Indonesia bebas TB, dengan menemukan dan mengobati TB di seluruh Indonesia. Amanat Bapak Presiden dengan Nawa Cita-nya bahwa agar kita menghadirkan negara untuk melindungi segenap bangsa dan negara. Masih banyak tantangan yang masih harus disikapi. Dari indikator MDGS berhasil menurunkan insiden dan prevalensi. Insiden turun 45% dari tahun 1990 sampai dengan 2010. prevelance 35%, dan  angka kematian TB turun hingga 71%.  
Lalu, benarkah TB berselingkuh dengan perokok? Jawabannya, tidak selalu benar, meski kecenderungannya ternyata cukup tinggi. Hal itu dibuktikan oleh beberapa penelitian, di antaranya seperti yang dilakukan Hsien-Ho Lin dan timnya dari Harvard School of Public Health, Amerika Serikat.
Lin menyatakan bukti hubungan antara kebiasaan merokok, perokok pasif, dan polusi udara di dalam ruangan dari kayu bakar dan batu bara terhadap risiko infeksi, penyakit, dan kematian akibat TBC. Dari sekitar 100 orang yang diteliti, ditemukan yang merokok tembakau dan menderita TBC sebanyak 33 orang, perokok pasif dan menderita TBC 5 orang, dan yang terkena polusi udara dan menderita TBC 5 orang. Penelitian lain dilakukan di Afrika Selatan menunjukkan kaitan antara perokok pasif dan meningkatnya risiko infeksi Mycobacterium tuberculosis pada anak yang tinggal serumah dengan penderita TBC.
Dr. Saskia den Boon dari KNCV Tuberculosis Foundation di Belanda menulis hasil penelitian mereka dalam jurnal Pediatric edisi April 2007. Ia mengungkapkan tuberkulosis dan merokok merupakan dua masalah kesehatan masyarakat yang signifikan. Kaitan perokok pasif dan infeksi TBC pada anak menjadikannya bahan pemikiran yang sangat penting, mengingat tingginya prevalensi merokok dan tuberkulosis di negara berkembang.
Di India, merokok diperkirakan mampu membunuh hampir satu juta warganya di usia produktifnya pada 2010. Penelitian itu juga menunjukkan, kebiasaan tersebut menjadi penyebab utama kematian pada penderita TBC, penyakit saluran pernapasan, dan jantung.
Di Indonesia, sejauh ini memang belum ada penelitian resmi yang mengungkapkan "perselingkuhan" antara rokok dan TBC, tetapi fakta di lapangan dapat memberikan gambaran bahwa hubungan itu memang ada. Setidaknya prevalensi penderita TBC yang berobat di pusat pengobatan TBC RS Persahabatan yang punya kebiasaan merokok lebih besar dibandingkan yang tidak.

Banyak orang, terutama perokok, bakal menyangkal keras perselingkuhan antara rokok dan TBC. Percayalah, sudah banyak fakta mengungkapkan bahwa kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko TBC.
Fakta berbicara, tembakau merupakan penyebab kematian lima terbesar di dunia. Satu di antara 10 kematian orang dewasa di seluruh dunia disebabkan kebiasaan merokok (sekitar 5 juta kematian tiap tahun). Bila pola merokok ini terus berlanjut, sampai tahun 2020 diperkirakan akan ada 10 juta kematian.
Setidaknya kini lebih dari 1 miliar orang termasuk pemakai tembakau aktif (70 persen di antaranya berada di negara berpenghasilan rendah) di mana setengahnya akhirnya meninggal oleh tembakau. Tak heran, dalam 50 tahun ke depan diperkirakan 450 juta orang akan meninggal karena tembakau.
Selain itu, tembakau -sebutan lain rokok- merupakan faktor risiko keempat timbulnya semua jenis penyakit di dunia. Pemakaian tembakau merupakan penyebab utama kematian pada penyakit berat seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kanker paru, aneurisma aorta, penyakit jantung koroner, kanker kandung kemih, kanker saluran pernapasan bagian atas, dan kanker pankreas.
Hasil survei tahun 2006 menyebutkan, di Indonesia jumlah seluruh perokok tak kurang dari 160 juta orang (hampir 70 persen dari populasi) dan sekitar 22,6 persen dari 3.320 kematian disebabkan penyakit yang berkaitan dengan kebiasaan merokok.
Kenyataan lain memperlihatkan kondisi memprihatinkan, lebih dari 45 juta anak (usia 0-14 tahun) tinggal bersama perokok. Padahal, anak-anak yang kerap terpapar asap rokok akan mengalami pertumbuhan paru yang kurang normal dan lebih mudah terkena infeksi saluran pernapasan serta penyakit asma.
Terbukti Berhubungan
Studi pada pekerja perkebunan di California, AS, menemukan hubungan bermakna antara prevalensi reaktivitas tes tuberkulin dan kebiasaan merokok. Pada bekas perokok, hubungan ini lebih kuat daripada mereka yang masih merokok. Data lain menunjukkan hubungan antara kebiasaan merokok dengan tuberkulosis aktif, hasilnya hanya bermakna pada mereka yang telah merokok lebih dari 20 tahun.
Di AS, para perokok yang telah merokok 20 tahun atau lebih ternyata 2,6 kali lebih sering menderita TBC daripada yang tidak merokok. Kebiasaan merokok meningkatkan mortalitas akibat TBC sebesar 2,8 kali.
Angka ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan rasio mortalitas pada penyakit jantung iskemik (1,6 kali) dan penyakit serebrovaskular (1,5 kali), walaupun memang jauh lebih rendah dari rasio mortalitas akibat kanker paru, yang 15 kali lebih sering pada perokok dibandingkan bukan perokok.
Kaitan ini bisa dijelaskan bahwa dengan racun yang dibawanya, rokok merusak mekanisme pertahanan paru-paru. Bulu getar dan alat lain dalam paru-paru yang berfungsi menahan infeksi rusak akibat asap rokok.
Asap rokok meningkatkan tahanan pelan napas (airway resistance). Akibatnya, pembuluh darah di paru mudah bocor. Juga merusak sel pemakan bakteri pengganggu dan menurunkan respon terhadap antigen, sehingga bila benda asing masuk ke dalam paru-paru, tidak ada pendeteksinya.
Berdasarkan hasil penelitian maupun survei, sebenarnya sudah cukup bukti "perselingkuhan" rokok dan TBC. Meski bagi perokok dan sebagian orang fakta ini tak berarti apa pun, cobalah lebih peduli dengan orang terdekat Anda. Mungkin selama ini mereka yang sebenarnya menjadi korban "perselingkuhan" itu.


23 Mar 2016

Hari Gizi Nasional : Gizi Baik Untuk Membangun Generasi yang Tinggi, Sehat dan Berprestasi

GIZI yang baik menjadi landasan bagi setiap individu untuk mencapai potensi maksimal yang dimilikinya. Sementara itu, periode 1000 Hari Pertama Kehidupan merupakan periode sensitif yang menentukan kualitas hidup di masa yang akan datang, dimana akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi.
Perbaikan gizi khususnya penurunan stunting menjadi salah satu agenda prioritas pembangunan kesehatan, ujar Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K) pada pembukaan Puncak Peringatan Hari Gizi Nasional ke-56 tahun 2016 di salah satu gedung pertemuan di kawasan Jakarta Selatan, Selasa pagi (21/3). Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
Menurut Menkes, perbaikan gizi dilakukan melalui pendekatan continuum of care dengan fokus pada 1000 hari pertama kehidupan, yaitu mulai dari masa kehamilan sampai anak berumur 2 tahun.
Sasaran diperluas dengan mengembangkan jangkauan pelayanan gizi pada remaja puteri dan calon pengantin, yaitu pemberian tablet tambah darah pada remaja putri sesuai standar, kata Menkes.
Menkes juga menambahkan bahwa pelayanan gizi pada ibu hamil terus diperkuat dan ditingkatkan melalui integrasi gizi dengan KIA, deteksi dini ibu hamil kurang energi kronis (KEK) dan ibu hamil anemia melalui antenatal care (ANC) terpadu.
Di samping itu untuk perbaikan gizi, intervensi spesifik yang dilakukan oleh sektor kesehatan tidak akan mencapai hasil maksimal tanpa adanya intervensi sensitif yang dilakukan oleh sektor non-kesehatan, antara lain: Peningkatan produksi pertanian untuk mendukung ketahanan pangan dan gizi di tingkat rumah tangga; perlindungan sosial untuk pengentasan kemiskinan melalui Program Keluarga Harapan (PKH); Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), penyediaan air bersih dan sanitasi, dan program pemberdayaan perempuan. Untuk itu, kolaborasi efektif dan berkesinambungan untuk mengidentifikasi langkah terobosan dalam mempercepat pencapaian sasaran-sasaran peningkatan gizi masyarakat perlu ditingkatkan.
Intervensi gizi sensitif sudah terbukti mampu berkontribusi sampai 70% untuk keberhasilan perbaikan gizi masyarakat, terutama untuk penurunan angka stunting, tutur Menkes.
Program Indonesia Sehat yang difokuskan pada 4 program prioritas yaitu, percepatan penurunan kematian ibu dan kematian bayi, perbaikan gizi khususnya stunting, penurunan prevalensi penyakit menular dan penyakit tidak menular. Untuk itu, dilakukan pendekatan keluarga sebagai strategi untuk perubahan perilaku keluarga dan masyarakat, khususnya dalam pengenalan terhadap risiko penyakit.
Pendekatan keluarga diharapkan dapat meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif, kata Menkes.
Menurut Menkes, dari 12 indikator keluarga sehat, upaya perbaikan gizi difokuskan pada target pemberian ASI eksklusif pada bayi selama 6 bulan dan pemantauan pertumbuhan balita setiap bulan yang dilakukan di posyandu melalui penimbangan bulanan dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS).
Anak-anak yang mendapatkan ASI Eksklusif cenderung memiliki intelegensia yang lebih tinggi dan memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat. Begitu juga dengan ibu yang memberikan ASI memiliki risiko yang lebih rendah untuk terkena kanker payudara dan kanker rahim. Selain itu, pemantauan pertumbuhan setiap bulan diharapkan gangguan pertumbuhan setiap anak dapat diketahui lebih awal sehingga dapat ditanggulangi secara cepat dan tepat, terang Menkes.
Setiap tahun, Hari Gizi Nasional diperingati setiap tanggal 25 Januari. Tahun ini, tema HGN ke-56 Tahun 2016 adalah Membangun Gizi Menuju Bangsa Sehat Berprestasi dengan sub-tema Percepatan Perbaikan Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Peringatan Hari Gizi Nasional tahun ini harus dijadikan momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya gizi baik untuk membangun generasi yang tinggi, sehat dan berprestasi, tandas Menkes.