24 Mar 2016

24 Maret Hari Tuberkulosis Sedunia: "Unite To End TB"

SETIAP tanggal 24 Maret diperingati World TB Day atau Hari TB Sedunia (HTBS). Pada tahun 2016, Tema Global HTBS adalah "Unite To End TB". Sedangkan Tema Nasional HTBS 2016 adalah "Gerakan Keluarga Menuju Indonesia Bebas TB" melalui Gerakan “Temukan TB, Obati Sampai Sembuh (TOSS TB)".
Tema TB day ini cukup berat untuk diwujudkan, karena kita harus melakukan upaya yang cukup besar dalam menjangkau, memeriksa dan mengobati . Ada 3 juta penderita TB yang belum mengatakan Indonesia bebas TB, dengan menemukan dan mengobati TB di seluruh Indonesia. Amanat Bapak Presiden dengan Nawa Cita-nya bahwa agar kita menghadirkan negara untuk melindungi segenap bangsa dan negara. Masih banyak tantangan yang masih harus disikapi. Dari indikator MDGS berhasil menurunkan insiden dan prevalensi. Insiden turun 45% dari tahun 1990 sampai dengan 2010. prevelance 35%, dan  angka kematian TB turun hingga 71%.  
Lalu, benarkah TB berselingkuh dengan perokok? Jawabannya, tidak selalu benar, meski kecenderungannya ternyata cukup tinggi. Hal itu dibuktikan oleh beberapa penelitian, di antaranya seperti yang dilakukan Hsien-Ho Lin dan timnya dari Harvard School of Public Health, Amerika Serikat.
Lin menyatakan bukti hubungan antara kebiasaan merokok, perokok pasif, dan polusi udara di dalam ruangan dari kayu bakar dan batu bara terhadap risiko infeksi, penyakit, dan kematian akibat TBC. Dari sekitar 100 orang yang diteliti, ditemukan yang merokok tembakau dan menderita TBC sebanyak 33 orang, perokok pasif dan menderita TBC 5 orang, dan yang terkena polusi udara dan menderita TBC 5 orang. Penelitian lain dilakukan di Afrika Selatan menunjukkan kaitan antara perokok pasif dan meningkatnya risiko infeksi Mycobacterium tuberculosis pada anak yang tinggal serumah dengan penderita TBC.
Dr. Saskia den Boon dari KNCV Tuberculosis Foundation di Belanda menulis hasil penelitian mereka dalam jurnal Pediatric edisi April 2007. Ia mengungkapkan tuberkulosis dan merokok merupakan dua masalah kesehatan masyarakat yang signifikan. Kaitan perokok pasif dan infeksi TBC pada anak menjadikannya bahan pemikiran yang sangat penting, mengingat tingginya prevalensi merokok dan tuberkulosis di negara berkembang.
Di India, merokok diperkirakan mampu membunuh hampir satu juta warganya di usia produktifnya pada 2010. Penelitian itu juga menunjukkan, kebiasaan tersebut menjadi penyebab utama kematian pada penderita TBC, penyakit saluran pernapasan, dan jantung.
Di Indonesia, sejauh ini memang belum ada penelitian resmi yang mengungkapkan "perselingkuhan" antara rokok dan TBC, tetapi fakta di lapangan dapat memberikan gambaran bahwa hubungan itu memang ada. Setidaknya prevalensi penderita TBC yang berobat di pusat pengobatan TBC RS Persahabatan yang punya kebiasaan merokok lebih besar dibandingkan yang tidak.

Banyak orang, terutama perokok, bakal menyangkal keras perselingkuhan antara rokok dan TBC. Percayalah, sudah banyak fakta mengungkapkan bahwa kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko TBC.
Fakta berbicara, tembakau merupakan penyebab kematian lima terbesar di dunia. Satu di antara 10 kematian orang dewasa di seluruh dunia disebabkan kebiasaan merokok (sekitar 5 juta kematian tiap tahun). Bila pola merokok ini terus berlanjut, sampai tahun 2020 diperkirakan akan ada 10 juta kematian.
Setidaknya kini lebih dari 1 miliar orang termasuk pemakai tembakau aktif (70 persen di antaranya berada di negara berpenghasilan rendah) di mana setengahnya akhirnya meninggal oleh tembakau. Tak heran, dalam 50 tahun ke depan diperkirakan 450 juta orang akan meninggal karena tembakau.
Selain itu, tembakau -sebutan lain rokok- merupakan faktor risiko keempat timbulnya semua jenis penyakit di dunia. Pemakaian tembakau merupakan penyebab utama kematian pada penyakit berat seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kanker paru, aneurisma aorta, penyakit jantung koroner, kanker kandung kemih, kanker saluran pernapasan bagian atas, dan kanker pankreas.
Hasil survei tahun 2006 menyebutkan, di Indonesia jumlah seluruh perokok tak kurang dari 160 juta orang (hampir 70 persen dari populasi) dan sekitar 22,6 persen dari 3.320 kematian disebabkan penyakit yang berkaitan dengan kebiasaan merokok.
Kenyataan lain memperlihatkan kondisi memprihatinkan, lebih dari 45 juta anak (usia 0-14 tahun) tinggal bersama perokok. Padahal, anak-anak yang kerap terpapar asap rokok akan mengalami pertumbuhan paru yang kurang normal dan lebih mudah terkena infeksi saluran pernapasan serta penyakit asma.
Terbukti Berhubungan
Studi pada pekerja perkebunan di California, AS, menemukan hubungan bermakna antara prevalensi reaktivitas tes tuberkulin dan kebiasaan merokok. Pada bekas perokok, hubungan ini lebih kuat daripada mereka yang masih merokok. Data lain menunjukkan hubungan antara kebiasaan merokok dengan tuberkulosis aktif, hasilnya hanya bermakna pada mereka yang telah merokok lebih dari 20 tahun.
Di AS, para perokok yang telah merokok 20 tahun atau lebih ternyata 2,6 kali lebih sering menderita TBC daripada yang tidak merokok. Kebiasaan merokok meningkatkan mortalitas akibat TBC sebesar 2,8 kali.
Angka ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan rasio mortalitas pada penyakit jantung iskemik (1,6 kali) dan penyakit serebrovaskular (1,5 kali), walaupun memang jauh lebih rendah dari rasio mortalitas akibat kanker paru, yang 15 kali lebih sering pada perokok dibandingkan bukan perokok.
Kaitan ini bisa dijelaskan bahwa dengan racun yang dibawanya, rokok merusak mekanisme pertahanan paru-paru. Bulu getar dan alat lain dalam paru-paru yang berfungsi menahan infeksi rusak akibat asap rokok.
Asap rokok meningkatkan tahanan pelan napas (airway resistance). Akibatnya, pembuluh darah di paru mudah bocor. Juga merusak sel pemakan bakteri pengganggu dan menurunkan respon terhadap antigen, sehingga bila benda asing masuk ke dalam paru-paru, tidak ada pendeteksinya.
Berdasarkan hasil penelitian maupun survei, sebenarnya sudah cukup bukti "perselingkuhan" rokok dan TBC. Meski bagi perokok dan sebagian orang fakta ini tak berarti apa pun, cobalah lebih peduli dengan orang terdekat Anda. Mungkin selama ini mereka yang sebenarnya menjadi korban "perselingkuhan" itu.


1 komentar:

  1. Assalamu Alaikum wr-wb, perkenalkan nama saya ibu Sri Rahayu asal Surakarta, saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS. saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi pemerintahan manapun, saya mengabdikan diri sebagai guru disebuah desa terpencil di daerah surakarta, dan disini daerah tempat mengajar hanya dialiri listrik tenaga surya, saya melakukan ini demi kepentingan anak murid saya yang ingin menggapai cita-cita, Sudah 9 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 4 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari sekolah tempat saya mengajar mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat Jl. Letjen Sutoyo No. 12 Jakarta Timur karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya 0853-1144-2258 atas nama Drs Muh Tauhid SH.MSI beliaulah yang selama ini membantu perjalanan karir saya menjadi PEGAWAI NEGERI SIPIL, alhamdulillah berkat bantuan bapak Drs Muh Tauhid SH.MSI SK saya dan 2 teman saya tahun ini sudah keluar, bagi anda yang ingin seperti saya silahkan hubungi bapak Drs Muh Tauhid SH.MSI, siapa tau beliau bisa membantu anda

    BalasHapus