28 Jun 2016

Bupati Irna : 'Masa Balita Merupakan Masa Keemasan'

BUPATI Pandeglang Hj Irna Narulita sangat mendukung sekali Lomba Balita Sehat  Indonesia yang diselenggarakan Dinkes pandeglang. Menurut Bupati, masa balita merupakan masa keemasan, untuk itu asupan gizi nya harus optimal agar dapat  mewujudkan anak pandeglang sehat dan berkualitas.
 “Saya harap kegiatan persuasive atau sosialisasi kepada masyarakat terkait terkait paradigma hidup sehat terus ditingkatkan, agar masyarakat paham dan mengerti pola hidup sehat itu seperi apa,”kata Bupati Pandeglang Hj Irna Narulita saat membuka acara Lomba Bayi Sehat Nasional di Hotel Soyan in, Rabu (22/6).
Bupati juga berharap pola asuh orang tua dapat terus ditingkatkan, karena itu merupakan factor utama dalam pembentukan otak dan karakter seorang anak. Menurutnya, meberikan pendidikan kepada anak solah mengukir diatas batu atau mengukir diatas kertas yang putih.
“Dalam memberikan makanan kepada balita saya harap orang tua asuh harus selektif tidak asal – asalan. Dalam penyampaian bahasa juga seorang ibu harus santun dan baik, karena Apa yang disampaikan itu yang mereka dengar, di dalam memory nya akan terus teringat,”lanjutnya.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Pandeglang Indah Dinarsiani mengatakan, kegiatan ini dalam rangka peningkatan gizi masyarakat. yang mengikuti dalam acara ini sebanyak 18 orang balita, 9 balita masuk kedalam kategori 6-24 bulan, dan sisanya masuk ke dalam 25-59 bulan.
“Yang ikut acara ini merupakan perwakilan terbaik dari lomba balita sehat tingkat kecamatan. Kami harap mereka yang mewakili ini dapat menjadi terbaik di tingkat kabupaten sehingga dapat mewakili ke tingkat nasional,”katanya.

27 Jun 2016

Dinkes Pandeglang Terjunkan Tim Kesehatan Layani Pemudik

DINAS Kesehatan (Dinkes) Pandeglang menyiagakan ratusan petugas yang tergabung dalam Tim Kesehatan menghadapi arus mudik pada Lebaran 1437 H. Tim Kesehatan itu terdiri dari 57 dokter, 352 perawat, 307 bidan dan 99 tenaga non medis yang ditugaskan secara khusus melayani kesehatan pemudik mulai H-7 sampai H+7 Lebaran.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Hj. Indah Dinarsiani usai memimpin rapat koordinasi internal kesiapan Posko Kesehatan arus mudik Lebaran 1437 H bersama Rumah Sakit dan Puskesmas se Kabupaten Pandeglang, Jumat (24/6/2016).
Indah menjelaskan, ratusan petugas medis tersebut disiagakan untuk melayani pemudik di 5 Posko Kesehatan gabungan, 2 Posko Kesehatan alternatif yang berdiri di sepanjang jalur mudik dan 36 Posko Puskesmas se Kabupaten Pandeglang.
"Kami bekerja sama dengan Polres Pandeglang dan Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi, mendirikan Posko kesehatan gabungan di beberapa titik strategis jalur mudik," ungkap Kepala Dinkes Kabupaten Pandeglang Indah Dinarsiani.
Menurut Indah, Posko kesehatan akan beroperasi 24 jam mulai tanggal 30 Juni 2016 hingga 14 Juli 2016 mendatang. Posisi Posko Kesehatan gabungan berada di Alun-alun Pandeglang, Terminal Kadubanen, Pertigaan Mengger, Terminal Tarogong Labuan, Lippo Carita. Sementara itu Posko Kesehatan alternatif berada di Pustu Banjarwangi Kecamatan Pulosari dan Pustu Bojongcanar Kecamatan Cikeudal.
"Di Posko Kesehatan disediakan tenaga medis, obat-obatan dan ambulans untuk melayani pemudik jika sakit atau sekedar melakukan cek kesehatan bagi pemudik dan pengemudi saat istirahat sebelum melanjutkan perjalanan," jelasnya.
Tetap Buka
Sekretaris Dinkes Pandeglang H. Didi Mulyadi menambahkan, seluruh Puskesmas yang difungsikan sebagai Posko Mudik tetap melayani masyarakat umum yang akan berobat selama masa arus mudik dan cuti bersama Lebaran. “Semua Puskesmas tetap buka dan disiagakan 24 jam melayani masyarakat yang sakit maupun antisipasi kecelakaan lalu lintas,” katanya.
Didi menjelaskan, pelayanan Puskesmas dijalur utama mudik diantaranya Mandalawangi, Cadasari, Karangtanjung, Kaduhejo, Cimanuk, Munjul, Cikeusik, Cigeulis, Cimanggu, Cisata, Jiput, Cibaliung, Sumur, Saketi, Bojong, Picung, Menes, Labuan, Carita, Panimbang, Sobang akan ada petugas kesehatan jaga stand by 24 jam.
Sementara Puskesmas lainnya yakni Majasari, Kadomas Pandeglang, Banjar, Bangkonol, Cikupa Pandeglang, Pulosari, Sindangresmi, Perdana Sukaresmi, Cibitung, Cipeucang, Cikeudal, Pagelaran, Angsana, Mekarjaya, dan Puskesmas Patia hanya disiagakan 24 jam. “Artinya Puskesmas siaga tidak stand by 24 jam, namun petugas piket akan melakukan pelayanan ketika warga memerlukan,” tandasnya.

26 Jun 2016

BPOM Serang Sidak Pasar Badak Pandeglang

JELANG Hari Raya, disejumlah pasar biasanya banyak sekali makanan yang beredar mengandung bahan kimia, salah satunya di pasar Pandeglang.
Untuk mengantisipasi hal itu, Pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang menggandeng Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) serang untuk melakukan pengecekan terhadap makanan yang dijual di pasar tersebut, Kamis (23/6).
Setelah dilakukan pengecekan eleh Badan POM, dari 26 sampel makanan yang di uji cepat ada lima sampel yang mengandung bahan kimia berbahaya yakni sekoteng, terasi, kerupuk dan sotong onel.
Dari bahan makanan tersebut  dipastikan mengandung borak dan bahan pewarna roda min B.
Kepala Badan Pom serang Muhammad Kashuri mengatakan, untuk pengawasan di pasar Pandeglang kali ini Alhamdulillah tidak ditemukan bahan kimia berjenis formalin. Namun walaupun demi kian menurut kashuri, pihaknya tetap melakukan pembinaan kepada pedagang agar tidak lagi menjual bahan makanan yang mengandung bahan kimia ber jenis borak dan roda min B.
“Kami sudah memberitahukan kepada pedagang yang tadi telah di ambil sampel, dan terbukti mengandung bahan kimia untuk tidak menjual lagi bahan makanan tersebut,”katanya.
Sementara Assisten Perekonomian Pembangunan Iskandar mengatakan, setelah diketahui dari beberapa sampel bahan makanan mengandung bahan kimia, pihak Pemerintah Daerah akan lebih ketat lagi melakukan pengawasan.
“Kami akan terus ber koordinasi dengan Badan Pom, Dinas Kesehatan, dan Diskopindag agar dapat memberikan kepastian bhwa makanan yang di konsumsi masyarakat Pandeglang bebas dari bahan kimia,”katanya.

Hadir dalam acara sidak ini Kepala Dinas Kopersai, Perindustrian dan Perdagangan H.M Olis Solihin. 

23 Mei 2016

Kadinkes : 'Ibu Hamil Dapat Informasi Kesehatan Melalui Pesan Singkat'

SEBAGAI salah satu upaya untuk menurunkan jumlah kematian Ibu dan anak yang cukup tinggi, Dinas Kesehatan (Dinkes) Pandeglang telah meluncurkan sebuah program layanan SMS gratis yang didesain untuk memberikan informasi kepada masyarakat mulai saat kehamilan, nifas sampai pasca persalinan hingga bayi berusia dua tahun (baduta).
Program yang diberi nama “SMS Bunda” tersebut diprakarsai Dinkes Pandeglang bekerja sama dengan lembaga Ibu Foundation dengan harapan sejak ibu hamil bisa menjaga kesehatan diri dan kandungannya, mampu mengidentifikasi tanda-tanda bahaya, serta bisa mengambil langkah yang cepat dan tepat saat menghadapi kondisi gawat darurat, baik saat kehamilan maupun pasca persalinan.
“Dengan SMS Bunda, ibu hamil akan mendapatkan informasi yang dibutuhkan terkait dengan kehamilannya tiap beberapa hari,” ujar Kadinkes Pandeglang Hj. Indah Dinarsiani, Jumat (20/5/2016).
Diungkapkan, saat ini telah didata nomor Handphone  11 ribu ibu hamil di Kabupaten Pandeglang yang didaftarkan oleh Bidan Puskesmas setempat dalam program SMS Bunda. “ SMS Bunda tidak dipungut biaya dan caranya juga cukup mudah sehingga siapapun dapat mengaksesnya,” imbuhnya.
Indah mengimbau agar ibu hamil atau keluarga yang memiliki anak baduta dan belum terdaftar untuk mendaftar dengan cara ketik: SMSbunda Kirim ke : 0811 8469 468
"Tujuan SMB Bunda adalah mengingatkan ibu tentang kondisi-kondisi bahaya yang mungkin dihadapi. Dengan demikian, mereka bisa melakukan antisipasi sejak dini dan menjaga kehamilannya atau anaknya dengan lebih baik lagi," tandasnya.


20 Mei 2016

Ini Dua Kandidat Nakes Teladan Tingkat Provinsi Asal Kabupaten Pandeglang

TIM penilai tenaga kesehatan (nakes) Provinsi Banten melakukan kunjungan penilaian lomba nakes teladan tingkat provinsi di Kabupaten Pandeglang, Kamis (19/5/2016).
Tim penilai yang terdiri dari unsure Dinas Kesehatan (Dinkes) provinsi dan organisasi profesi diterima Sekretaris Dinkes Pandeglang H. Didi Mulyadi di Kantor Dinkes, sebelum mengunjungi dua Puskesmas terpilih yakni Puskesmas Majasari dan Puskesmas Jiput.
Ketua Tim penilai Provinsi Banten Hj. Yani Purwasih mengatakan, kunjungan tim penilai bertujuan melihat secara langsung kinerja para teladan Kabupaten Pandeglang untuk dinominasikan sebagai teladan tingkat Provinsi.
“Komponen yang dinilai diantaranya inovasi dalam menjalankan tupoksi dan pengabdiannya kepada masyarakat dan lingkungan tempat tinggalnya,” katanya.
Kepala Bidang Sumberdaya dan Promosi Kesehatan Dinkes Pandeglang H. Kodiat Juarsa mengatakan, pemilihan tenaga kesehatan di Kabupaten Pandeglang dilakukan oleh Tim Penilai secara berjenjang dari Puskesmas, tingkat kabupaten sampai propinsi. “Tahun ini Kabupaten Pandeglang mengikuti Lomba nakes teladan untuk dua kategori yaitu Bidan Puskesmas Jiput diwakili Noviyanti Hayatulfahad dan kategori tenaga laboratorium Puskesmas Majasari diwakili Nelma Fitris,” kata Kodiat.
Dia mengatakan, kedua wakil Pandeglang tersebut merupakan tenaga kesehatan hasil seleksi tim penilai nakes teladan tingkat Kabupaten Pandeglang tahun 2016.
“Seleksi yang telah kita lakukan meliputi 5 aspek mulai dari mutu pelayanan, kualitas fasilitas dan tempat, administrasi serta pelaporan, inovasi, pengabdian masyarakat,” katanya.
Berdasarkan penilaian dari tim Kabupaten Pandeglang, Noviyanti dan Nelma menjadi yang terbaik dan menjadi kandidat Nakes Teladan Tingkat Provinsi Banten.
Sekretaris Dinkes Pandeglang H. Didi Mulyadi, dalam sambutannya mengatakan, pihaknya memberikan apresiasi terhadap para pegawai yang telah meraih prestasi sebagai teladan tingkat Kabupaten Pandeglang tahun 2016. “Prestasi ini harus dipertahankan, dan menjadi motivasi kuat untuk menjadi teladan tingkat Provinsi Banten,” katanya.

Menurutnya, teladan tak hanya saat dinilai, melainkan menjadi contoh bagi pegawai puskesmas lainnya baik dalam pengabdian kepada masyarakat maupun inovasi dalam menjalankan tugas sehari hari melayani klien, sehingga berhak meraih predikat sebagai teladan.

24 Mar 2016

24 Maret Hari Tuberkulosis Sedunia: "Unite To End TB"

SETIAP tanggal 24 Maret diperingati World TB Day atau Hari TB Sedunia (HTBS). Pada tahun 2016, Tema Global HTBS adalah "Unite To End TB". Sedangkan Tema Nasional HTBS 2016 adalah "Gerakan Keluarga Menuju Indonesia Bebas TB" melalui Gerakan “Temukan TB, Obati Sampai Sembuh (TOSS TB)".
Tema TB day ini cukup berat untuk diwujudkan, karena kita harus melakukan upaya yang cukup besar dalam menjangkau, memeriksa dan mengobati . Ada 3 juta penderita TB yang belum mengatakan Indonesia bebas TB, dengan menemukan dan mengobati TB di seluruh Indonesia. Amanat Bapak Presiden dengan Nawa Cita-nya bahwa agar kita menghadirkan negara untuk melindungi segenap bangsa dan negara. Masih banyak tantangan yang masih harus disikapi. Dari indikator MDGS berhasil menurunkan insiden dan prevalensi. Insiden turun 45% dari tahun 1990 sampai dengan 2010. prevelance 35%, dan  angka kematian TB turun hingga 71%.  
Lalu, benarkah TB berselingkuh dengan perokok? Jawabannya, tidak selalu benar, meski kecenderungannya ternyata cukup tinggi. Hal itu dibuktikan oleh beberapa penelitian, di antaranya seperti yang dilakukan Hsien-Ho Lin dan timnya dari Harvard School of Public Health, Amerika Serikat.
Lin menyatakan bukti hubungan antara kebiasaan merokok, perokok pasif, dan polusi udara di dalam ruangan dari kayu bakar dan batu bara terhadap risiko infeksi, penyakit, dan kematian akibat TBC. Dari sekitar 100 orang yang diteliti, ditemukan yang merokok tembakau dan menderita TBC sebanyak 33 orang, perokok pasif dan menderita TBC 5 orang, dan yang terkena polusi udara dan menderita TBC 5 orang. Penelitian lain dilakukan di Afrika Selatan menunjukkan kaitan antara perokok pasif dan meningkatnya risiko infeksi Mycobacterium tuberculosis pada anak yang tinggal serumah dengan penderita TBC.
Dr. Saskia den Boon dari KNCV Tuberculosis Foundation di Belanda menulis hasil penelitian mereka dalam jurnal Pediatric edisi April 2007. Ia mengungkapkan tuberkulosis dan merokok merupakan dua masalah kesehatan masyarakat yang signifikan. Kaitan perokok pasif dan infeksi TBC pada anak menjadikannya bahan pemikiran yang sangat penting, mengingat tingginya prevalensi merokok dan tuberkulosis di negara berkembang.
Di India, merokok diperkirakan mampu membunuh hampir satu juta warganya di usia produktifnya pada 2010. Penelitian itu juga menunjukkan, kebiasaan tersebut menjadi penyebab utama kematian pada penderita TBC, penyakit saluran pernapasan, dan jantung.
Di Indonesia, sejauh ini memang belum ada penelitian resmi yang mengungkapkan "perselingkuhan" antara rokok dan TBC, tetapi fakta di lapangan dapat memberikan gambaran bahwa hubungan itu memang ada. Setidaknya prevalensi penderita TBC yang berobat di pusat pengobatan TBC RS Persahabatan yang punya kebiasaan merokok lebih besar dibandingkan yang tidak.

Banyak orang, terutama perokok, bakal menyangkal keras perselingkuhan antara rokok dan TBC. Percayalah, sudah banyak fakta mengungkapkan bahwa kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko TBC.
Fakta berbicara, tembakau merupakan penyebab kematian lima terbesar di dunia. Satu di antara 10 kematian orang dewasa di seluruh dunia disebabkan kebiasaan merokok (sekitar 5 juta kematian tiap tahun). Bila pola merokok ini terus berlanjut, sampai tahun 2020 diperkirakan akan ada 10 juta kematian.
Setidaknya kini lebih dari 1 miliar orang termasuk pemakai tembakau aktif (70 persen di antaranya berada di negara berpenghasilan rendah) di mana setengahnya akhirnya meninggal oleh tembakau. Tak heran, dalam 50 tahun ke depan diperkirakan 450 juta orang akan meninggal karena tembakau.
Selain itu, tembakau -sebutan lain rokok- merupakan faktor risiko keempat timbulnya semua jenis penyakit di dunia. Pemakaian tembakau merupakan penyebab utama kematian pada penyakit berat seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kanker paru, aneurisma aorta, penyakit jantung koroner, kanker kandung kemih, kanker saluran pernapasan bagian atas, dan kanker pankreas.
Hasil survei tahun 2006 menyebutkan, di Indonesia jumlah seluruh perokok tak kurang dari 160 juta orang (hampir 70 persen dari populasi) dan sekitar 22,6 persen dari 3.320 kematian disebabkan penyakit yang berkaitan dengan kebiasaan merokok.
Kenyataan lain memperlihatkan kondisi memprihatinkan, lebih dari 45 juta anak (usia 0-14 tahun) tinggal bersama perokok. Padahal, anak-anak yang kerap terpapar asap rokok akan mengalami pertumbuhan paru yang kurang normal dan lebih mudah terkena infeksi saluran pernapasan serta penyakit asma.
Terbukti Berhubungan
Studi pada pekerja perkebunan di California, AS, menemukan hubungan bermakna antara prevalensi reaktivitas tes tuberkulin dan kebiasaan merokok. Pada bekas perokok, hubungan ini lebih kuat daripada mereka yang masih merokok. Data lain menunjukkan hubungan antara kebiasaan merokok dengan tuberkulosis aktif, hasilnya hanya bermakna pada mereka yang telah merokok lebih dari 20 tahun.
Di AS, para perokok yang telah merokok 20 tahun atau lebih ternyata 2,6 kali lebih sering menderita TBC daripada yang tidak merokok. Kebiasaan merokok meningkatkan mortalitas akibat TBC sebesar 2,8 kali.
Angka ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan rasio mortalitas pada penyakit jantung iskemik (1,6 kali) dan penyakit serebrovaskular (1,5 kali), walaupun memang jauh lebih rendah dari rasio mortalitas akibat kanker paru, yang 15 kali lebih sering pada perokok dibandingkan bukan perokok.
Kaitan ini bisa dijelaskan bahwa dengan racun yang dibawanya, rokok merusak mekanisme pertahanan paru-paru. Bulu getar dan alat lain dalam paru-paru yang berfungsi menahan infeksi rusak akibat asap rokok.
Asap rokok meningkatkan tahanan pelan napas (airway resistance). Akibatnya, pembuluh darah di paru mudah bocor. Juga merusak sel pemakan bakteri pengganggu dan menurunkan respon terhadap antigen, sehingga bila benda asing masuk ke dalam paru-paru, tidak ada pendeteksinya.
Berdasarkan hasil penelitian maupun survei, sebenarnya sudah cukup bukti "perselingkuhan" rokok dan TBC. Meski bagi perokok dan sebagian orang fakta ini tak berarti apa pun, cobalah lebih peduli dengan orang terdekat Anda. Mungkin selama ini mereka yang sebenarnya menjadi korban "perselingkuhan" itu.


23 Mar 2016

Hari Gizi Nasional : Gizi Baik Untuk Membangun Generasi yang Tinggi, Sehat dan Berprestasi

GIZI yang baik menjadi landasan bagi setiap individu untuk mencapai potensi maksimal yang dimilikinya. Sementara itu, periode 1000 Hari Pertama Kehidupan merupakan periode sensitif yang menentukan kualitas hidup di masa yang akan datang, dimana akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi.
Perbaikan gizi khususnya penurunan stunting menjadi salah satu agenda prioritas pembangunan kesehatan, ujar Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K) pada pembukaan Puncak Peringatan Hari Gizi Nasional ke-56 tahun 2016 di salah satu gedung pertemuan di kawasan Jakarta Selatan, Selasa pagi (21/3). Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
Menurut Menkes, perbaikan gizi dilakukan melalui pendekatan continuum of care dengan fokus pada 1000 hari pertama kehidupan, yaitu mulai dari masa kehamilan sampai anak berumur 2 tahun.
Sasaran diperluas dengan mengembangkan jangkauan pelayanan gizi pada remaja puteri dan calon pengantin, yaitu pemberian tablet tambah darah pada remaja putri sesuai standar, kata Menkes.
Menkes juga menambahkan bahwa pelayanan gizi pada ibu hamil terus diperkuat dan ditingkatkan melalui integrasi gizi dengan KIA, deteksi dini ibu hamil kurang energi kronis (KEK) dan ibu hamil anemia melalui antenatal care (ANC) terpadu.
Di samping itu untuk perbaikan gizi, intervensi spesifik yang dilakukan oleh sektor kesehatan tidak akan mencapai hasil maksimal tanpa adanya intervensi sensitif yang dilakukan oleh sektor non-kesehatan, antara lain: Peningkatan produksi pertanian untuk mendukung ketahanan pangan dan gizi di tingkat rumah tangga; perlindungan sosial untuk pengentasan kemiskinan melalui Program Keluarga Harapan (PKH); Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), penyediaan air bersih dan sanitasi, dan program pemberdayaan perempuan. Untuk itu, kolaborasi efektif dan berkesinambungan untuk mengidentifikasi langkah terobosan dalam mempercepat pencapaian sasaran-sasaran peningkatan gizi masyarakat perlu ditingkatkan.
Intervensi gizi sensitif sudah terbukti mampu berkontribusi sampai 70% untuk keberhasilan perbaikan gizi masyarakat, terutama untuk penurunan angka stunting, tutur Menkes.
Program Indonesia Sehat yang difokuskan pada 4 program prioritas yaitu, percepatan penurunan kematian ibu dan kematian bayi, perbaikan gizi khususnya stunting, penurunan prevalensi penyakit menular dan penyakit tidak menular. Untuk itu, dilakukan pendekatan keluarga sebagai strategi untuk perubahan perilaku keluarga dan masyarakat, khususnya dalam pengenalan terhadap risiko penyakit.
Pendekatan keluarga diharapkan dapat meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif, kata Menkes.
Menurut Menkes, dari 12 indikator keluarga sehat, upaya perbaikan gizi difokuskan pada target pemberian ASI eksklusif pada bayi selama 6 bulan dan pemantauan pertumbuhan balita setiap bulan yang dilakukan di posyandu melalui penimbangan bulanan dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS).
Anak-anak yang mendapatkan ASI Eksklusif cenderung memiliki intelegensia yang lebih tinggi dan memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat. Begitu juga dengan ibu yang memberikan ASI memiliki risiko yang lebih rendah untuk terkena kanker payudara dan kanker rahim. Selain itu, pemantauan pertumbuhan setiap bulan diharapkan gangguan pertumbuhan setiap anak dapat diketahui lebih awal sehingga dapat ditanggulangi secara cepat dan tepat, terang Menkes.
Setiap tahun, Hari Gizi Nasional diperingati setiap tanggal 25 Januari. Tahun ini, tema HGN ke-56 Tahun 2016 adalah Membangun Gizi Menuju Bangsa Sehat Berprestasi dengan sub-tema Percepatan Perbaikan Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Peringatan Hari Gizi Nasional tahun ini harus dijadikan momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya gizi baik untuk membangun generasi yang tinggi, sehat dan berprestasi, tandas Menkes.

22 Mar 2016

Ini Fakta Menarik Tentang PIN Polio 2016

PADA Selasa, 8 Maret 2016, Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio 2016 dimulai dan telah berakhir pada 15 Maret 2016. Melalui PIN ini diharapkan cakupan imunisasi polio rutin merata tahun ini.
Sehingga, lewat PIN Polio 2016 bisa mewujudkan generasi muda bangsa Indonesia yang sehat, bebas dari cacat tubuh akibat polio, berkualitas, produktif dan berdaya saing.
Berikut data-data tentang Fakta PIN Polio 2016 yang perlu diketahui seperti dikutip siaran pers dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kemenkes RI ditulis Kamis (9/3/2016).

  1. Indonesia telah berhasil mendapatkan Sertifikat Bebas Polio bersama negara-negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Asia Tenggara atau South East Asia Region (SEARO) pada Maret 2014. Akan tetapi, Afganistan dan Pakistan masih endemis polio. Diperlukan komitmen seluruh negara di dunia - termasuk Indonesia - untuk melakukan berbagai tahapan kegiatan menuju Dunia Bebas Polio Tahun 2020. Salah satunya lewat PIN Polio 2016.
  2. PIN Polio kali ini harus dapat menjangkau minimal 95 persen cakupan dari sasaran. Terutama balita yang belum pernah atau belum lengkap mendapat imunisasi polio rutin. 
  3.  Total sasaran PIN Polio tahun 2016 (usia 0-59 bulan) adalah 23.721.004 anak. 
  4.  Vaksin yang akan digunakan yaitu vaksin polio tetes (trivalent Oral Polio Vaccine) produksi lokal PT. Biofarma. Saat ini vaksin tersebut sudah dikirimkan sampai ke puskesmas. 
  5.  Total provinsi dan kabupaten/kota yang melaksanakan PIN Polio adalah 33 provinsi dan 509 kabupaten/kota. Total Pos PIN tahun ini sekitar 300.000.


21 Mar 2016

Dibalik Kegiatan PIN Polio 2016 dan Isu Halal Haram Vaksin

SEBELUM kegiatan nasional PIN Polio tanggal 8 s/d 15 Maret 2016 ini, berbagai gerakan anti vaksin dan anti imunisasi bermunculan di media social. Pegiat-pegiat anti vaksin, yang selama ini memang sudah berketetapan hati menggagalkan program imunisasi, hiruk pikuk melancarkan hoax anti imunisasi. Diantaranya dengan mengunggah gambar Inactive Polio Vaccine (IPV) dengan tulisan tendensius “Pada proses pembuatannya bersinggungan dengan bahan bersumber babi”.
Hoax tersebut, selain kasar, juga tidak teliti. Mengapa?
Karena PIN tidak menggunakan IPV, namun Oral Polio Vaccine (OPV) alias vaksin tetes
OPV yang digunakan merupakan produk dalam negeri, Bio Farma
Ambillah contoh di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, daerah ini sudah menggunakan IPV untuk imunisasi polio rutin sejak tahun 2007
Dan tentu, dari beberapa fakta diatas, tidak ditemukan kalimat provokatif pada bungkus vaksinnya.
Sebetulnya soal halal haram vaksin, atau soal teknis dan detail bahan, proses produksi, atau manfaat imunisasi bisa kita perdebatkan. Tentu dengan metodologi dan landasan berfikir ilmiah. Dengan argumen dan referensi yang jelas. Tidak dengan memasang niat sejak awal untuk sekedar saling menghabisi, debat kusir tiada ujung.
Jika dikaitkan dengan beberapa isu yang dilontarkan para penggiat anti vaksin, entah itu soal halal haram, atau soal pelemahan generasi atau apalah namanya, sangat bisa didiskusikan. Misalnya soal halal haram vaksin, fakta dilapangan menunjukkan, Bio Farma secara statistik masih menunjukkan sebagai salah satu produsen vaksin terbesar di dunia. Produk mereka sudah diekspor ke hampir 120 negara, dengan 46 negara diantaranya Negara Muslim (Timur Tengah, dan lainnya). Fakta juga menunjukkan, program imunisasi menjadi program wajib di Arab Saudi. Ambil yang sering kita jumpai di Indonesia. Sertifikat imunisasi Meningitis (International Serticate Vaccine/ICV), menjadi hal mutlak dimiliki jamaah haji atau umroh untuk bisa diterima masuk ke Negara Arab Saudi. Dan masih banyak contoh lagi lainnya, intinya mereka menerapkan kebijakan imunisasi bahkan lebih ketat dari kita (walau representasi “Negara Muslim” juga masih debatable.
Soal halal haram vaksin, kalau boleh dirujuk, bukankah Majelis Ulama Indonesia (MUI) secara resmi mendukung program imunisasi di Indonesia? Beberapa fatwa MUI terkait imunisasi sudah lama dikeluarkan, dan belum pernah ditarik kembali, artinya masih berlaku. Terakhir fatwa MUI terkait PIN Polio 2016 (fatwa MUI Nomer 4 Tahun 2016) tentang Imunisasi, ditetapkan pada 23 Januari 2016. Memang perdebatan masih bisa terbuka, misalnya terkait representasi “umat Islam” yang disandang MUI.
Soal hoax pelemahan generasi. Kita bisa juga mengomentari hal ini sebagai terlalu lebai. Jika logikanya dibalik, bagaimana jika kampanye anti imunisasi merupakan upaya sistematis pelemahan generasi?. Bukankah para ahli imunologi atau imunisasi sangat yakin, jika imunisasi gagal maka wabah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiakan meledak?. Pertanyaan lain bisa dilontarkan, misalnya mengapa Negara-negara maju (Eropa-Amerika), cakupan imunisasinya sangat tinggi? Apakah Negara-negara dimaksud lemah generasinya? .. Dan masih banyak pertanyaan lain yang dapat didiskusikan.


20 Mar 2016

Baru Capai 86,6 Persen, PIN Polio Pandeglang Diperpanjang Hingga 24 Maret 2016

SEBANYAK 111.540 anak Balita (bawah lima tahun) di Kabupaten Pandeglang telah mendapatkan imunisasi polio selama berlangsung Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio yang digelar sejak 8 sampai dengan 15 Maret 2016.
Capaian PIN polio tersebut baru sekitar 86,6 persen atau masih dibawah target sasaran balita yang harus mendapat imunisasi polio yakni sebanyak 128.798 anak.
“Dinkes Pandeglang targetnya, tingkat partisipasi PIN polio minimal 95 persen,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Hj. Indah Dinarsiani, kemarin.
Menurut Kadinkes Indah Dinarsiani, berdasarkan laporan yang diterima dari 36 Puskesmas se-Kabupaten Pandeglang, sampai Kamis (17/3/2016) sebagian besar Puskesmas masih terus melakukan sweeping untuk menjangkau sasaran yang belum mendapatkan imunisasi polio. “Sebagian besar Puskesmas masih melaksanakan sweeping dengan mengunjungi dari rumah ke rumah bagi warga yang anaknya belum mendapat imunisasi polio,” katanya.
Diungkapkan, dari 36 Puskesmas sebanyak Sembilan Puskesmas telah melampaui cakupan imunisasi 95 persen yakni Puskesmas Carita, Cibitung, Cikupa, Kaduhejo, Menes, Perdana, Picung, Sindangresmi dan Puskesmas Pandeglang.  “Selebihnya cakupan imunisasi polio Puskesmas masih dibawah 95 persen. Oleh karena itu kita sudah instruksikan untuk terus mendatangi bayi dan balita yang belum mendapatkan imunisasi polio sampai dengan 24 Maret 2016,” ungkapnya.
Dijelaskan, Persentasi cakupan terkecil yakni Puskesmas Sobang (67,9%), Banjar (68,5%), Patia (72,4%), Cikeusik (75,9%), Pagelaran (77,2%) dan Puskesmas Cibaliung (77,6%). “Saya optimistis target minimal 95 persen sebagaimana waktu yang ditentukan sampai akhir Maret, bisa tercapai,” katanya. 
Menurut Indah, secara keseluruhan penerimaan Warga Pandeglang terhadap program PIN Polio bagus. Meski begitu, pada prakteknya pelaksanaan di lapangan, bukan tanpa hambatan. “Di Kabupaten Pandeglang masih ada 9 Puskesmas dengan kategori Puskesmas sulit seperti Puskesmas Banjar, Cibaliung, Cibitung, Cigeulis, Cikeusik, Cimanggu, Munjul, Patia dan Puskesmas Sindangresmi,” jelasnya.
Begitupun dari data yang dimiliki dinas kesehatan, masih ada 114 desa yang termasuk kategori desa sulit terutama akses transportasi dengan jangkauan wilayah yang sangat luas.
Ditambahkan, pelaksanaan PIN Polio 2016 Kabupaten Pandeglang tersebar di 36 Puskesmas, 1 sub Pos PIN Rumah Sakit (RS), dan 1.796 Pos PIN.  Sasaran estimasi adalah 128.798 balita. Kegiatan ini melibatkan 1.017 vaksinator dibantu 7.417 kader kesehatan.
Kepala Seksi Pengamatan, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinkes Pandeglang Yudi Hermawan mengatakan, PIN Polio merupakan program pemerintah yang wajib disukseskan karena bertujuan baik, yakni mencegah timbulnya penyakit polio atau lumpuh layu.
“Dengan vaksin polio, katanya, balita akan memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit polimielitis. Dengan mendapat imunisasi polio, anak-anak juga akan tumbuh normal, sehat, kuat dan cerdas,” jelasnya. Dia berharap kepada ibu-ibu untuk bisa membawa putra-putrinya yang masih balita ke Puskesmas atau Pos PIN terdekat untuk mendapatkan imunisasi polio sampai tanggal 24 maret 2016.
"Sampai saat ini jumlah bayi yang diimunisasi belum seluruhnya masuh ke dinas kesehatan, jumlah yang ada sekarang itu dipastikan akan bertambah,” imbuhnya.
Yudi mengakui, ada beberapa keluarga saat PIN polio yang menolak imunisasi. Pihaknya pun tidak bisa memaksa. 

19 Mar 2016

Puskesmas Pandeglang Lampaui Target PIN Polio

PELAKSANAAN Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio yang dilakukan secara serentak mulai 8 – 15 Maret 2016 di wilayah Puskesmas Pandeglang telah berhasil mengimunisasi 828 balita. Kepala Puskesmas Pandeglang Hj. Umbiyati dengan rasa haru menyampaikan ucapan terima kasih tak terhingga kepada semua pihak sehingga pelaksanaan PIN di wilayah kerjanya yang meliputi Kelurahan kadomas dan Kalanganyar berjalan lancar dan mampu mencapai target lebih dari 95 persen. 
‘’Alhamdulillah, sudah selesai dan telah melampaui target sebesar 97 persen dari sasaran sebanyak 850 balita yang ada,’’ kata Hj Umbiyati, Selasa (15/3/2016). 
Menurutnya, minat masyarakat untuk mendapatkan imunisasi bagi anak balita cukup besar, begitupun semangat seluruh petugas kesehatan termasuk ibu kader posyandu yang mendatangi balita yang belum mendapat imunisasi polio secara door to door juga di seluruh pelosok kampung, patut diacungkan jempol. 
“Untuk pencapaian target lebih dari 95 persen tidak terlepas dari kegiatan sweeping yang dilaksanakan oleh petugas puskesmas maupun para kader dengan menerapkan sistem door to door,” ungkapnya.

Dikatakan, pencapaian target tersebut terbilang luar biasa mengingat tidak semua bayi dan balita saat pelaksanaan PIN polio dalam kondisi sehat. “Anak yang dalam kondisi sakit memang tidak boleh mendapat imunisasi polio, jadi kita menunggu sampai balitanya sembuh dulu,” tuntasnya.

18 Mar 2016

111.540 Balita Di Pandeglang Sudah Di Imunisasi Polio

SEBANYAK 111.540 anak Balita (bawah lima tahun) di Kabupaten Pandeglang telah mendapatkan imunisasi polio selama berlangsung Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio yang digelar sejak 8 sampai dengan 15 Maret 2016.
Capaian PIN polio tersebut baru sekitar 86,6 persen atau masih dibawah estimasi target sasaran balita yang harus mendapat imunisasi polio yakni sebanyak 128.798 anak.
“Dinkes Pandeglang targetnya, tingkat partisipasi PIN polio minimal 95 persen,” tutur Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Hj. Indah Dinarsiani, Kamis (17/3/2016).
Untuk mencapai target 95 persen, Indah sudah menginstruksikan kepada seluruh Puskesmas untuk membuat jadwal sweeping yakni menyisir dari rumah ke rumah warga yang anaknya belum mendapat imunisasi polio hingga 24 Maret 2016.
“Kita punya semua data balita yang ada termasuk yang belum mendapat imunisasi mungkin karena sakit atau sedang bepergian saat PIN berlangsung,” jelasnya.
Diungkapkan, dari 36 Puskesmas sebanyak sembilan Puskesmas telah melampaui cakupan imunisasi 95 persen yakni Puskesmas Carita, Cibitung, Cikupa, Kaduhejo, Menes, Perdana, Picung, Sindangresmi dan Puskesmas Pandeglang. Sementara persentasi cakupan terkecil yakni Puskesmas Sobang (67,9%), Banjar (68,5%), Patia (72,4%), Cikeusik (75,9%), Pagelaran (77,2%) dan Puskesmas Cibaliung (77,6%). “Saya optimistis target minimal 95 persen sebagaimana waktu yang ditentukan sampai akhir Maret, bisa tercapai,” katanya. 
Menurut Indah, secara keseluruhan penerimaan Warga Pandeglang terhadap program PIN Polio bagus. Meski begitu, pada prakteknya pelaksanaan di lapangan, bukan tanpa hambatan. “Di Kabupaten Pandeglang masih ada 9 Puskesmas dengan kategori Puskesmas sulit seperti Puskesmas Banjar, Cibaliung, Cibitung, Cigeulis, Cikeusik, Cimanggu, Munjul, Patia dan Puskesmas Sindangresmi,” jelasnya.
Begitupun dari data yang dimiliki dinas kesehatan, masih ada 114 desa yang termasuk kategori desa sulit terutama akses transportasi dengan jangkauan wilayah yang sangat luas.
Kepala Seksi Pengamatan, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinkes Pandeglang Yudi Hermawan mengatakan, PIN Polio merupakan program pemerintah yang wajib disukseskan karena bertujuan baik, yakni mencegah timbulnya penyakit polio atau lumpuh layu.
“Dengan vaksin polio, katanya, balita akan memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit polimielitis. Dengan mendapat imunisasi polio, anak-anak juga akan tumbuh normal, sehat, kuat dan cerdas,” jelasnya. Dia berharap kepada ibu-ibu untuk bisa membawa putra-putrinya yang masih balita ke Puskesmas atau Pos PIN terdekat untuk mendapatkan imunisasi polio sampai tanggal 24 Maret 2016.

"Sampai saat ini jumlah bayi yang diimunisasi belum seluruhnya masuk ke dinas kesehatan, jumlah yang ada sekarang itu dipastikan akan terus bertambah,” imbuhnya.

17 Mar 2016

Secara Nasional : 89,1% Balita Telah Ikut PIN Polio 2016

SEJAK 8 Maret hingga 15 Maret 2016, sebanyak 89,01% dari total sasaran Balita usia 0-59 bulan di Indonesia telah mendapatkan vaksin polio oral. Pemerintah menargetkan cakupan PIN Polio sebesar 95%. Saat ini Provinsi Bali baru memulai PIN Polio setelah tertunda karena perayaan hari raya Nyepi beberapa waktu lalu.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, drg. Oscar Primadi, MPH bersyukur atas capaian PIN Polio 2016 kali ini. Alhamdulillah jutaan Balita di Indonesia telah diimunisasi polio, mereka aset bangsa yang sehat dan cerdas, ujarnya di Kantor Kemenkers Jakarta (16/03).

Hingga saat ini rekapitulasi data masih berlangsung. Hasil akhir akan dapat diketahui setelah Provinsi Bali selesai melaksanakan PIN, tambah Oscar.

PIN Polio ini bertujuan untuk memperkuat imunisasi rutin dan menutup kesenjangan imunitas akibat masih adanya daerah-daerah kantong dengan cakupan imunisasi rutin yang rendah. Sehingga, Indonesia dapat mempertahankan status Bebas Polio dan berkontribusi dalam mewujudkan Dunia Bebas Polio Tahun 2020.

Rekapitulasi pelaksanaan PIN Polio 2016 per Provinsi hingga hari kedelapan pelaksanaan, adalah: 1. D.I. Aceh (88,15%); 2. Sumatera Utara (93,27%); 3. Sumatera Barat (84,59%); 4. Jambi (98,18%); 5. Bangka Belitung (100,09%); 6. Riau (84,29%); 7. Kep. Riau (71,05%); 8. Bengkulu (92,63%); 9. Sumatera Selatan (105,26%); 10. Lampung (102,13%); 11. DKI Jakarta (81,46%); 12. Banten (62,29%); 13. Jawa Barat (93,54%); 14. Jawa Tengah (98,10%); 15. Jawa Timur (98,13%); 16. Bali (33,89%); 17. NTB (95,34%); 18. NTT (69,40%) 19. Kalimantan Barat (92,14%); 20. Kalimantan Selatan (96,06%); 21. Kalimantan Tengah (85,05%); 22. Kalimantan Timur (95,84%); 23. Kalimantan Utara (84,97%); 24. Sulawesi Barat (83,78%);; 25. Sulawesi Utara (64,37%); 26. Sulawesi Tenggara (54,98%); 27. Sulawesi Tengah (69,88%); 28. Sulawesi Selatan (88,30%) 29. Gorontalo (83,50%); 30. Maluku (78,02%); 31. Maluku Utara (74,16%); 32. Papua (33,49%); 33. Papua Barat (96,64%); 34. D.I. Yogyakarta (tidak melaksanakan PIN polio oral).

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id.

Sumber : www.depkes.go.id

14 Mar 2016

Dinkes Pandeglang Monitor Pelaksanaan PIN Polio Hingga 15 Maret 2016

UNTUK memastikan Pekan  Imunisasi Nasional (PIN) Polio berjalan dengan baik, Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang melakukan monitoring pelaksanaan PIN di 36 Puskesmas se Kabupaten Pandeglang. “Dinkes akan memonitor terus pelaksanaan PIN, sehingga pelaksanaan pemberian vaksin polio kepada anak usia 0-59 bulan pada tanggal 8  sampai 15 Maret 2016 diharapkan berjalan dengan baik,” ucap Sekretaris Dinkes Pandeglang H. Didi Mulyadi, usai melakukan monitoring pelaksanaan PIN Polio di wilayah Puskesmas Pulosari, Kamis (10/3/2016).
Didi menegaskan, upaya ini dilakukan agar semua balita tidak ada yang terlewat untuk mendapatkan Imunisasi Polio di Pos pelayanan PIN terdekat dimasing masing wilayahnya. "Kita instruksikan kepada petugas Puskesmas, bagi anak balita yang terdaftar di Pos PIN, tetapi belum mendapat imunisasi polio agar dilakukan sweeping,” tegasnya.
Menurutnya, sweeping dilakukan petugas dan kader kesehatan dengan bergerak cepat mendatangi langsung rumah orang tua anak Balita itu untuk dilakukan vaksinasi Polio untuk mencapai target 100 persen bayi dan balita di tetes polio pada setiap Pos PIN.
“Pelaksanaan PIN Polio ini sangat penting untuk mencegah penularan penyakit Polio, sehingga sampai harus didatangi dari rumah ke rumah bila diperlukan,” tuntasnya.


13 Mar 2016

Ini Data Jumlah Penderita Polio Di Pandeglang

 PEKAN Imunisasi Nasional (PIN) Polio secara serentak telah dimulai pada Selasa 8 Maret 2016. Bupati Pandeglang H. Erwan Kurtubi bersama Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Hj. Indah Dinarsiani berkenan meneteskan Vaksin Polio kepada Akasyah, anak berusia 24 bulan dan Akhdan (3,5 tahun). Selain oleh Bupati, penetesan vaksin polio juga dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Hj. Indah Dinarsiani kepada Keisha (2,6 tahun) dan beberapa anak balita lainnya di Pos PIN Posyandu Melati I Kampung Kadomas Pasir RT/RW 01/07, Kelurahan Kadomas, Kecamatan Pandeglang, Selasa pagi hari sekitar pukul 08.05 Wib.
Bupati Pandeglang dalam kesempatan tersebut mengingatkan para orang tua yang memiliki anak balita agar mendatangi Pos PIN terdekat untuk mendapatkan imunisasi polio pada 8 hingga 15 Maret 2016.
Dalam pernyataannya kepada sejumlah wartawan media cetak dan elektronik yang meliput di lokasi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Hj. Indah Dinarsiani mengatakan, penetesan vaksin oleh Bupati Pandeglang sekaligus menandai dimulainya pelaksanaan PIN Polio tingkat Kabupaten Pandeglang. “Rencananya pelaksanaan PIN Polio akan berlangsung selama sepekan hingga 15 Maret 2016 secara bertahap hingga menjangkau 35 Kecamatan dan 339 Desa/Kelurahan di seluruh wilayah Kabupaten Pandeglang dengan perkiraan sasaran imunisasi sebanyak 148.398 anak umur 0-59 bulan dengan vaksin yang disediakan sebanyak 7.823 Vial (1 Vial = 20 dosis),” terang Kadinkes Pandeglang Hj. Indah Dinarsiani, Selasa (8/3/2016).
Hadir saat pencanangan, Sekretaris Dinkes Pandeglang H. Didi Mulyadi, Kepala Bidang Sumberdaya Kesehatan dan Promosi Kesehatan dr. H. Kodiat Juarsa, Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dr. H. Firmansyah, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Khusus Hj. Eniyati, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Umum Hj.Yeni Herlina, Kepala Puskesmas Kadomas Pandeglang Hj. Umbiyati beserta staf, jajaran kecamatan Pandeglang, lurah dan masyarakat setempat.
Dijelaskan, secara keseluruhan, Kabupaten Pandeglang menyediakan 1.796 pos PIN yang tersebar di 36 wilayah Puskesmas untuk melayani penetesan vaksin polio kepada anak balita, dengan menerjunkan petugas penetes vaksin polio sebanyak 1.017 tenaga medis/paramedis dan memobilisasi kader kesehatan yang jumlahnya diperkirakan lebih dari 7.000 orang sebagai pendamping petugas kesehatan selama berlangsungnya PIN Polio.
“Dijadwalkan saat pelaksanaan penetesan polio setiap Pos PIN pada Pukul 08.00 – 12.00 Wib akan dilayani oleh 1 - 2 orang petugas medis/paramedis dan 3 - 5 orang kader kesehatan yang juga berperan sebagai penggerak sasaran untuk datang ke Pos PIN Polio terdekat,” jelasnya.
Indah menegaskan, Dinkes Pandeglang menargetkan lebih dari 95 persen anak balita di Kabupaten Pandeglang mendapatkan dua tetes vaksin polio selama berlangsung PIN Polio 2016. Menurutnya, PIN Polio kali ini dilaksanakan sebab virus polio liar diduga masih berada di sekitar masyarakat dan masih menjadi ancaman bagi balita yang belum diimunisasi.
“Walaupun sebelumnya Pemerintah beberapa kali telah berhasil melaksanakan PIN dengan baik dan telah berhasil membebaskan dari penyakit polio, namun upaya pemutusan mata rantai penularan infeksi virus polio liar selama ini masih dianggap belum cukup,” ujarnya.
Diungkapkan, sejak tahun 2014 sesungguhnya Indonesia telah menjadi 1 dari 11 negara South East Asia Regional Office (SEARO) yang berhasil menerima sertifikat Bebas Polio dari World Helath Organization (WHO). Kendati demikian untuk membasmi penyakit polio secara global, masih harus dilakukan PIN Polio lanjutan. “PIN Polio 2016 merupakan upaya global memutuskan mata rantai penularan infeksi virus polio liar sampai tuntas dengan memberikan kekebalan tambahan kepada anak-anak balita,” ungkapnya.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang menunjukan, hingga awal  Maret 2016, jumlah penderita akibat virus polio liar secara kumulatif di Kabupaten Pandeglang hanya satu penderita polio positif. Penderita Polio terakhir dilaporkan terjadi pada tahun 2005 yang menimpa warga Desa Cikoneng, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang.
Pertahankan Pandeglang bebas polio
Berdasarkan hasil sidang World Health Assembly ( WHA ) pada bulan Mei 2012 menyatakan bahwa Polio merupakan kedaruratan kesehatan masyarakat Global dan setiap Negara diharuskan menyusun strategi yang komprehensif untuk mendukung upaya Eradikasi penyakit Polio sampai dengan Tahun 2020.
Beberapa tahapan kegiatan dalam mendukung eradikasi Polio telah disepakati secara global, dan untuk Indonesia diawali dengan pelaksanaa PIN Polio pada 8-15 Maret 2016, kemudian dilanjutkan dengan pergantian jenis vaksin polio pada 4 April 2016 serta pemberian vaksin polio injeksi pada bulan Juli 2016.
Kadinkes Pandeglang optimistis pelaksanaan PIN Polio di Indonesia akan berjalan dengan baik mengingat segala persiapan sarana, prasarana dan sumberdaya kesehatan maupun logistik  dan dukungan masyarakat yang begitu besar, sehingga target global yang telah ditetapkan akan dicapai yakni seluruh dunia benar-benar terbebas dari polio sebagai penyakit kedua setelah cacar yang telah dieradikasi di muka bumi.

Hj. Indah Dinarsiani yang juga selaku Ketua Pelaksana Kelompok Kerja (Pokja) PIN dan Eradikasi Polio Kabupaten Pandeglang itu menegaskan, PIN Polio 2016 di Kabupaten Pandeglang harus berhasil kalau ingin mempertahankan Pandeglang bebas polio. “Kalau Pandeglang bisa mempertahankan status eradikasi polio (terbebas dari penyakit Polio red) itu akan berkontribusi mengantarkan Indonesia memperoleh "Sertifikat Dunia Bebas Polio" pada tahun 2020 mendatang,” tandasnya. (Adv)***

12 Mar 2016

PIN Polio Momentum Mempertahankan Pandeglang Bebas Polio

PEKAN Imunisasi Nasional (PIN) Polio secara serentak telah dimulai pada Selasa 8 Maret 2016. Bupati Pandeglang H. Erwan Kurtubi bersama Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Hj. Indah Dinarsiani berkenan meneteskan Vaksin Polio kepada Akasyah, anak berusia 24 bulan dan Akhdan (3,5 tahun). Selain oleh Bupati, penetesan vaksin polio juga dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Hj. Indah Dinarsiani kepada Keisha (2,6 tahun) dan beberapa anak balita lainnya di Pos PIN Posyandu Melati I Kampung Kadomas Pasir RT/RW 01/07, Kelurahan Kadomas, Kecamatan Pandeglang, Selasa pagi hari sekitar pukul 08.05 Wib.
Bupati Pandeglang dalam kesempatan tersebut mengingatkan para orang tua yang memiliki anak balita agar mendatangi Pos PIN terdekat untuk mendapatkan imunisasi polio pada 8 hingga 15 Maret 2016.
Dalam pernyataannya kepada sejumlah wartawan media cetak dan elektronik yang meliput di lokasi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Hj. Indah Dinarsiani mengatakan, penetesan vaksin oleh Bupati Pandeglang sekaligus menandai dimulainya pelaksanaan PIN Polio tingkat Kabupaten Pandeglang. “Rencananya pelaksanaan PIN Polio akan berlangsung selama sepekan hingga 15 Maret 2016 secara bertahap hingga menjangkau 35 Kecamatan dan 339 Desa/Kelurahan di seluruh wilayah Kabupaten Pandeglang dengan perkiraan sasaran imunisasi sebanyak 148.398 anak umur 0-59 bulan dengan vaksin yang disediakan sebanyak 7.823 Vial (1 Vial = 20 dosis),” terang Kadinkes Pandeglang Hj. Indah Dinarsiani, Selasa (8/3/2016).
Hadir saat pencanangan, Sekretaris Dinkes Pandeglang H. Didi Mulyadi, Kepala Bidang Sumberdaya Kesehatan dan Promosi Kesehatan dr. H. Kodiat Juarsa, Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dr. H. Firmansyah, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Khusus Hj. Eniyati, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Umum Hj.Yeni Herlina, Kepala Puskesmas Kadomas Pandeglang Hj. Umbiyati beserta staf, jajaran kecamatan Pandeglang, lurah dan masyarakat setempat.
Dijelaskan, secara keseluruhan, Kabupaten Pandeglang menyediakan 1.796 pos PIN yang tersebar di 36 wilayah Puskesmas untuk melayani penetesan vaksin polio kepada anak balita, dengan menerjunkan petugas penetes vaksin polio sebanyak 1.017 tenaga medis/paramedis dan memobilisasi kader kesehatan yang jumlahnya diperkirakan lebih dari 7.000 orang sebagai pendamping petugas kesehatan selama berlangsungnya PIN Polio.
“Dijadwalkan saat pelaksanaan penetesan polio setiap Pos PIN pada Pukul 08.00 – 12.00 Wib akan dilayani oleh 1 - 2 orang petugas medis/paramedis dan 3 - 5 orang kader kesehatan yang juga berperan sebagai penggerak sasaran untuk datang ke Pos PIN Polio terdekat,” jelasnya.
Indah menegaskan, Dinkes Pandeglang menargetkan lebih dari 95 persen anak balita di Kabupaten Pandeglang mendapatkan dua tetes vaksin polio selama berlangsung PIN Polio 2016. Menurutnya, PIN Polio kali ini dilaksanakan sebab virus polio liar diduga masih berada di sekitar masyarakat dan masih menjadi ancaman bagi balita yang belum diimunisasi.
“Walaupun sebelumnya Pemerintah beberapa kali telah berhasil melaksanakan PIN dengan baik dan telah berhasil membebaskan dari penyakit polio, namun upaya pemutusan mata rantai penularan infeksi virus polio liar selama ini masih dianggap belum cukup,” ujarnya.
Diungkapkan, sejak tahun 2014 sesungguhnya Indonesia telah menjadi 1 dari 11 negara South East Asia Regional Office (SEARO) yang berhasil menerima sertifikat Bebas Polio dari World Helath Organization (WHO). Kendati demikian untuk membasmi penyakit polio secara global, masih harus dilakukan PIN Polio lanjutan. “PIN Polio 2016 merupakan upaya global memutuskan mata rantai penularan infeksi virus polio liar sampai tuntas dengan memberikan kekebalan tambahan kepada anak-anak balita,” ungkapnya.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang menunjukan, hingga awal  Maret 2016, jumlah penderita akibat virus polio liar secara kumulatif di Kabupaten Pandeglang hanya satu penderita polio positif. Penderita Polio terakhir dilaporkan terjadi pada tahun 2005 yang menimpa warga Desa Cikoneng, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang.
Pertahankan Pandeglang bebas polio
Berdasarkan hasil sidang World Health Assembly ( WHA ) pada bulan Mei 2012 menyatakan bahwa Polio merupakan kedaruratan kesehatan masyarakat Global dan setiap Negara diharuskan menyusun strategi yang komprehensif untuk mendukung upaya Eradikasi penyakit Polio sampai dengan Tahun 2020.
Beberapa tahapan kegiatan dalam mendukung eradikasi Polio telah disepakati secara global, dan untuk Indonesia diawali dengan pelaksanaa PIN Polio pada 8-15 Maret 2016, kemudian dilanjutkan dengan pergantian jenis vaksin polio pada 4 April 2016 serta pemberian vaksin polio injeksi pada bulan Juli 2016.
Kadinkes Pandeglang optimistis pelaksanaan PIN Polio di Indonesia akan berjalan dengan baik mengingat segala persiapan sarana, prasarana dan sumberdaya kesehatan maupun logistik  dan dukungan masyarakat yang begitu besar, sehingga target global yang telah ditetapkan akan dicapai yakni seluruh dunia benar-benar terbebas dari polio sebagai penyakit kedua setelah cacar yang telah dieradikasi di muka bumi.

Hj. Indah Dinarsiani yang juga selaku Ketua Pelaksana Kelompok Kerja (Pokja) PIN dan Eradikasi Polio Kabupaten Pandeglang itu menegaskan, PIN Polio 2016 di Kabupaten Pandeglang harus berhasil kalau ingin mempertahankan Pandeglang bebas polio. “Kalau Pandeglang bisa mempertahankan status eradikasi polio (terbebas dari penyakit Polio red) itu akan berkontribusi mengantarkan Indonesia memperoleh "Sertifikat Dunia Bebas Polio" pada tahun 2020 mendatang,” tandasnya.

11 Mar 2016

Kadinkes Pandeglang Teteskan Vaksin Polio Di Pos PIN Kadomas

PEKAN Imunisasi Nasional (PIN) Polio secara serentak telah dimulai pada Selasa 8 Maret 2016. Bupati Pandeglang H. Erwan Kurtubi bersama Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Hj. Indah Dinarsiani berkenan meneteskan Vaksin Polio kepada Akasyah, anak berusia 24 bulan dan Akhdan (3,5 tahun). Selain oleh Bupati, penetesan vaksin polio juga dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Hj. Indah Dinarsiani kepada Keisha (2,6 tahun) dan beberapa anak balita lainnya di Pos PIN Posyandu Melati I Kampung Kadomas Pasir RT/RW 01/07, Kelurahan Kadomas, Kecamatan Pandeglang, Selasa pagi hari sekitar pukul 08.05 Wib.
Bupati Pandeglang dalam kesempatan tersebut mengingatkan para orang tua yang memiliki anak balita agar mendatangi Pos PIN terdekat untuk mendapatkan imunisasi polio pada 8 hingga 15 Maret 2016.
Dalam pernyataannya kepada sejumlah wartawan media cetak dan elektronik yang meliput di lokasi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Hj. Indah Dinarsiani mengatakan, penetesan vaksin oleh Bupati Pandeglang sekaligus menandai dimulainya pelaksanaan PIN Polio tingkat Kabupaten Pandeglang. “Rencananya pelaksanaan PIN Polio akan berlangsung selama sepekan hingga 15 Maret 2016 secara bertahap hingga menjangkau 35 Kecamatan dan 339 Desa/Kelurahan di seluruh wilayah Kabupaten Pandeglang dengan perkiraan sasaran imunisasi sebanyak 148.398 anak umur 0-59 bulan dengan vaksin yang disediakan sebanyak 7.823 Vial (1 Vial = 20 dosis),” terang Kadinkes Pandeglang Hj. Indah Dinarsiani, Selasa (8/3/2016).
Hadir saat pencanangan, Sekretaris Dinkes Pandeglang H. Didi Mulyadi, Kepala Bidang Sumberdaya Kesehatan dan Promosi Kesehatan dr. H. Kodiat Juarsa, Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dr. H. Firmansyah, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Khusus Hj. Eniyati, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Umum Hj.Yeni Herlina, Kepala Puskesmas Kadomas Pandeglang Hj. Umbiyati beserta staf, jajaran kecamatan Pandeglang, lurah dan masyarakat setempat.
Dijelaskan, secara keseluruhan, Kabupaten Pandeglang menyediakan 1.796 pos PIN yang tersebar di 36 wilayah Puskesmas untuk melayani penetesan vaksin polio kepada anak balita, dengan menerjunkan petugas penetes vaksin polio sebanyak 1.017 tenaga medis/paramedis dan memobilisasi kader kesehatan yang jumlahnya diperkirakan lebih dari 7.000 orang sebagai pendamping petugas kesehatan selama berlangsungnya PIN Polio.
“Dijadwalkan saat pelaksanaan penetesan polio setiap Pos PIN pada Pukul 08.00 – 12.00 Wib akan dilayani oleh 1 - 2 orang petugas medis/paramedis dan 3 - 5 orang kader kesehatan yang juga berperan sebagai penggerak sasaran untuk datang ke Pos PIN Polio terdekat,” jelasnya.
Indah menegaskan, Dinkes Pandeglang menargetkan lebih dari 95 persen anak balita di Kabupaten Pandeglang mendapatkan dua tetes vaksin polio selama berlangsung PIN Polio 2016. Menurutnya, PIN Polio kali ini dilaksanakan sebab virus polio liar diduga masih berada di sekitar masyarakat dan masih menjadi ancaman bagi balita yang belum diimunisasi.
“Walaupun sebelumnya Pemerintah beberapa kali telah berhasil melaksanakan PIN dengan baik dan telah berhasil membebaskan dari penyakit polio, namun upaya pemutusan mata rantai penularan infeksi virus polio liar selama ini masih dianggap belum cukup,” ujarnya.
Diungkapkan, sejak tahun 2014 sesungguhnya Indonesia telah menjadi 1 dari 11 negara South East Asia Regional Office (SEARO) yang berhasil menerima sertifikat Bebas Polio dari World Helath Organization (WHO). Kendati demikian untuk membasmi penyakit polio secara global, masih harus dilakukan PIN Polio lanjutan. “PIN Polio 2016 merupakan upaya global memutuskan mata rantai penularan infeksi virus polio liar sampai tuntas dengan memberikan kekebalan tambahan kepada anak-anak balita,” ungkapnya.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang menunjukan, hingga awal  Maret 2016, jumlah penderita akibat virus polio liar secara kumulatif di Kabupaten Pandeglang hanya satu penderita polio positif. Penderita Polio terakhir dilaporkan terjadi pada tahun 2005 yang menimpa warga Desa Cikoneng, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang.
Pertahankan Pandeglang bebas polio
Berdasarkan hasil sidang World Health Assembly ( WHA ) pada bulan Mei 2012 menyatakan bahwa Polio merupakan kedaruratan kesehatan masyarakat Global dan setiap Negara diharuskan menyusun strategi yang komprehensif untuk mendukung upaya Eradikasi penyakit Polio sampai dengan Tahun 2020.
Beberapa tahapan kegiatan dalam mendukung eradikasi Polio telah disepakati secara global, dan untuk Indonesia diawali dengan pelaksanaa PIN Polio pada 8-15 Maret 2016, kemudian dilanjutkan dengan pergantian jenis vaksin polio pada 4 April 2016 serta pemberian vaksin polio injeksi pada bulan Juli 2016.
Kadinkes Pandeglang optimistis pelaksanaan PIN Polio di Indonesia akan berjalan dengan baik mengingat segala persiapan sarana, prasarana dan sumberdaya kesehatan maupun logistik  dan dukungan masyarakat yang begitu besar, sehingga target global yang telah ditetapkan akan dicapai yakni seluruh dunia benar-benar terbebas dari polio sebagai penyakit kedua setelah cacar yang telah dieradikasi di muka bumi.

Hj. Indah Dinarsiani yang juga selaku Ketua Pelaksana Kelompok Kerja (Pokja) PIN dan Eradikasi Polio Kabupaten Pandeglang itu menegaskan, PIN Polio 2016 di Kabupaten Pandeglang harus berhasil kalau ingin mempertahankan Pandeglang bebas polio. “Kalau Pandeglang bisa mempertahankan status eradikasi polio (terbebas dari penyakit Polio red) itu akan berkontribusi mengantarkan Indonesia memperoleh "Sertifikat Dunia Bebas Polio" pada tahun 2020 mendatang,” tandasnya.

10 Mar 2016

Bidan Turut Sukseskan PIN Polio

BIDAN Desa Menes Kecamatan Menes Kabupaten Pandeglang Nunu Rahayu ternyata tak hanya terampil memeriksa kandungan dan menolong persalinan. Disela tugas pokoknya sebagai Bidan desa, ia juga merangkap kerja sebagai pengelola program imunisasi di Puskesmas Menes. Bidang tugas inilah yang sekarang sedang gencar disosialisasikan di berbagai kegiatan dan media massa yakni pelaksanaan Pekan Imunisasi Polio (PIN) yang segera digelar pada 8-15 Maret 2016.
Disela mengikuti kegiatan Pertemuan Sosialisasi dan Advokasi pelaksanaan PIN Polio tingkat Kabupaten Pandeglang, Alumnus Akademi Kebidanan (Akbid) Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Jakarta tahun 2009 ini menuturkan, rangkap jabatan sebagai pengelola Imunisasi di Puskesmas yang digelutinya sejak 2013 lalu dirasakan tidak menjadi beban, bahkan sangat menunjang tugas pokok sehari-hari dirinya sebagai bidan. “Dengan imunisasi diharapkan dampak akibat pengaruh dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti Polio yang dapat menyebabkan kecacatan hingga kematian dapat terhindarkan,” kata Nunu di Pandeglang, Kamis (3/3/2016).

Menurutnya, dengan keberhasilan program imunisasi, akhirnya kesehatan warga terutama ibu dan bayi meningkat. “Makanya mari sukseskan PIN Polio, agar ibu sehat bayi sehat,” ujar Bidan yang masih berstatus Pegawai Tidak Tetap (PTT) kelahiran Menes 20 Agustus 1988 ini.

9 Mar 2016

PPNI Dukung Penuh PIN Polio 8 -15 Maret 2016

PERSATUAN Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten Pandeglang menyatakan kesiapannya mendukung program eradikasi (penghapusan red) polio global dengan menyukseskan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) di Kabupaten Pandeglang pada 8- 15 Meret 2016.
"PPNI tentu siap mendukung PIN Polio di Kabupaten Pandeglang, dan kami sudah melakukan instruksi kepada seluruh perawat untuk mensosialisasikan program ini kepada masyarakat di lingkungan tempat tinggal maupun di fasilitas kesehatan dimana mereka bekerja,” kata Ketua PPNI Pandeglang Hj. Nuriah, Jumat (4/3/2016).
Sebagai organisasi profesi dengan jumlah anggota sebanyak lebih dari  800 perawat se Kabupaten Pandeglang, Mantan Sekretaris Dinkes Pandeglang ini menyatakan kalau perawat salah satu ujung tombak pembangunan kesehatan. “Perawat adalah petugas kesehatan yang paling sering kontak langsung dalam pelayanan kesehatan, oleh karena itu sangat strategis dalam menggerakan masyarakat untuk menjangkau Pos PIN terdekat,” jelas Nuriah yang kini menjabat sebagai Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Pandeglang itu.
Sekretaris Dinkes Pandeglang H. Didi Mulyadi menyatakan, guna menyukseskan PIN di Kabupaten Pandeglang, Bupati Pandeglang telah menerbitkan dua Surat Keputusan (SK) yakni SK nomor 440/Kep.126-Huk/2016 tentang Kelompok Kerja (Pokja) Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan Eradikasi Polio Kabupaten Pandeglang dan SK nomor 440/Kep.127-Huk/2016 tentang Kelompok Kerja (Pokja) Pengkajian dan Penanganan KIPI Kabupaten Pandeglang.
“Pokja PIN dan Eradikasi Polio terdiri dari lima bidang  kelompok kerja antara lain  Bidang Perencanaan,  Logistik, Pelaksanaan, Komunikasi dan Monitoring dan Evaluasi,” terang Didi yang juga Ketua Dewan Pembina PPNI Pandegang ini.
Dijelaskan, semua personel yang terlibat dalam pokja itu, merupakan gabungan dari lintas program, lintas sektor, dari para ahli, organisasi profesi dan tokoh masyarakat.
“Pemberantasan penyakit polio butuh dukungan seluruh pihak untuk menyukseskan PIN Polio 2016,” ungkapnya.

Oleh karena itu, pihaknya sangat berharap dukungan masyarakat demi suksesnya pemberantasan polio. “Semua harus menyosialisasikan mengenai mengenai pentingnya imunisasi kepada sanak keluarga terutama yang memiliki anak dibawah lima tahun,” tandasnya.

8 Mar 2016

Bupati Canangkan Pelaksanaan PIN Polio Tingkat Kabupaten Pandeglang

PEKAN Imunisasi Nasional (PIN) Polio secara serentak diseluruh Indonesia akan dimulai pada 8 Maret 2016. Bupati Pandeglang H. Erwan Kurtubi bersama Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Hj. Indah Dinarsiani meneteskan Vaksin Polio kepada Akasyah, bayi berusia 24 bulan dan Akhdan (3,5 tahun). Selain oleh Bupati, penetesan vaksin polio juga dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Hj. Indah Dinarsiani kepada Keisha (2,6 tahun) dan beberapa balita lainnya di Pos PIN Posyandu Melati I Kampung Kadomas Pasir, Kelurahan Kadomas, Kecamatan Pandeglang, Selasa (8/3/2016) pagi hari sekitar pukul 08.30 Wib.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Hj. Indah Dinarsiani, penetesan vaksin tersebut sekaligus menandai dimulainya pelaksanaan PIN Polio tingkat Kabupaten Pandeglang. Rencananya pelaksanaan PIN Polio akan berlangsung selama sepekan hingga 15 Maret 2016 secara bertahap hingga menjangkau 35 Kecamatan dan 339 Desa/Kelurahan di seluruh wilayah Kabupaten Pandeglang dengan perkiraan sasaran imunisasi sebanyak 148.398 anak umur 0-59 bulan dengan vaksin yang disediakan sebanyak 7.823 Vial (1 Vial = 20 dosis).
Secara keseluruhan, Kabupaten Pandeglang menyediakan 1.796 pos PIN yang tersebar di 36 wilayah Puskesmas untuk melayani penetesan vaksin polio kepada anak balita, dengan menerjunkan petugas penetes vaksin polio sebanyak 1.017 tenaga medis/paramedic dan memobilisasi kader kesehatan yang jumlahnya diperkirakan lebih dari 7.000 orang sebagai pendamping petugas kesehatan selama berlangsungnya PIN Polio. Dijadwalkan saat pelaksanaan penetesan polio setiap Pos PIN pada Pukul 08.00 – 12.00 Wib akan dilayani oleh 1 - 2 orang petugas medis/paramedis dan 3 - 5 orang kader kesehatan yang juga berperan sebagai penggerak sasaran untuk datang ke Pos PIN Polio terdekat.
Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang menargetkan lebih dari 95 persen anak balita di Kabupaten Pandeglang mendapatkan dua tetes vaksin polio selama berlangsung PIN Polio 2016. PIN Polio dilaksanakan sebab virus polio liar diduga masih berada di sekitar masyarakat dan masih menjadi ancaman bagi balita yang belum diimunisasi.
Walaupun sebelumnya Pemerintah beberapa kali telah berhasil melaksanakan PIN dengan baik dan telah berhasil menurunkan jumlah penderita lumpuh layuh akibat infeksi virus polio liar, namun upaya pemutusan mata rantai penularan infeksi virus polio liar selama ini masih belum cukup.
Sejak tahun 2014, Indonesia menjadi 1 dari 11 negara South East Asia Regional Office (SEARO) yang berhasil menerima sertifikat Bebas Polio dari World Helath Organization (WHO). Kendati demikian untuk membasmi penyakit polio secara global, masih harus dilakukan PIN Polio berikutnya. PIN Polio 2016 merupakan upaya global memutuskan mata rantai penularan infeksi virus polio liar sampai tuntas dengan memberikan kekebalan tambahan kepada anak-anak balita.
Upaya PIN Polio tahun ini diharapkan sukses menjangkau 95 persen sasaran, sehingga seluruh dunia benar-benar terbebas dari polio sebagai penyakit kedua setelah cacar yang telah dieradikasi di muka bumi.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang menunjukan, Hingga  Februari 2016, jumlah penderita akibat virus polio liar secara kumulatif di Kabupaten Pandeglang sebanyak satu anak. Penderita Polio terakhir dilaporkan terjadi pada tahun 2005 yang menimpa warga Desa Cikoneng, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang.
PIN Polio 2016 di Kabupaten Pandeglang optimistis akan sukses, sehingga Pandeglang terbebas dari penyakit Polio yang akan berkontribusi mengantarkan Indonesia memperoleh "Sertifikat Dunia Bebas Polio".

Ayo Imunisasi Polio !
Informasi teknis tentang Polio hubungi :
KepalaBidangPenanggulanganPenyakitdanPenyehatan Lingkungan DinkesPandeglang

Dr. Firmansyah HP. 0812 9430 889/0877 7440 8965

Hari Ini PIN Polio Serentak di Pandeglang Dimulai

PEKAN Imunisasi Nasional (PIN) Polio secara serentak diseluruh Indonesia akan dimulai pada 8 Maret 2016. Bupati Pandeglang H. Erwan Kurtubi bersama Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Hj. Indah Dinarsiani diagendakan meneteskan Vaksin Polio di Pos PIN 1 Kp. Kadomas Pasir, Kelurahan Kadomas, Kecamatan Pandeglang, pada Hari-H, Selasa (8/3/2016) pagi hari sekitar pukul 08.00 Wib.
Penetesan vaksin tersebut sekaligus menandai dimulainya pelaksanaan PIN Polio tingkat Kabupaten Pandeglang. Rencananya pelaksanaan PIN Polio akan berlangsung selama sepekan hingga 15 Maret 2016 secara bertahap hingga menjangkau 35 Kecamatan dan 339 Desa/Kelurahan di seluruh wilayah Kabupaten Pandeglang dengan perkiraan sasaran imunisasi sebanyak 148.398 anak umur 0-59 bulan dengan vaksin yang disediakan sebanyak 7.823 Vial (1 Vial = 20 dosis).
Secara keseluruhan, Kabupaten Pandeglang menyediakan 1.796 pos PIN yang tersebar di 36 wilayah Puskesmas untuk melayani penetesan vaksin polio kepada anak balita, dengan menerjunkan petugas penetes vaksin polio sebanyak 1.017 tenaga medis/paramedic dan memobilisasi kader kesehatan yang jumlahnya diperkirakan lebih dari 7.000 orang sebagai pendamping petugas kesehatan selama berlangsungnya PIN Polio. Dijadwalkan saat pelaksanaan penetesan polio setiap Pos PIN pada Pukul 08.00 – 12.00 Wib akan dilayani oleh 1 - 2 orang petugas medis/paramedis dan 3 - 5 orang kader kesehatan yang juga berperan sebagai penggerak sasaran untuk datang ke Pos PIN Polio terdekat.
Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang menargetkan lebih dari 95 persen anak balita di Kabupaten Pandeglang mendapatkan dua tetes vaksin polio selama berlangsung PIN Polio 2016. PIN Polio dilaksanakan sebab virus polio liar diduga masih berada di sekitar masyarakat dan masih menjadi ancaman bagi balita yang belum diimunisasi.
Walaupun sebelumnya Pemerintah beberapa kali telah berhasil melaksanakan PIN dengan baik dan telah berhasil menurunkan jumlah penderita lumpuh layuh akibat infeksi virus polio liar, namun upaya pemutusan mata rantai penularan infeksi virus polio liar selama ini masih belum cukup.
Sejak tahun 2014, Indonesia menjadi 1 dari 11 negara South East Asia Regional Office (SEARO) yang berhasil menerima sertifikat Bebas Polio dari World Helath Organization (WHO). Kendati demikian untuk membasmi penyakit polio secara global, masih harus dilakukan PIN Polio berikutnya. PIN Polio 2016 merupakan upaya global memutuskan mata rantai penularan infeksi virus polio liar sampai tuntas dengan memberikan kekebalan tambahan kepada anak-anak balita.
Upaya PIN Polio tahun ini diharapkan sukses menjangkau 95 persen sasaran, sehingga seluruh dunia benar-benar terbebas dari polio sebagai penyakit kedua setelah cacar yang telah dieradikasi di muka bumi.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang menunjukan, Hingga  Februari 2016, jumlah penderita akibat virus polio liar secara kumulatif di Kabupaten Pandeglang sebanyak satu anak. Penderita Polio terakhir dilaporkan terjadi pada tahun 2005 warga Desa Cikoneng, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang.
PIN Polio 2016 di Kabupaten Pandeglang optimistis akan sukses, sehingga Pandeglang terbebas dari penyakit Polio yang akan berkontribusi mengantarkan Indonesia memperoleh "Sertifikat Dunia Bebas Polio".
Ayo Imunisasi Polio !
Informasi teknis tentang Polio hubungi :
KepalaBidangPenanggulanganPenyakitdanPenyehatan Lingkungan DinkesPandeglang
Dr. Firmansyah HP. 0812 9430 889/0877 7440 8965


7 Mar 2016

Bupati Erwan Harapkan Pandeglang Bebas Polio

PEMKAB Pandeglang berkomitmen untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) tahun 2016 dengan  target seluruh anak dibawah lima tahun (balita) di Kabupaten Pandeglang mendapatkan tetes vaksin Polio.
Menurut Bupati Pandeglang H. Erwan Kurtubi, Dinas Kesehatan (dinkes) Pandeglang telah melakukan berbagai persiapan dalam pelaksaan PIN Polio ini diantaranya dengan mengidentifikasi data terkait pelaksanaan PIN tersebut yaitu jumlah sasaran Balita 148.398 (anak umur 0-59 bulan), jumlah Pos PIN 1.796 pos, jumlah kader kesehatan yang terlibat sebanyak 7.417 orang di tambah dengan unsur masyarakat serta mengerahkan 1,017 petugas medis dan paramedic sebagai vaccinator (penetes vaksin polio red).
Hal itu disampaikan Bupati Erwan saat membuka sosialisasi dan advokasi PIN Polio tingkat Kabupaten Pandeglang yang digelar di Sofyan Inn Altama, Pandeglang, Kamis (3/3/2016).
Hadir dalam kegiatan tersebut Ketua TP PKK Kabupaten Pandeglang Hj. Siti Erna Erwan, Sekda Pandeglang Aah Wahid Maulany, para Assisten daerah, para kepala SKPD dan pejabat di Lingkungan Pemkab Pandeglang serta 36 pengelola Imunisasi Puskesmas se Kabupaten Pandeglang.
Bupati menegaskan pentingnya PIN Polio tahun ini karena merupakan langkah strategis dan fundamental, dalam mempersiapkan generasi Bangsa yang sehat dan terlindungi dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) salah satunya adalah penyakit Polio. “Oleh karena itu pada pertemuan ini saya ingin mengajak kita semua yang hadir untuk membangun komitmen dalam mensukseskan pelaksanaan PIN Polio agar Kabupaten Pandeglang bebas penyakit polio,” katanya.
Sekretaris Daerah Pandeglang H. Aah Wahid Maulany yang hadir menyampaikan sambutan mengatakan, diantara beberapa penyakit yang saat ini menjadi perhatian dunia dan merupakan komitmen global yang wajib diikuti oleh semua negara salah satunya adalah eradikasi polio (ERAPO) atau menghilangkan Polio dari muka Bumi.
“Sebagai bagian dari masyarakat global, maka kita wajib turut serta melaksanakan eradikasi Polio yang salah satu tahapan kegiatannya adalah melaksanakan PIN Polio secara serentak selama satu pekan mulai tanggal 8 Maret sampai dengan tanggal 15 Maret 2016,” katanya.
Untuk mendukung tahapan kegiatan dalam pelaksanaan eradikasi Polio tingkat Kabupaten Pandeglang, Aah menegaskan perlunya kerjasama baik lintas program maupun lintas sektor dengan melibatkan stakeholders terkait. ”Kerjasama ini diperlukan agar seluruh tahapan eradikasi polio dapat berjalan sesuai dengan ketentuan dan dapat mencapai target sasaran seperti yang diharapkan,” tegasnya.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas serta untuk mendukung pelaksanaan eradikasi Polio di Kabupaten Pandeglang, maka Bupati Pandeglang telah mengeluarkan dua Surat Keputusan yakni SK nomor 440/Kep.126-Huk/2016 tentang Kelompok Kerja Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan Eradikasi Polio Kabupaten Pandeglang dan SK nomor 440/Kep.127-Huk/2016 tentang Kelompok Kerja Pengkajian dan Penanganan KIPI Kabupaten Pandeglang.