23 Jul 2015

Katarak Bisa Disembuhkan

KATARAK atau gangguan penglihatan akibat kekerutan pada lensa mata masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten Pandeglang. Tingginya angka kesakitan penyakit yang berhubungan dengan indra penglihatan ini, membuat jajaran Dinas Kesehatan dan Puskesmas setiap tahun mengagendakan operasi katarak massal. Tahun ini, Dinkes Pandeglang bekerja sama dengan Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Cikampek Jawa Barat dan Persatuan Dokter Ahli Mata Indonesia (Perdami), menggelar bakti sosial operasi katarak gratis terhadap 129 pasien yang dipusatkan di Puskesmas Cibaliung dan Puskesmas Carita .
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Umum (Yankesum) Dinkes Pandeglang Hj. Yeni Herlina mengatakan, setiap tahun pihaknya menjaring kurang lebih 200 warga tidak mampu yang menderita katarak. “Proses operasi terutama dilakukan terhadap penderita katarak yang sudah Mature (matang red). Jadi sebelum operasi pengidap katarak akan diperiksa terlebih dahulu,” ujar Yeni Herlina, Selasa (16/6/2015) kemarin.
Yeni menjelaskan, seiring dengan bertambahnya usia, banyak penurunan yang dialami tubuh manusia. “Salah satu gangguan yang akan menimpa setiap orang seiring bertambahnya usia adalah berkurangnya penglihatan akibat katarak,” jelas Yeni.
Diungkapkan, sebagai solusinya operasi katarak perlu dilakukan.”Karena jika tidak, gangguan lensa mata yang terjadi tepat dibagian pupil mata ini dapat mengakibatkan kebutaan,” tandasnya.

22 Jul 2015

Selama 2015, Ratusan Penderita Katarak Telah Dioperasi Gratis

DINAS Kesehatan (Dinkes) Pandeglang menggandeng Persatuan Dokter Ahli Mata Indonesia (Perdami) dan Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) Cikampek, Jawa Barat tahun ini menggelar aksi bakti sosial operasi katarak massal yang dipusatkan di Puskesmas Cibaliung dan Puskesmas Carita.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Pandeglang H. Deden Kuswan menyebutkan selama tahun 2015 pihaknya telah mengadakan operasi katarak gratis sebanyak 129 penderita katarak bagi masyarakat tidak mampu, sebagai bentuk upaya eliminasi angka kesakitan mata serta penanggulangan buta katarak di Kabupaten Pandeglang.
Menurut Deden, bakti sosial serupa dilakukan tahun 2014 lalu dengan mengoperasi 90 pengidap katarak dari berbagai wilayah Kecamatan di Kabupaten Pandeglang. “Penanggulangan katarak ini setiap tahun digelar dengan melakukan sosialisasi, pendataan penderita oleh petugas Puskesmas, screening oleh dokter, tindakan operasi, sampai pemantauan pasca operasi,” ungkap H. Deden Kuswan, Selasa (16/6/2015).
Dia mengungkapkan, di Kabupaten Pandeglang penderita katarak masih sangat tinggi terutama dari golongan masyarakat kurang mampu. “Ketidaktahuan masyarakat bahwa katarak bisa sembuh dengan operasi dan ketiadaan biaya untuk pengobatan, membuat jumlah penderita katarak meningkat setiap tahunnya,” ungkapnya.
Menurutnya,  berdasarkan hasil pendataan Puskesmas ditemukan rata-rata sebanyak 200 penderita katarak di wilayahnya. “Pendataan tahun ini bahkan mencapai 260 penderita katarak, namun berdasarkan pemeriksaan medis belum semua pasien bisa dilakukan tindakan operasi katarak,” jelas Deden.
Ditegaskan, tidak semua penderita yang dideteksi menderita katarak dapat segera dilakukan operasi penyembuhan karena berbagai kendala, diantaranya karena pasien mengidap penyakit komplikasi lainnya seperti DM (diabetes mellitus atau gula darahnya tinggi red), Hipertensy (tekanan darah tinggi red), maupun akibat kondisi tubuh penderita katarak yang ketika akan dioperasi dalam keadaan tidak sehat.
Kapala Bidang Yankesum Dinkes Pandeglang Hj. Yeni Herlina mengatakan, berdasarkan estimasi program kesehatan indra yang menjadi tupoksinya diperkirakan 1 persen dari penduduk Pandeglang  berpotensi mengalami kebutaan setiap tahun, diantaranya akibat katarak.
“Seiring dengan bertambahnya usia, banyak penurunan yang dialami tubuh manusia. Salah satu gangguan yang akan menimpa setiap orang seiring bertambahnya usia adalah berkurangnya penglihatan akibat katarak,” jelas Yeni.
Selain itu, lanjut Yeni, katarak bisa terjadi karena mata terlalu sering terpapar sinar ultra violet (matahari) maupun akibat penggunaan obat-obatan yang mengandung steroid dalam jangka waktu lama.
Dia mengimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan mata dan memperhatikan gejala katarak pada mata yang ditandai dengan pandangan yang mulai kabur dan silau, serta pada bagian mata pupil terlihat warna abu-abu atau keputihan

21 Jul 2015

Bank Sampah Percontohan di Kabupaten Pandeglang

Sosialisasi bank sampah oleh LAZ Harfa Kabupaten Pandeglang yang difasilitasi Tim Community Engagement Grants 2014 Universitas Indonesia (Foto: Dok. Community Engagement Grants 2014 UI)
SAAT ini semakin banyak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Indonesia yang sudah penuh karena timbulan sampah meningkat setiap harinya. Sampah menimbulkan banyak masalah, mulai lingkungan tidak nyaman sampai masalah kesehatan. Melihat persoalan ini, maka penanganan sampah yang mengacu pada prinsip reduce-reuse-recycle (mengurangi-menggunakan kembali-mendaur ulang) menjadi penting.
Bagaimana kita dapat berkontribusi untuk mengurangi timbulan sampah? Bank sampah merupakan salah satu solusi yang efektif. Di bank sampah, masyarakat diberikan edukasi tentang pentingnya memilah sampah mulai dari tingkat rumah tangga. Sampah dipilah menjadi sampah organik, nonorganik, dan residu. Sampah organik, seperti sisa makanan dan daun, dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos. Sementara, sampah nonorganik, seperti plastik, kertas/kardus, beling/kaca, kaleng/besi, dan lain-lan yang dapat didaur ulang kemudian ditabung di bank sampah. Yang terakhir, sampah residu atau sampah sisanya akan dibuang ke TPA. Dengan model ini, sampah yang dibuang ke TPA akan semakin sedikit karena semakin banyak sampah yang digunakan kembali. Menarik bukan?
Depok merupakan kota dengan jumlah bank sampah terbanyak di Indonesia. Sampai saat ini diestimasi jumlah titik bank sampah di Depok mencapai 500 lokasi. Kegiatan ini dimulai dari tahun 2008, dan meningkat pesat mulai akhir 2012. Program bank sampah di Kota Depok merupakan inisiasi masyarakat murni. Pengurus bank sampah pada umumnya adalah mereka yang aktif di kegiatan komunitas, seperti Posyandu, PKK, karang taruna, atau lainnya. Di bank sampah, anggota dapat menyetorkan sampah nonorganiknya yang kemudian menjadi tabungan. Di saat tertentu yang disepakati (setiap bulan, tiga bulan, atau setahun sekali), anggota dapat mengambil hasil tabungannya.
Walaupun bisnis utamanya adalah mengelola sampah nonorganik, bank sampah di Kota Depok juga memberikan edukasi untuk menangani sampah organik, seperti melalui pembuatan lubang biopori. Selain itu, Pemerintah Kota Depok juga telah menyediakan tempat mengolah sampah organik di UPS (Unit Pengolahan Sampah Organik) dimana masyarakat dapat mengambil kompos secara gratis.
Di satu sisi, Kabupaten Pandeglang merupakan wilayah yang sedang berkembang dan mempunyai masalah sampah yang relatif serupa dengan Kota Depok. Hal tersebut dirasakan membutuhkan penanganan segera. Oleh karena itu, dengan dimotori oleh LAZ Harfa Kabupaten Pandeglang dan difasilitasi oleh Tim Community Engagement Grants 2014 Universitas Indonesia, program bank sampah diujicobakan di Kabupaten Pandeglang. Asosiasi Bank Sampah Kota Depok berperan dalam membantu sosialisasi dan berbagi pengalaman dalam pengembangan dan teknis operasional bank sampah di Kota Depok.
Pada kegiatan sosialisasi pendirian bank sampah di Pandeglang, peserta sangat antusias mengikuti acara. Kegiatan dilakukan sehari penuh dengan metode interaktif. Selain presentasi dan diskusi, peserta juga diajak menonton video tentang bank sampah dan bagaimana operasional bank sampah di Depok. Selain itu, peserta diminta untuk mempraktekkan secara langsung dalam memilah sampah dan mengoperasikan bank sampah. Peserta diminta berlatih untuk mendaftarkan diri menjadi anggota, menimbang sampah, mencatat hasil timbangan di buku tabungan, mencatat penjualan sampah, dan membayarkan uang tabungan ke anggota. Pada kegiatan ini selain dihadiri calon pengurus bank sampah, juga aparat Pemda Kabupaten Pandeglang, Dinas Kesehatan, dan Dinas Kebersihan.
Saat ini telah berdiri dua Bank Sampah Harfa UPS (Unit Pengolahan Sampah) di daerah Curug Sawer dan Batu Raja. Antusiasme masyarakat dalam berpartisipasi di bank sampah cukup tinggi. Bank sampah tersebut telah berhasil mengurangi timbulan sampah sebanyak 1.817 kg dalam waktu 2,5 bulan. Selain itu, tabungan sampah yang terkumpul cukup besar, yaitu Rp2.394.047. Jumlah ini akan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Ke depannya, masih banyak tantangan untuk mempertahankan dan mengembangkan bank sampah yang sudah ada maupun mendirikan bank sampah-bank sampah baru di Pandeglang. Hal tersebut tentu saja membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, yaitu masyarakat, pemerintah kabupaten, maupun sektor swasta agar semangat untuk menjaga lingkungan serta menjadikan motif ekonomi sebagai bonus dari kegiatan positif ini tetap terjaga.

Video sosialisasi Bank Sampah dapat dilihat di link berikut:
1. Video sosialisasi untuk calon anggota bank sampah : https://www.youtube.com/watch?v=Sj-gXdFs1bw

2. Video cara mendirikan dan mengoperasikan bank sampah : https://www.youtube.com/watch?v=nZoaGy9fHzA

Penulis:
– Alin Halimatussadiah dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
– Windri Handayani, MSi dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI (fyu)

Sumber : Depok.News

20 Jul 2015

Limbah Puskesmas Akan Dijadikan Gas

DINAS Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pandeglang tahun ini berencana untuk menerapkan sistem pengelolaan limbah pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dengan teknologi biogas.

Program tersebut bertujuan agar limbah yang dihasilkan dapat digunakan menjadi sumber daya gas.

Sekretaris Dinkes Kabupaten Pandeglang DR. H. Didi Mulyadi, SKM, M.Kes, mengatakan, sebagai percontohan pengelolaan limbah dengan sistem biogas akan dilakukan di dua puskesmas, yakni Puskesmas Saketi dan Puskesmas Menes. 

Limbah yang dikelola dengan sistem biogas di dua puskesamas tersebut nantinya akan dijadikan sebagai bahan bakar gas untuk kepentingan laboratorium dan dapur puskesmas. “Jika di dua puskesamas tersebut berhasil, kemungkinan besar di tahun berikutnya akan diterapkan di puskesamas-puskesamas lain,” katanya kepada Radar Banten, kemarin.

Menurut Didi, saat ini limbah puskesamas masih dibuang begitu saja tanpa ke tempat penampungan tanpa ada upaya untuk memanfaatkannya kembali. “Limbah puskesamas seperti darah itu kan menghasilkan bakteri yang jika dikelola bisa menghasilkan gas,” ujarnya.

Terpisah, Kepala Puskesmas Saketi Yani Sastra Negara menyambut baik rencana pembuangan limbah menggunakan sistem biogas karena bisa didaur ulang dan dikelola menjadi gas. “Kami sangat mendukung rencana itu, apalagi bila alatnya sudah ada di masing-masing puskesmas,” katanya. (RB/mg-11/zis/dwi)

Sumber : RadarBanten.Com

19 Jul 2015

Menkes Minta Pemprov Banten Petakan Kembali Tenaga Kesehatan

Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Nila Farid Moeloek meminta pemerintah provinsi dan kabupaten/kota melakukan pemetaan kembali tenaga kesehatan yang ada, dalam upaya melakukan penataan dan pemerataan penempatan tenaga kesehatan di daerah.
"Kita harus ''mapping'' dulu, kabupaten/kota harus melihat dan menata berapa kebutuhan tenaga kesehatan itu. Ini memang masalah nasional harus kita pecahkan bersama," kata Menkes Nila Farid Moeloek pada Dialog Pembangunan Kesehatan di Provinsi Banten, Selasa (14/7/2015).
Ia mengatakan, melalui UU No 23 Tahun 2014 pemerintah provinsi memiliki keleluasan untuk melakukan pemerataan tenaga medis atau tenaga kesehatan, terutama bagi daerah-daerah terpencil. Sehingga para tenaga kesehatan tersebut tidak terfokus kebanyakan berada di lingkungan perkotaan, sementara di daerah terpecil masih kekurangan.
"Pemprov perlu melakukan redistribusi tenaga kesehatan di internal kabupaten/kota dan antara kabupaten/kota," katanya saat berdialog pembangunan kesehatan bersama Plt Gubernur Banten Rano Karno.
Namun demikian, Menteri Kesehatan juga menekankan perlu ada keadilan bagi para para tenaga kesehatan yang ditempatkan di daerah, terutama dari segi tunjangan untuk kesejahteraan dalam upaya mendukung kelancaran tugas di daerah tersebut, Sementara itu Plt Gubernur Banten Rano Karno mengatakan, dengan diberikannya kewenangan bagi pemerintah provinsi dalam pemerataan tenaga kesehatan yang merupakan bagian dari UU No 23 Tahun 2014, Pemprov Banten siap melakukan penataan dan pemerataan sehingga tenaga kesehatan yang ada tidak bertumpuk di daerah perkotaan.
"Saya juga baru sadar kalau kesehatan juga masuk dalam UU No 23 Tahun 2014. Kalau memang itu masuk, ya gubernur berhak melakukan pemerataan,"kata Rano Karno.
Ia mencontohkan seperti jumlah dokter gigi yang tercatat di Banten ada sekitar 1.400 orang. Namun dari jumlah tersebut ada sekitar 1000 dokter gigi tersebar di wilayah Tangerang sementara 400 orang lainnya tersebar di luar Tangerang.
"Nah sekarang ini harus disebar, kalau tidak mau disebar ya sudah berhenti jadi PNS," katanya. (Ant)***



Sumber : Kabar-Banten.Com

18 Jul 2015

Kemenkes Siagakan Ribuan Pos Kesehatan Sepanjang Jalur Mudik Lebaran



SETIAP tahun, Kementerian Kesehatan di seluruh Tanah Air selalu melakukan kegiatan kesiapsiagaan bidang kesehatan menjelang hari Raya Idul Fitri/lebaran.  Ini diakukan pada fasilitas kesehatan yang ada dan menyiagakan pos-pos kesehatan di tempat yang diperlukan pada jalur angkutan lebaran.

Tahun ini, sebanyak 870 pos kesehatan, 1.094 Puskesmas serta 1.554 Rumah Sakit  disiagakan 24 jam selama arus mudik di Sumatera, Jawa dan Bali. Selain itu ditambah dengan 21 ambulans dan 8 kendaraan khusus. Seperti kendaraan roda empat untuk  Promosi Kesehatan, Logistik, dan Pemeriksaan Kesehatan Pengemudi.

Demikian pernyataan Menteri Kesehatan Prof Dr.dr.Nila F Moeloek Sp.M.(K) pada Apel Siaga Kesiapan Bidang Kesehatan Mudik Lebaran Tahun 2015/1436 H. di Kantor Kemenkes RI di Jakarta, Selasa pagi (30/6) Apel dihadiri dari  Dinas Kesehatan se-Jabodetabek, Rumah Sakit,  jajaran lintas program dan lintas sektor terkait.

Data Kementerian Perhubungan RI menunjukkan bahwa jumlah pemudik tiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan, yaitu: 17.615.197 pemudik (tahun 2012), 18.587.668 pemudik (tahun 2013),19.618.530 (tahun 2014) dan pada tahun 2015  diprediksi meningkat 1.96 % menjadi 20.002.724 pemudik. Arus mudik utamanya terjadi di 10 Provinsi, yaitu: Sumatera Selatan, Lampung, Banten,  DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,  Jawa Timur, Bali, dan Sulawesi Selatan.

Kecelakaan menimbulkan kematian atau kecacatan seumur hidup, itu yang harus kita cegah. Satu kecelakaan itu sudah terlalu banyak, karena satu saja kecacatan atau kematian akibat kecelakaan akan mempengaruhi kehidupan orang lain , kata Menkes.

Lebih lanjut Menkes menjelaskan, sebenarnya telah terjadi penurunan jumlah kecelakaan dan kematian pada tahun 2014. Menurut data Polri, pada  tahun  2014 terjadi 3.122 kasus kecelakaan. Jumlah ini lebih rendah 15,04% dibanding jumlah kecelakaan di tahun 2013, namun masih berakibat 701 orang meninggal. Tahun 2014, jumlah orang meninggal akibat kecelakaan juga menurun 11,824% dibanding tahun 2013.

Penurunan jumlah kecelakaan dan kematian pada arus mudik dapat diwujudkan dengan melakukan upaya-upaya seperti: 1) Peningkatan kesadaran dan pemahaman para pemudik tentang mudik yang sehat, aman, dan selamat; 2) Kesiapan seluruh jajaran Pemerintah baik kesehatan maupun non-kesehatan dalam memberikan pelayanan publik termasuk pelayanan kesehatan terbaik bagi pemudik di sepanjang perjalanan. Selain itu enyediaan sarana dan prasarana transportasi yang aman, nyaman, terjangkau dan mencukupi, termasuk sopir yang sehat dan bertanggung-jawab.

Perjalanan mudik juga berisiko terjadinya keracunan makanan, infeksi berbagai penyakit menular, serta meningkatnya atau kambuhnya kejadian penyakit tidak menular seperti  hipertensi, diabetes melitus, dan asma. Selain itu, yang  juga perlu diwaspadai oleh masyarakat adalah tindak kejahatan.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretarian Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalu nomor hotline 500567, sms 081281562620, faksimili (021) 52921669.

16 Jul 2015

Puskesmas Tetap Memberikan Pelayanan Selama Cuti Bersama Idul Fitri 1436 H

SEKRETARIS Dinkes Pandeglang  DR. H. Didi Mulyadi, SKM, M.Kes mengatakan, seluruh Puskesmas di lingkungan Dinas Kesehatan telah diinstruksikan tetap buka  selama cuti bersama tanggal 16-21 Juli 2015. Dia beralasan Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan publik dituntut tetap berfungsi memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat setempat.
"Kami tetap siaga selama lebaran di 36 puskesmas, sudah disampaikan kepada semua kepala Puskesmas agar ada petugas jaga selama cuti bersama lebaran," kata Didi, kemarin.
Menurut dia, petugas Puskesmas akan ditugaskan secara bergiliran selama 24 jam untuk melayani masyarakat, karena khawatir terjadi penyakit menular atau gangguan kesehatan lainnya di masyarakat, akibat mengkonsumsi makanan atau minuman saat dan pasca lebaran.
Biasanya, kata dia, penyakit yang menyerang saat Lebaran seperti diare, atau kencing manis, hipertensi karena pola makan yang tidak sehat. “Karena itu, kita tetap siap melayani baik fasilitas, obat-obatan juga tenaga medis untuk antisipasi,” katanya.


15 Jul 2015

Stok Obat Puskesmas Dipastikan Aman Selama Lebaran

SELAMA pelayanan kesehatan arus mudik dan pasca lebaran nanti, tepatnya H-7 sampai dengan H+7, stok obat di seluruh Puskesmas di Kabupaten Pandeglang dinyatakan cukup. “Persediaan obat untuk semua Puskesmas sampai sekarang masih cukup, belum ada permintaan penambahan stok obat di tingkat Puskesmas,” ungkap Kepala Seksi Sarana Kesehatan, Farmasi, Makanan dan Minuman (Sarkes dan Farmakmin) Dinkes Pandeglang, Dindin Mohamad Saparudin, kemarin.
Dindin mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan persediaan obat di gudang farmasi kesehatan untuk mengantisipasi lonjakan kasus seperti kecelakaan lalu lintas dan gangguan pencernaan. “Sudah ada juga bantuan obat-obatan dari Dinkes Provinsi Banten, untuk segera kita distribusikan apabila ada permintaan obat dari Puskesmas,” katanya.

Diungkapkan, beberapa jenis stok obat yang ditambah meliputi antibiotik, obat batuk, infus, multivitamin, oralit. “Biasanya kasus yang banyak muncul adalah kecelakaan lalu lintas, flu, gangguan pencernaan,” pungkasnya.

14 Jul 2015

Puskesmas Cibaliung Gencarkan Sosialisasi PHBS

KEPALA Puskesmas Cibaliung Mohamad Amsor mengajak masyarakat untuk tetap melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat  (PHBS) di bulan Ramadan. Terlebih, kata dia akhir-akhir ini cuaca tidak menentu dan semakin meningkatkan perkembangan penyakit Demam Berdarah (DB) di Kec matan Cibaliung.
“Untuk menghindari terjangkitnya berbagai penyakit akibat cuaca yang tidak menentu beberapa minggu terakhir, masyarakat juga diminta tetap dan selalu menerapkan dan menjaga PHBS,” kata Amsor saat menyampaikan sosialisasi PHBS kepada warga Desa Sorongan, Kecamatan Cibaliung, Sabtu (11/7/2015)
Hadir dalam sosialisasi tersebut selaku nara sumber Kabid Sumberdaya dan promosi Kesehatan Dinkes Pandeglang dr. Kodiat Juarsa
Amsor mengungkapkan, dengan kondisi cuaca yang sudah memasuki musim kemarau, tentunya sangat berpengaruh pada kesehatan masyarakat, ditambah dalam kondisi sedang berpuasa. “Selain antisipasi meningkatnya kasus DB, biasanya penyakit akan dating karena daya tahan tubuh lemah akan mudah terserang demam, diare, influenza, dan ISPA,” jelasnya.
Kapala Bidang Sumberdaya dan Promosi Kesehatan Dinkes Pandeglang dr. Kodiat Juarsa menyatakan, untuk mengantisipasi berbagai ancaman penyakit di masyarakat, pihaknya mengaku sudah menginstruksikan setiap Puskesmas agar secara cepat merespon segala kemungkinan gangguan kesehatan yang terjadi di tengah masyarakat.
“Kita sudah perintahkan puskesmas untuk pro aktif melakukan sosialisasi hidup bersih dan sehat kepada masyarakat dan sekolah-sekolah agar warga secara mandiri bisa mempertahankan hidup sehat,” jelasnya.

Dalam menjalankan PHBS tersebut, ungkap Kodiat, sebenarnya tidak terlalu sulit diantaranya dengan menerapkan pola makan teratur, menjaga kebersihan, baik badan, makanan, dan lingkungan, serta memanfaatkan istirahat yang cukup. “Dengan demikian, walaupun sedang berpuasa, masyarakat Insya Allah akan terhindar dari berbagai gangguan kesehatan akibat kondisi cuaca yang tidak menentu ini,” katanya.

36 Puskesmas Difungsikan Sebagai Posko Kesehatan Selama H-7 Hingga H+7 Idul Fitri 1436 H

DINAS Kesehatan (Dinkes) Pandeglang menyiagakan 36 Puskesmas sebagai Pos Kesehatan (Poskes) utama selama arus mudik dan arus balik  Lebaran, mulai H-7 hingga H+7 atau pada 10 Juli s/d 24 Juli 2015.
Selain itu, Dinkes Pandeglang juga mendirikan 8 Posko kesehatan tambahan yang tergabung bersama unsur  Kepolisian, Dishubkominfo, PMI maupun elemen masyarakat lainnya dalam rangka pengamanan arus mudik dan lebaran 1436 Hijriyah.
Kadinkes Pandeglang H. Deden Kuswan mengungkapkan, kedelapan Posko kesehatan tambahan telah dioperasikan untuk mengantisipasi kesehatan pemudik yakni di seputar Alun-alun Kota Pandeglang, Terminal Kadubanen, Pertigaan Mengger Kecamatan Kaduhejo, Pustu Babakan Lor Kecamatan Cikedal, Terminal Tarogong Kecamatan Pagelaran, Pustu Banjarwangi Kecamatan Pulosari, lokasi pariwisata Lipo Kecamatan Carita, dan Posko kesehatan rujukan yang dipusatkan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Berkah.
H. Deden Kuswan menjelaskan, khusus untuk 20 Puskesmas yang terletak dijalur utama arus mudik yakni Puskesmas Cadasari, Karangtanjung, Kaduhejo, Cimanuk, Mandalawangi, Munjul, Cigeulis, Cibaliung, Cimanggu, Sumur Cisata, Jiput, , Saketi, Bojong, Picung, Menes, Labuan, Carita, Panimbang, dan Sobang, sudah diinstruksikan wajib jaga selama 24 jam.
“Untuk Puskesmas lainnya diinstruksikan siaga untuk melayani masyarakat setempat dengan membuat daftar piket petugas Puskesmas,” jelasnya.
Koordinator pelayanan kesehatan arus mudik 2015 Hj. Yeni Herlina menambahkan, masing-masing pos kesehatan akan dilayani oleh petugas medis/paramedis yang dilengkapi dengan logistik dan perbekalan kesehatan berupa sebuah tandu, obat-obatan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), obat-obatan dasar, tensimeter, stetoskop serta sebuah tabung oksigen dan 1 unit ambulan.
“Selama bertugas tim kesehatan yang ditugaskan sebanyak 500 personil dijadwalkan dalam dua shif sehari mulai 07.00 – 19.00 Wib dan 19.00 – 07.00 Wib selama 24 jam, kecuali pada hari H saat hari pertama Hari Raya, petugas jaga dibagi menjadi tiga shift  pukul 07.00-14.00 Wib, pukul 14.00-21.00 Wib, dan pukul 21.00-07.00 Wib,” jelas Yeni yang juga Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Umum (Yankesum) Dinkes Pandeglang itu.

Dijelaskan, Pelayanan Pos Kesehatan ditujukan tidak hanya bagi pemudik dan pengemudi kendaraan, melainkan juga diperuntukan bagi masyarakat sekitar yang membutuhkan pertolongan kesehatan. “Pelayanan kesehatan meliputi pelayanan gawat darurat, pelayanan kesehatan dasar, dan rawat inap tingkat pertama, dan pelayanan rujukan jika diperlukan,” jelasnya.

13 Jul 2015

Tetap Beraktivitas Fisik Di Bulan Puasa

BERPUASA bukan berarti harus meninggalkan aktivitas fisik. Hal itu karena aktivitas fisik menjadi kunci seseorang agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.
Kepala Bidang Sumberdaya Kesehatan dan Promosi Kesehatan Dinkes Pandeglang dr. H. Kodiat Juarsa mengatakan, puasa bukan jadi jadi halangan untuk meninggalkan aktivitas fisik. “Tetapi setidaknya kita juga harus mengukur kemampuan tubuh agar puasa juga tidak batal, karena kehausan,” katanya.
Dia mengungkapkan, jenis aktivitas fisik di bulan puasa yang tergolong kegiatan sehari-hari yakni berjalan kaki, berkebun, mencuci baju, mencuci mobil, mengepel lantai, hingga naik turun tangga.
 “Aktivitas fisik sebaiknya dilakukan teratur minimal 30 menit setiap hari. Jika dilakukan teratur Insya Allah akan terasa manfaatnya,” kata Kodiat, belum lama ini.

Menurutnya, aktivitas fisik sangat bermanfaat diantaranya menghindarkan dari beragam jenis penyakit tidak menular, berat badan terkendali, otot lebih lentur dan tulang lebih kuat hingga tubuh kita pun terus bugar dan bertenaga.

Dinkes Pandeglang Siagakan 45 Posko Kesehatan Lebaran 2015

MENYAMBUT Iedul Fitri 1436 Hijriyah, Dinkes Pandeglang menyiagakan 45 pos kesehatan untuk melayani masyarakat selama arus mudik dan arus balik lebaran mulai H-7 sampai dengan H+7 atau tanggal 10 hingga 24 Juli 2015.
45 Poskes tersebut terdiri dari 36 Puskesmas yang disiagakan sebagai Poskes utama, 8 Posko kesehatan tambahan yakni  di seputar Alun-alun Kota Pandeglang, Terminal Kadubanen, Pertigaan Mengger, Pustu Babakan Lor Cikedal, Terminal Tarogong, Pustu Banjarwangi Pulosari, Lipo Carita dan Posko Kendali utama di Kantor Dinkes Pandeglang. Sedangkan Pos kesehatan rujukan akan dipusatkan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Berkah.
Kadinkes Pandeglang H. Deden Kuswan mengungkapkan, meskipun tidak semua Puskesmas harus jaga 24 jam selama arus mudik dan cuti lebaran, tetapi jika  darurat dan sewaktu-waktu dibutuhkan Puskesmas harus siap untuk melayani pemudik dan warga sekitar yang membutuhkan pengobatan.
“Pelayanan Pos Kesehatan ditujukan tidak hanya bagi pemudik dan pengemudi kendaraan, melainkan juga diperuntukan bagi masyarakat sekitar yang membutuhkan pertolongan kesehatan,” ungkap Deden, kemarin.
Sekretaris Dinkes Pandeglang H. Didi Mulyadi menambahkan, penempatan poskes merupakan bagian dari kesiapsiagaan Dinkes bersama unsur TNI/Polri, Dishubkominfo, PMI maupun elemen masyarakat lainnya yang tergabung dalam tim pengamanan arus mudik dan lebaran tahun 2015.
“Setiap pos kesehatan akan dilayani oleh petugas medis/paramedis yang dilengkapi dengan logistik dan perbekalan kesehatan berupa sebuah tandu, obat-obatan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), obat-obatan dasar, tensimeter, stetoskop serta sebuah tabung oksigen dan 1 unit ambulan,” terang Didi.
Dijelaskan, sebanyak 16 Puskesmas yakni Puskesmas , Cikole, Pandeglang, Majasari, Banjar, Bangkonol Cipeucang, Mekarjaya, Pulosari, Sindangresmi, Cikeusik, Sukaresmi, Cibitung, Cikedal, Pagelaran, Angsana dan Puskesmas Patia sudah di instruksikan untuk siaga melayani masyarakat dengan membuat daftar piket 24 jam. 
Sementara untuk 20 Puskesmas lainnya yang terletak dijalur utama arus mudik yakni Puskesmas Cadasari, Karangtanjung, Kaduhejo, Cimanuk, Mandalawangi, Munjul, Cigeulis, Cibaliung, Cimanggu, Sumur Cisata, Jiput, , Saketi, Bojong, Picung, Menes, Labuan, Carita, Panimbang, dan Sobang, sudah diinstruksikan untuk difungsikan sebagai Posko Kesehatan 24 jam dan wajib jaga selama 24 jam.

Didi mengungkapkan, sebagai bentuk kesiapan jajaran kesehatan dalam pelayanan kesehatan  arus  mudik dan arus balik lebaran, Dinkes telah menggelar pertemuan khusus dengan seluruh Kepala Puskesmas dan Direksi RSUD Berkah pada Jum’at (3/7/2015) akhir pekan kemarin.

12 Jul 2015

Program UKS Cetak Generasi Sehat Berkualitas

PROGRAM Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sangat penting bagi pembinaan kesehatan anak usia sekolah. Melalui UKS diharapkan akan tumbuh sumberdaya manusia (SDM) calon generasi penerus bangsa yang sehat dan berkualitas yakni  generasi yang sehat fisik mental dan sosial serta mempunyai produktivitas yang optimal.
Hal itu disampaikan Kepala Bidang Sumberdaya dan Promosi Kesehatan Dinkes Pandeglang dr. H. Kodiat Juarsa, M.Kes saat memberikan pembekalan acara sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) bagi guru UKS se Kecamatan Angsana yang digelar di SDN Cikayas 1, Sabtu (11/7/2015)
Kodiat mengungkapkan, untuk mewujudkan SDM yang sehat dan berkualitas diperlukan upaya-upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan secara terus menerus yang dimulai sejak dalam kandungan, balita, usia sekolah sampai dengan usia lanjut.
“Oleh sebab itu upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang ditujukan kepada peserta didik (usia sekolah) merupakan salah satu mata rantai yang penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,”katanya.
Dijelaskan, kualitas SDM antara lain sangat ditentukan oleh dua faktor yang satu sama lain saling berkaitan dan bergantung yaitu pendidikan dan kesehatan, dimana kesehatan menjadi syarat utama agar upaya pendidikan dapat berhasil, sementara pendidikan yang diperoleh dapat mendukung tercapainya peningkatan status kesehatan seseorang.
“Siswa sebagai calon generasi penerus harus dikawal dari berbagai aspek termasuk masalah kesehatannya melalui wadah  kegiatan UKS,” ungkapnya.
Kepala Puskesmas Angsana H. Agus Surya, SKM dalam pemaparannya tentang PHBS di sekolah memaparkan, guru UKS dituntut untuk melaksanakan program UKS disetiap sekolah untuk mendukung mutu pendidikan. “Tujuan program UKS itu untuk menanamkan nilai-nilai PHBS dan menciptakan lingkungan sekolah yang sehat, sehingga peserta didik menjadi sehat dan prestasi belajar  siswa juga akan lebih baik ,” paparnya.
Dia mengatakan, karena pentingnya UKS tersebut pihaknya akan berupaya maksimal melaksanakan program UKS disemua sekolah di wilayah kerjanya.
Ketua PGRI Kecamatan Angsana Tb. Junaedi mengapresiasi upaya Dinkes Pandegang melakukan sosialisasi PHBS di sekolah yang merupakaan bagian dari program UKS. “PHBS penting diterapkan di sekolah bukan hanya bagi siswa tetapi oleh para guru-guru,” kata Junaedi yang juga Kepala Sekolah SDN Cikayas 1 ini.
Diakui masih ada kendala pelaksanaan UKS di sekolah diantaranya PHBS belum mencapai tingkat yang diharapkan, diantaranya masih adanya berbagai masalah kesehatan anak usia sekolah, masalah sumber daya manusia guru UKS hingga terbatasnya sarana prasarana UKS.

“UKS harus menjadi tanggung jawab bersama, saya berharap program ini ke depan semakin baik melalui pembinaan UKS bagi guru maupun siswa,sehingga Angsana mampu berprestasi dalam setiap lomba UKS,” katanya.

7 Jul 2015

Kadinkes Pandeglang Terbitkan SK Kawasan Tanpa Rokok



DINAS Kesehatan Kabupaten Pandeglang  menganjurkan warga Pandeglang agar memanfaatkan momentum bulan suci Ramadan untuk berhenti merokok sepenuhnya. Hal ini mengingat para perokok yang berpuasa akan berhenti merokok sejak sahur sampai berbuka puasa. “Momen Ramadan tahun ini diharapkan dapat diteruskan selamanya sehingga kebiasaan merokoknya kalau bisa dihilangkan,” kata Kadinkes Pandeglang H. Deden Kuswan.
Dia mengungkapkan, menghilangkan kebiasaan merokok selamanya, memang tidak akan bisa secara langsung. Namun, menurutnya, dengan kemauan dan kesadaraan tinggi akan pentingnya kesehatan, kebiasaan buruk menghisap tembakau tersebut bisa dihindari.
“Tentunya bulan penuh berkah dan ampunan ini dapat dijadikan momentum bagi yang mempunyai kebiasaan merokok untuk berhenti merokok selamanya,” tegasnya.
Di bulan Ramadan ini ia juga mengajak warga untuk melakukan sesuatu yang menyehatkan jiwa raga  diantaranya untuk mengalihkan keinginan merokok. “Misalnya berolahraga, berkebun, melukis, minum air secara perlahan, dan menarik nafas dalam-dalam untuk mencegah keinginan merokok,” paparnya.
Deden berpesan, berhenti merokok di bulan Ramadan, bukan saja  akan memberi manfaat bagi kesehatan dan kehidupan, namun juga menjaga lingkungan udara segar  agar tetap bersih dan sehat.
Kawasan Tanpa Rokok
Kadinkes menjelaskan, dalam rangka melindungi indibvidu, masyarakat dan lingkungan terhadap paparan asap rokok, pihaknya telah menerbitkan surat keputusan nomor 800/278/Dinkes/2015 tertanggal 20 Mei 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang dan seluruh Puskesmas. “Setiap orang yang berada di kawasan tanpa rokok di Dinas Kesehatan dan Puskesmas dilarang merokok, menjual rokok, termasuk dilarang ada iklan rokok,” katanya.
Menurutnya, diterapkannya KTR di wilayah-wilayah tersebut memang tidak menjadi jaminan bebas dari asap rokok. “Kesadaran semua pihak terutama perokok aktif sangat diharapkan, karena KTR dimaksudkan untuk melindungi masyarakat terutama yang bukan perokok atau perokok pasif dari asap rokok orang lain,”  katanya.
Ditegaskan, dalam sebatang rokok ada tiga komponen utama yakni nikotin sebagai zat berbahaya yang menyebabkan kecanduan (adiktif), sebagai zat berbahaya yang menyebabkan kanker (karsinogenik), dan karbon monoksida sebagai salah satu gas beracun yang menurunkan kandungan oksigen dalam darah. “Yang paling berbahaya adalah kandungan zat adiktifnya yang membuat ketergantungan pada rokok, sehingga para perokok tidak punya pilihan lain selain terus mengonsumsinya,” tandasnya.

6 Jul 2015

Dinkes Ajak Warga Hidup Sehat Tanpa Asap Rokok

DINAS Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pandeglang menyerukan kepada masyarakat Pandeglang, khususnya para perokok, untuk tidak merokok pada peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) yang diperingati setiap 31 Mei.
Menurut Kadinkes Pandeglang H. Deden Kuswan, HTTS merupakan kampanye sehari tanpa merokok, bertujuan untuk menarik perhatian warga dunia mengenai menyebarluasnya kebiasaan merokok dan dampak buruknya terhadap kesehatan.
Hal itu disampaikan Kadinkes Pandeglang menyambut HTTS 2015 yang jatuh pada Minggu (31/5/2015) kemarin. Dia mengatakan, HTTS tahun ini mengambil tema “Beware! Illegal tobacco” yang kurang lebih bermakna, “Waspada! Tembakau ilegal”.
“Hari ini merupakan momentum baik dimanfaatkan sebagai media kampanye penyadaran masyarakat akan bahaya produk tembakau dalam bentuk rokok, sekaligus sebagai momentum untuk berhenti merokok,” katanya.
Menurut Kadinkes sebenarnya sudah ada peringatan mengenai bahaya rokok tersebut di kemasan rokok itu sendiri. “Yang jelas apapun alasannya , kita harus sejak dini menghindari rokok, sebab efek dari asap rokok tersebut dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan mulai dari yang ringan hingga yang  berat yang bisa membawa kita kepada kematian,” tuturnya.
Diungkapkan,  jumlah perokok aktif di Indonesia usia 10 tahun ke atas berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 ada 57.750.592 orang, terdiri dari 56.860.457 perokok laki-laki  dan 1.890.135 perokok perempuan.
“Selain perokok aktif, ada jutaan orang perokok pasif di negara kita, dewasa dan anak-anak, mereka yang tidak merokok tapi tetap dapat menerima akibat buruk dari asap rokok karena orang disekitarnya merokok,” ungkap Deden.
Diungkapkan,  jumlah perokok pasif pada anak-anak kita yakni lebih dari 40 juta anak, dengan perincian untuk kelompok umur 0-4  tahun ada 12.616.297 anak perokok pasif. Kemudian kelompok umur 5-9 tahun merupakan kelompok terbesar dengan 14.711.509 anak perokok pasif. Dan kelompok umur 10-14 tahun 4.660.252 anak perokok pasif.
Deden juga memaparkan, hasil penelitian di Indonesia didapatkan rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap menunjukkan bahwa, setiap hari ada 616.881.205 batang rokok di hisap atau lebih 600 juta batang per hari.
Kemudian sebanyak 225.161.640.007 batang rokok dibakar setiap tahunnya atau lebih 225 milyar batang setiap tahunnya. "Kalau satu batang rokok dianggap saja harganya Rp 1.000, maka setiap tahun uang yang dibakar sebagai asap rokok adalah lebih dari Rp 225 trilyun," paparnya.
Dia menegaskan, Pemkab Pandeglang melalui Dinas Kesehatan berkomitmen untuk membangun norma dan budaya tidak merokok sebagai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di kalangan warga Pandeglang. “Saat ini draf peraturan tentang kawasan tanpa rokok (KTR) di Pandeglang sudah diajukan ke Pemerintah daerah, mudah-mudahan bisa segera direalisasikan,” tandasnya.

5 Jul 2015

Aksi Promkes Mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

SEKSI Promosi Kesehatan Dinkes Pandeglang menggelar berbagai aksi menyambut peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) atau (World No Tobacco Day) 31 Mei 2015 diantaranya dengan Talk Show di Radio, Memasang Spanduk, Poster dan Baliho anti rokok, hingga sosilisasi dan advokasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dilingkungan Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang.
Kepala Seksi Promosi Kesehatan Dinkes Pandeglang Rita Kusmawati mengatakan, aksi menyambut HTTS tersebut dilaksanakan di 10 titik yaitu di lingkungan Kantor Dinkes Pandeglang, Puskesmas Dengan Tempat Perawatan (DTP) Kecamatan Cadasari, Cimanuk, Saketi, Menes, Labuan, Panimbang, Cibaliung, Munjul, dan Puskesmas Sumur.
“Aksi ini untuk menurunkan jumlah perokok aktif, meningkatkan wawasan tentang bahaya rokok dan menurunkan angka kematian akibat penyakit yang berhubungan dengan perilaku rokok,” katanya, akhir pekan kemarin.
Dia menargetkan, dalam bulan Mei 2015 ini Sembilan Puskesmas yang menjadi garapan dirinya dalam aksi mewujudkan KTR dapat terwujud dengan regulasi kebijakan yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Pandeglang. “Kita sudah buat surat edaran untuk 9 Puskesmas terpilih dengan tempat perawatan (DTP) semuanya sudah harus bebas asap rokok mulai 1 Juni 2015,” terangnya.
Rita mengungkapkan, KTR penting, bukan saja bagi siperokok, namun lebih dari itu KTR sangat penting untuk kesehatan masyarakat atau menyelamatkan orang yang tidak merokok. “KTR bertujuan untuk merubah letak perokok bukan menghalangi orang merokok,” terangnya.
Dia menyatakan, kondisi saat ini Indonesia masuk kategori darurat konsumsi rokok. “Lihat saja iklan, promosi dan sponsor rokok secara sistematis, masif dan terus menerus mengkondisikan orang untuk menjadi perokok,” ujarnya. Oleh karena itu, lanjut Rita perlu dilakukan langkah-langkah pengamanan rokok bagi kesehatan, diantaranya melalui penetapan KTR. “Terlebih petugas kesehatan harus menjadi pelopor hidup bersih dan sehat di fasilitas kesehatan,” imbuhnya.

4 Jul 2015

Berhenti Merokok Mulai Ramadhan dan Seterusnya



KONSUMSI rokok dapat menyebabkan gangguan penyakit seperti gangguan pernapasan, gangguan kardiovaskuler (hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner), kanker serta gangguan reproduksi dan kehamilan, bukan hanya itu  tetapi juga biaya hilangnya hari atau produktivitas.

Selama menjalankan ibadah puasa Ramadhan seseorang dengan niat yang ihklas dan motivasi yang kuat sudah terlatih untuk tidak merokok dari sejak terbit fajar hingga terbenam matahari selama satu bulan penuh. Tentunya, perilaku yang baik ini diharapkan dapat dilanjutkan setelah bulan Ramadhan

Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, dr. HM Subuh, MPPM, menyebutkan cara dan langkah  berhenti merokok serta tips berhenti merokok:

Cara pertama, berhenti seketika. Jika hari ini masih merokok, besok berhenti sama sekali. Cara ini yang besar kemungkinan berhasilnya.

Cara kedua, penundaan.  Tundalah saat merokok saat jam berbuka puasa. Misalnya, pada hari permulaan rokok pertama dihisap 1 jam setelah buka puasa. Pada hari kedua, rokok pertama dihisap 2 jam setelah buka puasa, dan seterusnya hingga hari ke empat berhenti sama sekali. Bila perlu, bisa juga masing masing  waktu dilakukan selama 2 hari, lalu 2 hari lagi bertahap mulai merokok lebih terlambat 1 jam, dan seterusnya sampai berhenti sama sekali.

Cara ketiga, pengurangan. Jumlah rokok yang dihisap setiap hari dikurangi secara berangsur angsur dengan jumlah yang sama sampai 0 batang pada hari yang ditetapkan.  Misalnya hari pertama 10 batang, lalu selang 1 atau 2 hari  turun jadi 8 batang dan seterusnya. Pola pengurangan rokok dan target tanggal berhenti menjadi nol sudah harus ditetapkan sejak dini dan tidak lupa untuk memberitahunkan kepada keluarga atau kerabat agar untuk membantu mengingatkan. Sebagai contoh, tanggal yang dipilih untuk memulai ialah pada 17 Ramadhan (Nuzulul Quran) atau tanggal ganjil pada 10 hari terakhir Ramadhan. 

Berhenti merokok memiliki banyak manfaat untuk kesehatan antara lain: perbaikan darah, denyut jantung dan aliran darah tepi  setelah 20 menit berhenti merokok. Jika berhenti merokok selama 15 tahun, maka risiko  jantung dan stroke turun ke tingkat yang sama dengan bukan perokok

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat JenderalKementerian Kesehatan RI.