21 Jul 2015

Bank Sampah Percontohan di Kabupaten Pandeglang

Sosialisasi bank sampah oleh LAZ Harfa Kabupaten Pandeglang yang difasilitasi Tim Community Engagement Grants 2014 Universitas Indonesia (Foto: Dok. Community Engagement Grants 2014 UI)
SAAT ini semakin banyak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Indonesia yang sudah penuh karena timbulan sampah meningkat setiap harinya. Sampah menimbulkan banyak masalah, mulai lingkungan tidak nyaman sampai masalah kesehatan. Melihat persoalan ini, maka penanganan sampah yang mengacu pada prinsip reduce-reuse-recycle (mengurangi-menggunakan kembali-mendaur ulang) menjadi penting.
Bagaimana kita dapat berkontribusi untuk mengurangi timbulan sampah? Bank sampah merupakan salah satu solusi yang efektif. Di bank sampah, masyarakat diberikan edukasi tentang pentingnya memilah sampah mulai dari tingkat rumah tangga. Sampah dipilah menjadi sampah organik, nonorganik, dan residu. Sampah organik, seperti sisa makanan dan daun, dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos. Sementara, sampah nonorganik, seperti plastik, kertas/kardus, beling/kaca, kaleng/besi, dan lain-lan yang dapat didaur ulang kemudian ditabung di bank sampah. Yang terakhir, sampah residu atau sampah sisanya akan dibuang ke TPA. Dengan model ini, sampah yang dibuang ke TPA akan semakin sedikit karena semakin banyak sampah yang digunakan kembali. Menarik bukan?
Depok merupakan kota dengan jumlah bank sampah terbanyak di Indonesia. Sampai saat ini diestimasi jumlah titik bank sampah di Depok mencapai 500 lokasi. Kegiatan ini dimulai dari tahun 2008, dan meningkat pesat mulai akhir 2012. Program bank sampah di Kota Depok merupakan inisiasi masyarakat murni. Pengurus bank sampah pada umumnya adalah mereka yang aktif di kegiatan komunitas, seperti Posyandu, PKK, karang taruna, atau lainnya. Di bank sampah, anggota dapat menyetorkan sampah nonorganiknya yang kemudian menjadi tabungan. Di saat tertentu yang disepakati (setiap bulan, tiga bulan, atau setahun sekali), anggota dapat mengambil hasil tabungannya.
Walaupun bisnis utamanya adalah mengelola sampah nonorganik, bank sampah di Kota Depok juga memberikan edukasi untuk menangani sampah organik, seperti melalui pembuatan lubang biopori. Selain itu, Pemerintah Kota Depok juga telah menyediakan tempat mengolah sampah organik di UPS (Unit Pengolahan Sampah Organik) dimana masyarakat dapat mengambil kompos secara gratis.
Di satu sisi, Kabupaten Pandeglang merupakan wilayah yang sedang berkembang dan mempunyai masalah sampah yang relatif serupa dengan Kota Depok. Hal tersebut dirasakan membutuhkan penanganan segera. Oleh karena itu, dengan dimotori oleh LAZ Harfa Kabupaten Pandeglang dan difasilitasi oleh Tim Community Engagement Grants 2014 Universitas Indonesia, program bank sampah diujicobakan di Kabupaten Pandeglang. Asosiasi Bank Sampah Kota Depok berperan dalam membantu sosialisasi dan berbagi pengalaman dalam pengembangan dan teknis operasional bank sampah di Kota Depok.
Pada kegiatan sosialisasi pendirian bank sampah di Pandeglang, peserta sangat antusias mengikuti acara. Kegiatan dilakukan sehari penuh dengan metode interaktif. Selain presentasi dan diskusi, peserta juga diajak menonton video tentang bank sampah dan bagaimana operasional bank sampah di Depok. Selain itu, peserta diminta untuk mempraktekkan secara langsung dalam memilah sampah dan mengoperasikan bank sampah. Peserta diminta berlatih untuk mendaftarkan diri menjadi anggota, menimbang sampah, mencatat hasil timbangan di buku tabungan, mencatat penjualan sampah, dan membayarkan uang tabungan ke anggota. Pada kegiatan ini selain dihadiri calon pengurus bank sampah, juga aparat Pemda Kabupaten Pandeglang, Dinas Kesehatan, dan Dinas Kebersihan.
Saat ini telah berdiri dua Bank Sampah Harfa UPS (Unit Pengolahan Sampah) di daerah Curug Sawer dan Batu Raja. Antusiasme masyarakat dalam berpartisipasi di bank sampah cukup tinggi. Bank sampah tersebut telah berhasil mengurangi timbulan sampah sebanyak 1.817 kg dalam waktu 2,5 bulan. Selain itu, tabungan sampah yang terkumpul cukup besar, yaitu Rp2.394.047. Jumlah ini akan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Ke depannya, masih banyak tantangan untuk mempertahankan dan mengembangkan bank sampah yang sudah ada maupun mendirikan bank sampah-bank sampah baru di Pandeglang. Hal tersebut tentu saja membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, yaitu masyarakat, pemerintah kabupaten, maupun sektor swasta agar semangat untuk menjaga lingkungan serta menjadikan motif ekonomi sebagai bonus dari kegiatan positif ini tetap terjaga.

Video sosialisasi Bank Sampah dapat dilihat di link berikut:
1. Video sosialisasi untuk calon anggota bank sampah : https://www.youtube.com/watch?v=Sj-gXdFs1bw

2. Video cara mendirikan dan mengoperasikan bank sampah : https://www.youtube.com/watch?v=nZoaGy9fHzA

Penulis:
– Alin Halimatussadiah dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
– Windri Handayani, MSi dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI (fyu)

Sumber : Depok.News

1 komentar:

  1. Ass...menarik artikelnya..
    Cuma saya mau tanya apa sekarang masih berjalan program bank sampah nya?

    BalasHapus