31 Des 2013

Road To Anniversary RSB Permata Ibunda ke-2, 11 Maret 2014


RANGKAIAN acara peringatan hari jadi Rumah Sakit Bersalin (RSB) Permata Ibunda ke-2 memiliki makna penting bagi managemen rumah sakit yang fokus melayani kesehatan ibu dan anak itu.
Sebagai ungkapan rasa syukur pun digelar beragam kegiatan dimulai dari seminar sehari penanganan kasus kebidanan dan kandungan yang diselenggarakan Senin (23/12) beberapa waktu lalu.
Menurut Manager RSB Permata Ibunda Hj. Mei Wijaya, SKM, MARS, road to anniversary (rangkaian acara peringatan red) RSB Permata Ibunda yang kedua dilaksanakan dengan berbagai kegiatan yang menandai dua tahun pengabdian rumah sakit swasta yang berlokasi di kawasan Majasari itu
kepada masyarakat sekitar.
"Ada beberapa kegiatan menyambut peringatan dua tahun RSB Permata Ibunda, selain seminar ada kegiatan donor darah sukarela, serta pemeriksaan ultra sonografi (USG) secara gratis bagi ibu hamil pada saatnya nanti," ungkap Mei, belum lama ini.
Disamping itu lanjut Mei yang juga Kepala Puskesmas Majasari itu, masih ada kegiatan lainnya seperti penyuluhan penanganan kesehatan jiwa, bakti sosial bedah rumah warga serta lomba paduan suara Himne RSB Permata Ibunda.
"Kita rencanakan kegiatannya dari Bulan Desember ini sampai 11 Maret tahun 2014 bertepatan hari jadi kedua RSB Permata Ibunda," pungkasnya.

30 Des 2013

Kiprah Relawan Kemanusiaan Membebaskan Korban Pemasungan

KIPRAH kemanusiaan para Relawan Anti Pasung (RAP) Kabupaten Pandeglang tak sebatas membebaskan penderita gangguan jiwa korban pemasungan. RAP juga memfasilitasi proses perawatan dan penyembuhan hingga pemulangan pasien kepada keluarga masing-masing.
Menurut Iif Nurafifah, salah seorang relawan bebas pasung yang menangani penjemputan dan pemulangan para korban pasung, penanganan pasien jiwa korban pemasungan merupakan atas kerjasama banyak pihak terutama keluarga, puskesmas, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan Rumah Sakit Jiwa (RSJ). "RAP Pandeglang hanya memfasilitasi, supaya penderita gangguan jiwa
korban pemasungan mendapat perawatan dan penanganan yang memadai," ujar Iif Nurafifah disela mengantar sejumlah pasien gangguan jiwa korban pasung yang telah sembuh kepada keluarga masing-masing, Selasa (24/12) lalu. Iif mengungkapkan, pasien korban pemasungan yang dinilai sembuh setelah mendapatkan perawatan intensif selama sekitar lima minggu di RSJ Grogol akan terus dipantau RAP Pandeglang. "Kami tetap akan memberikan perhatian kepada mereka yang sudah dinyatakan sembuh, terutama agar tidak putus minum obat sesuai anjuran dokter," ungkapnya.
Ditambahkan, walaupun dinyatakan sembuh, keluarga tetap diharuskan memeriksakan kondisi pasien sebulan sekali untuk konsultasi kepada dokter spesialis kesehatan jiwa di RSUD setempat.

27 Des 2013

Lima Korban Pasung Sembuh Dirumahkan RAP


LIMA korban pasung asal Kabupaten Pandeglang dan Lebak yang telah dievakuasi Relawan Anti Pasung (RAP) Kabupaten Pandeglang ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Grogol Jakarta akhirnya dikembalikan kepada keluarga masing-masing.
Mereka sudah diperbolehkan pulang setelah mendapat perawatan intensif selama dua bulan lebih di RSJ Grogol dengan fasilitasi RAP Pandeglang.
Hal itu diungkapkan Koordinator Indonesia Bebas Pasung Hj. Mei Wijaya disela menerima rombongan Tim Psikiatri Keliling RSJ Grogol dikediamannya di kawasan Majasari Pandeglang, Selasa (24/12) kemarin.
Mei yang juga Manager RSB Permata Ibunda itu menjelaskan, mereka yang sembuh dan telah dipulangkan yakni Na (23 tahun) dan Jar (38) keduanya warga Kampung/Kelurahan Kadomas, Am (26) warga kampung Cikole kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang, Mi (50) warga Kampung/Desa Cadasari Kabupaten Pandeglang serta Mae (19) warga Pasirtangkil Kec. Warunggunung Kab. Lebak.
“Selanjutnya kepada keluarga dianjurkan melakukan pengobatan lanjutan rawat jalan di poli kesehatan jiwa rumah sakit umum daerah (RSUD) untuk menuntaskan pemulihan kesehatan mental pasien, minimal sebulan sekali dikontrol,” ujarnya.
Menurut Mei, pihak RAP menyiapkan keperluan obat-obatan secara gratis untuk proses penyembuhan pasien rawat jalan bagi pasien yang telah dirawat di RSJ Grogol. “Kalau nanti pasien kontrol ke Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa, silahkan keluarga menukarkan resep obatnya dengan obat yang ada pada kami,” tandasnya.

26 Des 2013

Pelayanan Kesehatan Jiwa Di Puskesmas Penting


PELAYANAN kesehatan jiwa ditingkat Puskesmas sudah tidak bisa ditunda lagi. Program kesehatan jiwa (keswa) mestinya menjadi program pokok puskesmas. Hal ini penting agar pelayanan keswa di beberapa puskesmas yang telah dijalankan sebagai program pengembangan mendapat dukungan pasti untuk keberlanjutannya.
Menurut Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Umum (Yankesum) Dinkes Pandeglang Hj. Yeni Herlina, jika program keswa ini sudah bisa dilaksanakan disemua Puskesmas, akan membantu masyarakat mengakses dengan cepat pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat.
“Sementara ini baru beberapa Puskesmas saja, diantaranya Puskesmas Majasari yang sudah menjalankan Program Keswa di Kabupaten Pandeglang,” ujar Hj. Yeni Herlina disela memimpin panel diskusi sosialisasi program bebas pasung bagi petugas medis dan paramedis Puskesmas se kabupaten Pandeglang yang digelar Jumat (6/12) beberapa waktu lalu.
Diakui, sosialisasi yang menghadirkan nara sumber dari Direktorat Bina Kese­hatan Jiwa (Binkeswa) Ditjen Bina Upaya Kesehatan Ke­menterian Kesehatan RI dan atas inisiatif Relawan Anti Pasung (RAP) Pandeglang tidak cukup hanya dengan menghadirkan petugas pemberi pelayanan kesehatan. “Kedepan kita akan mengundang lintas sektor terkait, para camat agar terpapar informasi ini,” ungkapnya.
Dijelaskan, orang dengan masalah kejiwaan (ODMK), terutama yang berat dan kronis seperti skizofrenia (gila red) adalah termasuk kelompok masyarakat yang rentan mengalami pengabaian hak-haknya diantaranya menjadi korban pemasungan. “Oleh karena itu penanganannya harus multi sektoral. Jika perlu para Camat dan Kepala Desa agar secara aktif mengambil prakarsa dan langkah-langkah dalam penanggulangan pasien yang ada di daerah mereka,” tandasnya.

24 Des 2013

Rangkaian HUT ke-2, RSB Permata Ibunda Gelar Seminar Sehari Kasus Kesehatan Ibu dan Anak


FUNGSI Rumah Sakit Bersalin (RSB) Permata Ibunda yang berlokasi di kawasan Majasari Kabupaten Pandeglang setahun terakhir telah mengalami perkembangan pesat. Pelayanan yang diberikan rumah sakit ibu dan anak ini kini tidak saja dinikmati oleh warga Pandeglang, melainkan warga lainnya seperti Kabupaten Lebak dan Serang.
Tak heran bila diusianya yang menjelang dua tahun pada 11 Maret 2014 mendatang, RSB Permata Ibunda menjadi pusat rujukan kasus kebidanan dan kandungan di wilayah Banten Selatan. “Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu hamil dan bayi baru lahir, RSB Permata Ibunda secara berkala menyelenggarakan Seminar Sehari. Ini untuk transfer of knowlodge (alih ilmu pengetahuan red) kepada para bidan yang bertugas di desa, Puskesmas, rumah sakit maupun bagi para bidan klinik bersalin,” ujar Direktur RSB Permata Ibunda, dr. H. Suradal Sastradibrata usai membuka seminar yang dihadiri ratusan Bidan yang digelar di Aula RSB Permata Ibunda, Senin (23/12).
Seminar yang fokus membahas kasus kebidanan dan kandungan yang sering terjadi ditangani RSB Permata Ibunda itu menghadirkan tiga narasumber dari spesialis kebidanan, spesialis anak dan spesialis mata.
Suradal menjelaskan, seminar ini merupakan bagian dari rangkaian menyambut HUT Permata Ibunda yang rutin digelar setiap tahun. “Dengan upaya kita bersama nantinya Insya Allah mutu pelayanan kesehatan lebih baik lagi,” harap Suradal yang mengaku mulai 2014 RSB Permata Ibunda akan menambah masing-masing seorang dokter spesialis anak dan dokter ahli kandungan.
Sementara Manajer RSB Permata Ibunda Hj. Mei Wijaya menambahkan, ada sejumlah rangkaian kegiatan menyambut HUT ke-2 Permata Ibunda yang jatuh pada 11 Maret 2014. “Selain Seminar pada hari ini, kami akan menyelenggarakan kegiatan donor darah sukarela, serta pemeriksaan Ultra Sonografi (USG) bagi ibu hamil secara gratis pada waktunya nanti,” katanya.
Disamping itu lanjut Mei masih ada acara lomba paduan suara, sosialisasi penanganan penyandang gangguan jiwa, bakti sosial serta kegiatan Bedah Rumah.

23 Des 2013

Perjuangan Khaerul Darajat Relawan Difabel Harfa Pandeglang

WALAUPUN memiliki keterbatasan fisik, Khaerul Darajat selalu berjuang agar bisa mengikuti proses pembelajaran layaknya mahasiswa lain. Dia bersikukuh kuliah, sebab menurut Khaerul,  setiap orang punya cita-cita dan oleh karena itu harus memiliki ilmu pengetahuan yang luas, salah satu caranya dengan kuliah di perguruan tinggi.

"Walaupun begini (tuna daksa red) saya selalu berusaha untuk mengikuti pelajaran di kampus dan saya bisa," ujar Khaerul, mahasiswa difabel di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Banten ditemua saat acara peringatan Hari Difabel se-Dunia di halaman Bale Budaya, Pandeglang, yang digelar Lembaga Harfa Pandeglang, Minggu (22/12).
Mahasiswa yang terlahir dengan satu kaki itu, mengaku sedang menyelesaikan skripsinya. “Alhamdulillah sejak lahir saya sudah begini,” kata Khaerul yang juga bertindak selaku Ketua Panitia Hari Difabel se Dunia tingkat Kabupaten Pandeglang itu ketika ditanya perihal cacat di tubuhnya. 
Namun begitu, meski mempunyai kekurangan, tapi ia menegaskan orang difabel masih bisa melakukan sesuatu. “Sambil kuliah saya sejak  setahun lalu menjadi relawan Harapan Dhuafa (Harfa) Cabang Pandeglang,” terang pemuda kelahiran Mengger, Pandeglang tahun 1990 itu.
Ditengah keterbatasannya itu, Khaerul  yang harus bertongkat kalau berjalan, sejak April 2013 hingga kini mengabdi di Desa/Kecamatan Cigeulis sebagai salah seorang relawan Harfa Pandeglang yang bertugas membangun masyarakat setempat. “Banyak yang bisa saya lakukan untuk masyarakat seperti membina kelompok tani, koperasi, maupun beternak,” pungkasnya.

22 Des 2013

Pagi Ini Harfa Pandeglang Gelar Jalan Sehat Bersama Difabel Sukses

MEMPERINGATI International Disability Day 2013, yang diperingati setiap 3 Desember, Lembaga Sosial Kemanusiaan Harapan Dhuafa (Harfa) Cabang Pandeglang mengadakan Jalan Sehat bersama para difabel sukses (orang yang memiliki keterbatasan fisik dan atau mental red) pada Minggu (22/12/2013).
Yayasan Harfa Cabang Pandeglang bekerja sama dengan berbagai organisasi yang ada menggelar jalan sehat bagi para difabel (penyandang disabilitas) dan masyarakat umum, bertepatan dengan peringatan Hari Ibu 22 Desember 2013.
Acara tersebut akan dilaksanakan di depan Depan Bale Budaya, Pandeglang mulai pukul 07.00 Wib pagi sampai dengan selesai dan diikuti ribuan peserta dari komunitas difabel sukses binaan Harfa Pandeglang bersama keluarga serta masyarakat umum.
"Acara ini digelar untuk memberi kesempatan agar para difabel mempunyai hak yang sama berinteraksi dengan warga yang lain," ujar Direktur Yayasan Harfa Cabang Pandeglang, Yudi Hermawan, SKM didampingi Sekretaris Panitia Ii Irfan, di Pandeglang.
Yudi mengungkapkan, Jalan Sehat bersama Difabel Sukses mengusung tema Stop!! untuk tidak Peduli, Mereka ada disekitar kita. “Kami menyediakan berbagai hadiah dan doorprize menarik bagi peserta yang ikut jalan sehat,” jelas Yudi yang mengaku acaranya ditujukan untuk umum tanpa dipungut biaya (gratis).

Yudi Hermawan berharap, acara semacam ini akan semakin meningkatkan kepedulian Warga Pandeglang terhadap penyandang disabilitas. “Tujuan kami sebetulnya menggugah kepedulian saja, dan ingin mewujudkan harapan,” katanya.

21 Des 2013

Difable Day : Jalan Sehat Bersama Difabel Sukses, Minggu (22/12/2013)

PERAN masyarakat pada difabel sangat penting untuk memberikan pengaruh yang baik pada difabel.
ketika orang lain ingin menerima keberadaan seorang difabel harus membuka diri pada orang lain untuk bersahabat dengan mereka. Tidak perlu merasa rendah diri, justru dengan bergaul akan memberi banyak inspirasi.
Koordinator Lapangan (Korlap) pada Divisi Environmental Services Program (ESP) Yayasan Harapan Duafa (Harfa) Cabang Pandeglang Ii Irfan mengatakan, pihaknya telah membina puluhan difabel di Kabupaten Pandeglang.
“Banyak diantara mereka yang boleh dikatakan sudah sukses, artinya mereka yang tadinya tidak beraktivitas dan dianggap tidak berdaya sekarang mereka sudah bisa memiliki usaha dan tidak malu berinteraksi dengan masyarakat,” terang pria berputra tiga itu, Kamis (19/12).
Ii mengaku melalui Harfa Pandeglang ia banyak berinteraksi dengan para difabel terutama yang berdomisili di wilayah empat Kecamatan diantaranya Cigeulis, Saketi, Angsana, dan Kecamatan Sukaresmi. “Tugas kami memberikan pelatihan, memotivasi difabel dan keluarga untuk tetap semangat sampai mereka bisa mandiri,” ungkapnya.
Ii ingin para difabel nantinya bisa sukses. “Kami ingin memperlihatkan kepada masyarakat kalau difabel pun mempunyai kesempatan untuk sukses seperti orang lain,” katanya.
Dijelaskan, dalam rangka memperingati Hari Difabel se-Dunia, Harfa Pandeglang akan mengadakan Jalan Sehat bersama para Difabel Sukses binaan Harfa Pandeglang pada Minggu (22/12). “Dengan Tema Stop!! untuk tidak Peduli, Mereka ada disekitar kita", jelasnya.

Ditambahkan, star jalan sehat bersama difabel sukses akan digelar di Depan Bale Budaya, Pandeglang mulai pukul 07.00 Wib pagi. “Insya Allah ada Doorprize berupa kulkas, rice cooker, kipas angin, setrika, jam dinding, payung, kaos dan hadiah menarik lainnya,” ungkap Ii yang mengaku jalan sehat bersama difabel sukses ditujukan untuk umum tanpa dipungut biaya (gratis).

Harapan Dhuafa Peringati Hari Difabel Sedunia Dengan Jalan Sehat, Minggu (22/12/2013)

PERAN masyarakat pada difabel sangat penting untuk memberikan pengaruh yang baik pada difabel.
ketika orang lain ingin menerima keberadaan seorang difabel harus membuka diri pada orang lain untuk bersahabat dengan mereka. Tidak perlu merasa rendah diri, justru dengan bergaul akan memberi banyak inspirasi.
Koordinator Lapangan (Korlap) pada Divisi Environmental Services Program (ESP) Yayasan Harapan Duafa (Harfa) Cabang Pandeglang Ii Irfan mengatakan, pihaknya telah membina puluhan difabel di Kabupaten Pandeglang.
“Banyak diantara mereka yang boleh dikatakan sudah sukses, artinya mereka yang tadinya tidak beraktivitas dan dianggap tidak berdaya sekarang mereka sudah bisa memiliki usaha dan tidak malu berinteraksi dengan masyarakat,” terang pria berputra tiga itu, Kamis (19/12).
Ii mengaku melalui Harfa Pandeglang ia banyak berinteraksi dengan para difabel terutama yang berdomisili di wilayah empat Kecamatan diantaranya Cigeulis, Saketi, Angsana, dan Kecamatan Sukaresmi. “Tugas kami memberikan pelatihan, memotivasi difabel dan keluarga untuk tetap semangat sampai mereka bisa mandiri,” ungkapnya.
Ii ingin para difabel nantinya bisa sukses. “Kami ingin memperlihatkan kepada masyarakat kalau difabel pun mempunyai kesempatan untuk sukses seperti orang lain,” katanya.
Dijelaskan, dalam rangka memperingati Hari Difabel se-Dunia, Harfa Pandeglang akan mengadakan Jalan Sehat bersama para Difabel Sukses binaan Harfa Pandeglang pada Minggu (22/12). “Dengan Tema Stop!! untuk tidak Peduli, Mereka ada disekitar kita", jelasnya.

Ditambahkan, star jalan sehat bersama difabel sukses akan digelar di Depan Bale Budaya, Pandeglang mulai pukul 07.00 Wib pagi. “Insya Allah ada Doorprize berupa kulkas, rice cooker, kipas angin, setrika, jam dinding, payung, kaos dan hadiah menarik lainnya,” ungkap Ii yang mengaku jalan sehat bersama difabel sukses ditujukan untuk umum tanpa dipungut biaya (gratis).

Mengubah Mindset Pada Kaum Difabel ala HARFA Pandeglang

PERINGATAN Hari Difabel Internasional yang jatuh setiap 3 Desember mengingatkan kita bahwa masih banyak orang berkebutuhan khusus atau sekarang lebih dikenal dengan istilah difabel (different ability people) seperti  tunanetra (buta red), tunarungu-wicara (bisu-tuli red), tunagrahita (keterbelakangan mental red) dan lain-lain banyak dijumpai di lingkungan masyarakat.
Dulu kebanyakan orang menyebut  mereka dengan “Orang Cacat”, walaupun sebenarnya mereka yang difabel  sama seperti orang normal lainnya. Tinggal bagaimana mengembangkan potensi yang dimiliki dengan bantuan orang terdekat.
Menurut Dr. H. Achmad Chubaesi Yusuf, Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (Sp.KFR) RSUD Berkah Pandeglang dibalik kekurangan seorang difabel terdapat kelebihan. Orang difabel dengan kondisi terbatas ini harus memilih untuk mengoptimalkan kelebihannya daripada meratapi kekurangannya. “Jangan pernah memandang Orang difabel sebelah mata, karena mereka bisa berkarya dan berprestasi seperti warga lain yang normal,” ungkap praktisi medis yang kerap disapa dokter Ubes itu, kemarin.
Pegiat anak difabel itu menegaskan, anak penyandang difabel memerlukan perlakuan khusus dari orang terdekat. “Kita harus merubah ‘mintsed’ (cara pandang red) yang beranggapan difabel itu lemah. Disinilah pentingnya motivasi dan perhatian dari keluarga,” tuturnya.
Jalan Sehat Difabel Sukses
Peran masyarakat pada difabel sangat penting untuk memberikan pengaruh yang baik pada difabel. Koordinator Lapangan (Korlap) pada Divisi Environmental Services Program (ESP) Yayasan Harapan Duafa (Harfa) Cabang Pandeglang Ii Irfan mengatakan, pihaknya telah membina puluhan difabel di Kabupaten Pandeglang.
“Banyak diantara mereka yang boleh dikatakan sudah sukses, artinya mereka yang tadinya tidak beraktivitas dan dianggap tidak berdaya sekarang mereka sudah bisa memiliki usaha dan tidak malu berinteraksi dengan masyarakat,” terang pria berputra tiga itu, Kamis (19/12).
Ii mengaku melalui Harfa Pandeglang ia banyak berinteraksi dengan para difabel terutama yang berdomisili di wilayah empat Kecamatan diantaranya Cigeulis, Saketi, Angsana, dan Kecamatan Sukaresmi. “Tugas kami memberikan pelatihan, memotivasi difabel dan keluarga untuk tetap semangat sampai mereka bisa mandiri,” ungkapnya.
Dijelaskan, dalam rangka memperingati Hari Difabel se-Dunia, Harfa Pandeglang akan mengadakan Jalan Sehat bersama para Difabel Sukses binaan Harfa Pandeglang pada Minggu (22/12). “Dengan Tema Stop!! untuk tidak Peduli, Mereka ada disekitar kita", jelasnya.

Ditambahkan, jalan sehat yang akan digelar di Alun-alun Kota Pandeglang mulai pukul 07.00 Wib itu gratis ditujukan juga bagi masyarakat umum warga Pandeglang lainnya. “Insya Allah ada Doorprize berupa kulkas, rice cooker, kipas angin, setrika, jam dinding, payung, kaos dan hadiah menarik lainnya,” tukasnya.

13 Des 2013

Dinkes dan Dinsosnakertrans Sosialisasikan Senam Lansia


JUMLAH Lanjut Usia (Lansia) yang terus bertambah seiring dengan peningkatan umur harapan hidup (UHH) telah menjadi perhatian Pemkab Pandeglang.
Menurut Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Khusus (Yankesus) Dinkes Pandeglang Hj. Eniyati peningkatan UHH tersebut tidak terlepas dari masalah kesehatan. “Melihat hal tersebut Dinkes terus berupaya meningkatkan pemberdayaan lansia melalui berbagai program, yang nantinya diharapkan para lansia dapat menjalani hidup lebih baik,” ujar Eniyati yang juga ketua Panitia Sosialisasi Senam Lansia yang digelar di Lapangan Futsal Lintas Timur, Pandeglang, Kamis (12/12).
Hadir dalam kegiatan kerjasama antara Dinkes dan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Pandeglang itu, Sekretaris Dinkes Pandeglang dr. Hj. Asmani Raneyanti, Kepala Dinsosnakertrans H. Anwar Fauzan, perwakilan TP PKK, Forum Kader, Bappeda, BP3AKB, dan Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Kabupaten Pandeglang.
Eniyati menambahkan, diantara program yang telah dijalankan yakni mengembangkan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) Lansia yang sekarang sudah berjalan di 20 puskesmas.
“Sosialisasi Senam Bugar Lansia Indonesia (SBLI) ini sebagai salah satu penunjang meningkatkan kesehatan lansia,” katanya.
Kepala Dinsosnakertrans yang hadir memberi sambutan mengatakan penanganan Lansia merupakan program terintegrasi lintas program dan lintas sektor. Oleh karenanya Pemkab telah menerbitkan Surat Keputusan Bupati Pandeglang No.465.1/2013 tentang Komisi Daerah (Komda) Lansia dan Pemberdayaan Masyarakat. “Dengan adanya Komda pelayanan terhadap lansia akan lebih ditingkatkan lagi,” tegasnya.
Sekretaris Dinkes Pandeglang Hj. Asmani Raneyanti dalam sambutan pembukaan mengatakan, pentingnya membudayakan aktivitas fisik senam dikalangan lansia agar mereka tetap bugar. “Nanti peserta yang hadir harus menyosialisasikan kembali kepada Puskesmas dan Kader Posbindu Lansia ditempat masing-masing,” ujar Asmani.
Acara yang diikuti sekitar 50 peserta calon instruktur dari 20 Puskesmas, lintas program dan lintas sektor tersebut sekaligus mendapatkan peragaan praktik senam dari instruktur SBLI Kabupaten Pandeglang, Fitria.

11 Des 2013

Gerak Jalan Sehat Warnai Puncak Peringatan HKN ke-49 Kabupaten Pandeglang

PUNCAK peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-49 tingkat Kabupaten Pandeglang di halaman Kantor Dinkes Pandeglang, Selasa (10/12) kemarin berlangsung meriah.
Nuansa puncak peringatan HKN mulai terasa sejak pagi sekitar pukul 07.00 Wib, dengan kedatangan ratusan pegawai kesehatan mulai bidan desa, dokter dan paramedis puskesmas berbagai wilayah di Pandeglang.
Momentum HKN yang diperingati setiap 12 November itu memang diselenggarakan jajaran kesehatan sebagai ajang silaturrahim, karena di acara inilah sebagian besar pegawai kesehatan mulai bidan desa, pegawai puskesmas hingga, jajaran RSUD  dan pegawai Dinkes berkumpul.
Maka jangan heran peringatan HKN menjadi saat yang ditunggu dan setiap tahun disambut antusias para pegawai. Berbagai rangkaian kegiatan pun digelar untuk membangun kebersamaan antar pegawai seperti gerak jalan sehat, maupun kampanye pelayanan jaminan persalinan.
Menurut Ketua Panitia HKN Kabupaten Pandeglang dr. Firmansyah, puncak HKN di kemas dalam acara 'Silaturrahim' jajaran kesehatan yang diawali dengan olah raga jalan sehat pada pukul 08.00 pagi dengan mengelilingi seputaran Kota Pandeglang yang akan diikuti sekitar 500 peserta perwakilan dari petugas kesehatan dari 36 Puskesmas, RSUD Berkah, PT. Askes, dan para pegawai di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang serta masyarakat umum.
“Acara dilanjutkan resepsi sekaligus penyerahan hadiah berbagai perlombaan, serta penarikan doorprice memperebutkan bermacam-macam hadiah, Penganugerahan tenaga kesehatan terbaik tingkat Kabupaten Pandeglang, Pentas Seni dan Budaya serta Hiburan,” kata dr. Firmansyah.
Fokus JKN 2014
Bupati Pandeglang H. Erwan Kurtubi yang berkesempatan hadir dan memberikan sambutan berharap  jajaran kesehatan memegang komitmennya untuk menyehatkan masyarakat Pandeglang. Dia juga mengajak jajaran kesehatan untuk fokus dalam menyongsong dimulainya pelaksanaan JKN pada 1 Januari 2014.
Didampingi Asda Bidang Ekbang Setda Pandeglang H. Iskandar dan sejumlah kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)  lainnya, Bupati Erwan juga menyampaikan apresiasi tinggi untuk semua jajaran kesehatan, khususnya yang mengabdi di daerah terpencil, atas pengabdiannya untuk pembangunan kesehatan demi meningkatkan kesehatan masyarakat.
Kehadiran Bupati beserta jajaran Pemkab Pandeglang disuguhi tontonan menarik diantaranya rampak beduk, aksi teatrikal bidan Puskesmas Mandalawangi dan hiburan lainnya.
Sementara itu Kepala Dinkes Pandeglang H. Deden Kuswan menegaskan HKN untuk tahun ini mengusung sub tema Menuju Indonesia Sehat dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang Bermutu. “Tema ini untuk memaknai dimulainya pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada 1 Januari 2014,” jelasnya.
Melalui tema tersebut lanjut Deden, diharapkan semua pihak termasuk tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan dapat berbenah serta mempersiapkan diri untuk memberikan pelayanan yang terbaik melalui kemudahan akses dan mutu layanan kepada masyarakat.

10 Des 2013

Dedikasi Bidan Hj. April Lesmanawati Dalam Pengembangan Poskesdes dan Desa Siaga

DAHULU bidan hanya berfungsi menolong persalinan. Namun seiring perjalanan otonomi daerah, kini sudah banyak bidan yang berprestasi dan bisa membantu masyarakat dalam bidang lain, karena tak hanya persalinan yang dikerjakannya melainkan fungsi menajemen kesehatan menggerakan potensi masyarakat hingga menjadi Kepala Puskesmas.
Hal itu dialami oleh Bidan Hj. April Lesmanawati yang mengawali karier sebagai bidan desa sejak awal tahun 1990-an di sejumlah wilayah selatan Kabupaten Pandeglang.
Keberhasilan April memberdayakan warga desa setempat saat itu membuahkan pengakuan, setidaknya dia sekarang telah menjabat sebagai Kepala Puskesmas disejumlah tempat sejak beberapa tahun lalu.
“Sejak menjadi kepala Puskesmas saya terus berupaya meningkatkan peran Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) supaya bisa menjadi salah satu tujuan sebagian besar masyarakat untuk bersalin dan berobat,” ujarnya disela mendampingi tim supervisi Pusat Promosi Kesehatan di Desa Muruy, Kecamatan Menes, Kamis (5/12) akhir pekan kemarin.
April yang  kini menjadi Kepala Puskesmas Menes merupakan salah seorang bidan yang dianggap memberikan inspirasi karena punya inovasi dalam menjalankan tugas pokok, khususnya dalam pengembangan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) dan Desa Siaga di wilayah kerjanya.

9 Des 2013

Press Release Puncak Peringatan HKN ke-49 Tingkat Kabupaten Pandeglang, Selasa (10/12/2013)


Dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-49 tingkat Kabupaten Pandeglang tahun 2013, Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang menggelar puncak acara HKN yang dipusatkan di halaman Kantor Dinkes Pandeglang, Selasa (10/12/2013).
Puncak HKN ke-49 tahun 2013 ini di kemas dalam acara 'Silaturrahim' jajaran Kesehatan yang diawali dengan olah raga jalan sehat pada pukul 08.00 pagi dengan mengelilingi seputaran Kota Pandeglang yang akan diikuti sekitar 500 peserta perwakilan dari Petugas Kesehatan dari 36 Puskesmas, Rumah Sakit, PT. Askes, dan para pegawai di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang serta masyarakat umum.
Acara dilanjutkan resepsi sekaligus penyerahan hadiah berbagai perlombaan, serta penarikan doorprice memperebutkan bermacam-macam hadiah, Penganugerahan tenaga kesehatan terbaik tingkat Kabupaten Pandeglang, Pentas Seni dan Budaya serta Hiburan.
Bupati Pandeglang H. Erwan Kurtubi beserta Wakil Bupati Pandeglang Hj. Heryani serta Unsur Muspida, dan para Kepala SKPD diundang untuk memeriahkan peringatan HKN yang mengambil tema Indonesia Cinta Sehat.
Rencananya Bupati Pandeglang H. Erwan Kurtubi akan memberikan arahan dan membacakan teks Pidato Menkes RI menyambut HKN ke-49 tahun 2013.
HKN yang diiperingati pada setiap 12 November setiap tahunnya untuk tahun ini mengusung sub tema yang dipilih yaitu Menuju Indonesia Sehat dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang Bermutu, untuk memaknai dimulainya pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada 1 Januari 2014.
Melalui tema ini diharapkan semua pihak termasuk tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan dapat berbenah serta mempersiapkan diri untuk memberikan pelayanan yang terbaik melalui kemudahan akses dan mutu layanan kepada masyarakat.

Pandeglang, 9 Desember 2013
Contact Person : 
Ketua Panitia HKN Kabupaten Pandeglang dr. Firmansyah (HP. 0812 9430 889)
Wakil Ketua HKN Yudi Hermawan, SKM (HP. 0813 1631 2900)
Seksi Dokumentasi dan Publikasi HKN ke-49 Ade Setiawan, SKM (HP. 0813 1996 1981)

8 Des 2013

Penderita Gangguan Jiwa Berhak Mendapat Pelayanan Kesehatan yang Layak


KADINKES Pandeglang H. Deden Kuswan mengatakan, sosialisasi penyakit gangguan jiwa penting dilakukan kepada masyarakat. “Karena mereka juga punya hak untuk hidup dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak,” kata Deden dalam sambutannya saat membuka sosialisasi penanganan penderita gangguan jiwa bagi dokter dan paramedis Puskesmas se Kabupaten Pandeglang, yang digelar di Aula Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang, Jum’at (6/12).
Sementara itu Pejabat Direktorat Bina Kesehatan Jiwa (Binkeswa) Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, dr. Geraid Mario Semen, Sp.KJ meminta persoalan kesehatan jiwa harus menjadi perhatian utama pemerintah daerah. Hal itu karena jumlah penderita gangguan jiwa cukup tinggi. Belum lagi, tindakan pemasungan masih banyak dialami para penderita gangguan jiwa.
Hal itu diungkapkan dr. Geraid Mario Semen, Sp.KJ saat menjadi narasumber kegiatan yang digagas Relawan Anti Pasung (RAP) Kabupaten Pandeglang itu.
Sosialisasi yang dibuka Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Pandeglang H. Deden Kuswan itu menghadirkan sejumlah nara sumber dari Direktorat Binkeswa, Spesialis Kesehatan Jiwa RSUD Berkah dr. Tri Aniswati, Sp.KJ serta Koordinator Relawan Anti Pasung (RAP) Pandeglang Hj. Mei Wijaya, SKM, MARS.
Menurut dokter yang biasa disapa Mario itu, berdasarkan data Kemenkes, jumlah total penderita gangguan jiwa berat di Indonesia mencapai sekitar satu juta jiwa lebih. "Dan diperkirakan ada sekitar 18.000-20.000 orang dipasung di Indonesia," kata Mario.
Koordinator RAP Pandeglang Hj. Mei Wijaya Mengungkapkan, berdasarkan laporan masyarakat, tercatat 55 korban pemasungan di Kabupaten Pandeglang telah dibebaskan RAP Pandeglang dan di evakuasi untuk mendapatkan perawatan di RSJ, Grogol Jakarta.
“Berdasarkan laporan tersebut sejak 2010 s/d 2013, pemasungan banyak terjadi di wilayah Kecamatan Pandeglang, Majasari, dan Banjar, yakni mencapai 5 orang lebih," ungkap Mei.
Dia menjelaskan program Pandeglang bebas Pasung yang seharusnya dicapai pada 2014 ternyata harus mundur, karena cukup sulit menemukan mereka yang dipasung. "Jadi memang targetnya harus dievaluasi lagi," jelasnya.
Terkait dengan masih banyaknya jumlah pemasungan, sambung Mei yang juga Kepala Puskesmas Majasari itu, pihaknya menargetkan setidaknya dalam beberapa tahun lagi Kabupaten Pandeglang baru bisa dinyatakan bebas pasung.
Sementara itu dr. Tri Aniswati, SpKJ menyarankan Puskesmas untuk menjaring pasien dengan keluhan gangguan jiwa seperti sering pusing yang diiringi sakit perut. Dokter yang kerap disapa dr. Anis itu memaparkan pasien dengan gejala keluhan tersebut berpotensi menyebabkan depresi dari yang ringan hingga gangguan jiwa berat (sizoprenia). “Kalau perlu pengobatan fisik pasien di Puskesmas juga hendaknya dibarengi dengan pengobatan psikis,” sarannya.

7 Des 2013

Kemenkes Minta Pemda Cegah Praktik Pemasungan

KEMENTERIAN Kesehatan RI melalui Direktorat Bina Kesehatan Jiwa (Binkeswa) Ditjen Bina Upaya Kesehatan mengharapkan Pemerintah daerah (pemda) bisa mencegah praktik pemasungan terhadap penderita gangguan kejiwaan.
"Saat ini jumlah pemasungan itu estimasinya mencapai 18.000-20.000 di seluruh Indonesia. Saya mengharapkan Indonesia bisa bebas dari praktik pasung, dan untuk itu perlu dukungan pemda setempat" kata Direktur Binkeswa Kemenkes RI dr. Geraid Mario Semen, Sp.KJ saat memberikan sosialisasi penanganan penderita gangguan jiwa bagi dokter dan paramedis Puskesmas se Kabupaten Pandeglang, Jum’at (6/12).
Sosialisasi yang dibuka Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Pandeglang H. Deden Kuswan itu menghadirkan sejumlah nara sumber dari Direktorat Binkeswa, Spesialis Kesehatan Jiwa RSUD Berkah dr. Tri Aniswati, Sp.KJ serta Koordinator Relawan Anti Pasung (RAP) Pandeglang Hj. Mei Wijaya, SKM, MARS.
Geraid Mario yang pernah menjadi dokter Spesialis Kesehatan Jiwa di RSJ Grogol itu menegaskan bahwa penderita gangguan kejiwaan tidak perlu mendapat tindak pemasungan, sebab gangguan kejiwaannya bisa disembuhkan.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa di Pandeglang Provinsi Banten sendiri praktik pasung masih terjadi. Dia mengharapkan Pandeglang bisa terbebas dari praktik pemasungan tahun ini.
"Saya sangat mengharapkan praktik pasung ini tidak terjadi lagi, jangan hanya slogan-slogan saja, tapi mari kita didik masyarakat," katanya.
Sementara itu dr. Tri Aniswati, SpKJ menyarankan Puskesmas untuk menjaring pasien dengan keluhan gangguan jiwa seperti sering pusing yang diiringi sakit perut. Dokter yang kerap disapa dr. Anis itu memaparkan pasien dengan gejala keluhan tersebut berpotensi menyebabkan depresi dari yang ringan hingga gangguan jiwa berat (sizoprenia). “Kalau perlu pengobatan fisik pasien di Puskesmas juga hendaknya dibarengi dengan pengobatan psikis,” sarannya.
Koordinator RAP Pandeglang Hj. Mei Wijaya Mengungkapkan, berdasarkan laporan masyarakat, tercatat 55 korban pemasungan di Kabupaten Pandeglang telah dibebaskan RAP Pandeglang dan di evakuasi untuk mendapatkan perawatan di RSJ, Grogol Jakarta.
“Berdasarkan laporan tersebut sejak 2010 s/d 2013, pemasungan banyak terjadi di wilayah Kecamatan Pandeglang, Majasari, dan Banjar, yakni mencapai 5 orang lebih," ungkap Mei.
Dia menjelaskan program Pandeglang bebas Pasung yang seharusnya dicapai pada 2014 ternyata harus mundur, karena cukup sulit menemukan mereka yang dipasung. "Jadi memang targetnya harus dievaluasi lagi," jelasnya.
Terkait dengan masih banyaknya jumlah pemasungan, sambung Mei yang juga Kepala Puskesmas Majasari itu, pihaknya menargetkan setidaknya dalam beberapa tahun lagi Kabupaten Pandeglang baru bisa dinyatakan bebas pasung.
Kadinkes Pandeglang H. Deden Kuswan dalam sambutannya mengatakan, sosialisasi penyakit gangguan jiwa penting dilakukan kepada masyarakat. “Karena mereka juga punya hak untuk hidup dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak,” kata Deden.

4 Des 2013

World AIDS Day 2013


EPIDEMI HIV merupakan masalah dan tantangan serius terhadap kesehatan masyarakat di dunia baik di negara-negara yang sudah maju maupun di negaranegara berkembang. Pada tahun 2008 jumlah Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) di seluruh dunia diperkirakan sudah mencapai 33,4 juta (31,1–35,8 juta) dan diperkirakan 2 juta orang meninggal karena AIDS (WHO, 2009).
Kementerian Kesehatan melaporkan bahwa pada tahun 2008 terjadi laju peningkatan kasus baru AIDS yang semakin cepat terutama dalam 3 tahun terakhir ini. Hal ini terlihat dari jumlah kasus baru AIDS dalam 3 tahun terakhir lebih dari 3 kali lipat dibanding jumlah yang pernah dilaporkan pada 15 tahun pertama epidemi AIDS di Indonesia. OLeh kerena itu, perlunya kita memberikan perhatian lebih terhadap pencegahan penularan HIV ini.
Tindakan pencegahan HIV/AIDS bisa dengan menjabarkan slogan yang disosialisasikan sebagai upaya pencegahan penularan HIV yang dikenal dengan prinsip ABCD.
A (Abstinence), yakni tidak melakukan hubungan seksual sama sekali. terutama bagi yang belum menikah.
B (Be Faithful), yakni tidak berganti-ganti pasangan dan saling setia kepada pasangannya.
C (Condom), yakni jika kedua cara di atas sulit, harus melakukan hubungan seksual yang aman yaitu dengan menggunakan alat pelindung atau kondom dan
D (Don’t Share Syringe), yakni jangan memakai jarum suntik atau alat yang menembus kulit bergantian dengan orang lain, terutama di kalangan pengguna narkoba suntik.

28 Nov 2013

Cegah HIV/AIDS, Puskesmas Cadasari Kumpulkan Kader Desa Tapos

ANTISIPASI penyebaran penyakit menular HIV dan AIDS, Puskesmas Cadasari menggelar kegiatan sosialisasi pencegahan kepada para kader tokoh masyarakat dan tokoh agama Desa Tapos, Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang, di Balai Desa setempat, Rabu (27/11).
Menurut Kepala Puskesmas Cadasari, dr. Kartirini sosialisasi ditujukan sebagai upaya antisipasi penyebaran penyakit yang belum ditemukan obatnya tersebut.
“Intinya, kader-kader ini akan kami beri pengetahuan mengenai HIV/AIDS serta bahaya penularannya sekaligus penanggulangannya, untuk kemudian mereka nanti akan menjadi Agen Informasi dengan memberi informasi HIV/AIDS dari mulut ke mulut secara individu maupun kelompok di lingkungan keluarga dan sosial,” katanya.
Kepala Desa Tapos, Iing Efendi menyambut baik upaya pemerintah menyosialisasikan pencegahan penyakit yang menakutkan itu.  Dia mengaku menyiapkan kader pilihan yang akan berperan dalam kegiatan sosialisasi tersebut. “Kader-kader ini, diambil dari berbagai elemen masyarakat yang nantinya setelah dibekali pengetahuan terlebih dahulu, terkakit peran kader tersebut untuk nantinya terjun ke masyarakat dan memberikan penyuluhan mengenai bahaya penyebaran HIV/AIDS,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Promosi Kesehatan Dinkes Pandeglang Yudi Hermawan yang hadir sebagai narasumber mengungkapkan, berdasarkan data yang ada di Kabupaten Pandeglang sudah ditemukan 95 kasus HIV/AIDS.
“Penyebarannya hampir merata disetiap wilayah kecamatan, termasuk di Cadasari,” paparnya.
Menurut Yudi, jumlah itu akan terus meningkat, jika tidak ditanggulangi. “Pengetahuan tentang penularan dan pencegahan HIV harus terus disosialisasikan untuk lebih meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat untuk bersama-sama menanggulangi AIDS,” ungkapnya.
Yudi menjelaskan, virus HIV dapat menular kepada siapapun jika perilakunya berisiko. Namun, bukan berarti tidak dapat dicegah. “Kuncinya Kenali cara penularan dan pencegahannya,” tegasnya.
Dijelaskan, penularan HIV akan terjadi bila ada kontak atau pertukaran cairan tubuh yang mengandung virus, yakni melalui hubungan seksual yang tidak terlindungi dengan seseorang yang mengidap HIV, transfusi darah dan transplantasi organ yang tercemar oleh HIV, transfusi darah yang tercemar HIV serta penularan ibu hamil yang terinfeksi kepada janin/bayi yang dikandungnya.
Sedangkan prinsip pencegahan HIV-AIDS yang harus dilakukan diantaranya tidak melakukan seks sebelum nikah, setia terhadap pasangan (suami atau istri sendiri red), jika pasangan terinveksi HIV menggunakan kondom, menghindari penggunaan narkoba jarum suntik serta penggunaan alat-alat yang steril seperti untuk transfusi atau donor darah.

27 Nov 2013

Aksi Donor Darah Sukarela Wartawan Warnai HKN ke-49


DALAM rangka HUT Korpri ke-42 tahun 2013 sekaligus rangkaian kegiatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-49, Pemkab Pandeglang menggelar sejumlah kegiatan bakti sosial yang dipusatkan di Gedung Pendopo Pandeglang, Rabu (27/11/2013).
Selain pemasangan alat kontrasepsi Keluarga Berencana, ada pengobatan gratis bagi masyarakat dan juga aksi donor darah dari para pegawai di lungkungan Setda Pandeglang.
Dalam aksi donor darah ini selain para pegawai, terdapat pula sejumlah warga dan para wartawan yang secara sukarela mendonorkan darahnya saat itu.
Kepala Unit Transfusi Darah (UTD) Cabang Pandeglang, dr. H. Gatot Supriyadi mengatakan, para pegawai yang berminat untuk mendonor darah cukup tinggi, begitupun masyarakat. Namun, kata dia tidak semua calon pendonor bisa memberikan darahnya karena masalah kesehatan.
“Rata-rata sebulan kami harus menyediakan sekitar 300 kantong untuk memenuhi kebutuhan darah di rumah sakit Pandeglang,” tutur dr. H. Gatot Supriyadi, kemarin.
Dia menambahkan, kebutuhan darah di Pandeglang hingga saat ini baru sekitar 80 persen yang terpenuhi. “Sementara untuk stok darah berasal dari UTD Cabang Pandeglang baru sebesar 50 persen dan sisanya diperoleh dari luar," katanya.

IDI Pandeglang Demo Tolak Kriminalisasi Dokter


PULUHAN dokter yang tergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Pandeglang berdemo di Alun-alun Pandeglang, Rabu (27/11/2013) pagi sekitar pukul 08.00 Wib. Demo ini bentuk keprihatinan atas kriminalisasi dokter serta untuk mendukung sejawat mereka yang ditahan karena melakukan pertolongan persalinan melalui operasi.
Ketua IDI Pandeglang dr. H. Asep Ceceng kepada sejumlah wartawan mengatakan, aksi ini digelar sebagai bentuk keprihatinan dan solidaritas atas rekan sejawat yang menjalani masa tahanan karena praktek medis yang dilakukan.
“Kasus kriminalisasi dokter ini sudah diketahui oleh masyarakat luas. Aksi ini sebagai bentuk dukungan agar rekan sejawat kami yang ditahan bisa melakukan upaya hukum untuk keadilan mereka,” katanya.
Asep Ceceng mengatakan, upaya meminta Peninjauan Kembali (PK) atas kasus hukum yang menimpa dokter di Manado, harus dilakukan. Jangan sampai dokter dalam menjalankan profesinya merasa tidak aman karena terancam hukuman.
Menurutnya, IDI menginginkan agar untuk dokter diterapkan undang-undang tentang praktek kesehatan dan rumah sakit sebagai dasar pertimbangan dalam menjalankan profesi. Artinya, bila ada persoalan yang berkaitan dengan dokter, undang-undang tentang praktek kesehatan, rumah sakit harus dijadikan rujukan.
“Kasus ini tentu menjadi preseden buruk bagi dokter. Penerapan tuntutan pidana, membuat dokter merasa tidak aman dalam menjalankan profesinya serta menghilangkan rasa aman pula bagi masyarakat,” katanya.
Ceceng mengatakan, ada dua poin yang ingin dimiliki oleh dokter saat bekerja. Diantaranya adalah adanya jaminan rasa aman dalam melayani masyarakat serta dokter memiliki kewajiban untuk menjamin kesehatan bagi pasien.
“Kami juga akan membuat pernyataan resmi pada aksi ini agar dalam menjalankan profesinya dokter dilindungi undang-undang,” katanya.
Usai berunjukrasa yang berlangsung sekitar satu jam itu, para tenaga dokter ini akan menggelar doa bersama di halaman RSUD Pandeglang. Doa bersama dilakukan sebagai bentuk dukungan upaya hukum yang dilakukan oleh dokter Ayu dan kawan-kawan yang ditahan. Sumber : Media Banten

Selamat Hari Guru, Semoga Allah Meridloi Kiprahnya

TEPAT tanggal 25 November setiap tahunnya, Indonesia memperingati Hari Guru Nasional (HGN), yang juga adalah hari lahirnya organisasi profesi guru yakni Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Namun tahukah Anda asal usul mengapa tanggal tersebut dipilih menjadi hari yang khusus bagi para pahlawan tanpa tanda jasa?
Sejak sebelum kemerdekaan Indonesia, para pegiat pendidikan di nusantara telah mendirikan organisasi bernama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912. Anggotanya merupakan kalangan Guru Bantu, Guru Desa, Kepala Sekolah dan Penilik Sekolah yang bekerja di sekolah-sekolah yang ada di tanah air.
Kemudian, kuatnya keinginan untuk merdeka dan mendirikan negara sendiri yang bernama Indonesia membuat pengurus dan anggota PGHB mengubah nama organisasi mereka menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) di tahun 1932.
Usai kemerdekaan 17 Agustus 1945, para pengurus dan anggota PGI menyelenggarakan Kongres Guru Indonesia yaitu tepat di 100 hari setelah tanggal kemerdekaan tersebut, 24 -25 November 1945. Kongres yang berlangsung di Kota Surakarta tersebut diadakan untuk mengikrarkan dukungan para guru untuk NKRI. Saat itu, nama organisasi PGI pun diperbarui menjadi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Dilansir oleh situs resmi PGRI, karena jasa dan perjuangan yang telah dilakukan oleh para guru di tanah air, maka Pemerintah RI melalui Kepres No 78 Tahun 1994 menetapkan tanggal berdirinya PGRI sebagai Hari Guru Nasional.
Keppres itu juga dimantapkan di UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang menetapkan tanggal 25 November setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Guru Nasional, yang kerap diperingati bersamaan dengan ulang tahun PGRI.
Tantangan guru saat ini
HGN ke-68 tahun yang diperingati Hari Senin (25/11/2013) menjadi momen strategis bagi guru khususnya dan praktisi pendidikan untuk terus meningkatkan proses belajar dan mengajar agar lebih seimbang.
Selain nilai plus yang harus disandang sebagai seorang pendidik, menurut tokoh pendidikan asal Cigadung, Kecamatan Karangtanjung, Kabupaten Pandeglang Drs. Hidayat Rahman, M.Si,  guru harus terus meningkatkan kapasitas dan kompetensi agar mampu beradaptasi dengan zaman.
“UU RI No. 15 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengisyaratkan agar seorang guru memiliki kualifikasi akademik minimum S-1 atau D-4,” ujar Hidayat Rahman yang juga Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Banten, disela acara peringatan Tahun Baru Islam, Muharam 1435 H yang digelar Masyarakat Cigadung, Senin (25/11).
Hidayat menjelaskan, kiprah guru hari ini tentu akan berbeda dengan guru sebelumnya, yang akan berbeda pula dengan guru dimasa mendatang. “Meski guru ya tetap guru, namun zaman yang memaksa berbeda antara dulu dan guru sekarang,” ujar bapak berputra enam ini.
Guru masa kini  lanjutnya, dihadapkan pada tantangan baru yang sangat global dan dalam nuansa sosial  yang lebih heterogen dan kompleks dibanding periodesasi zaman sebelumnya.
“Jika sebelumnya cukup dengan sekolah keguruan, kini guru dituntut lebih profesional dari sekedar keguruan melainkan dalam bentuknya yang lebih integral karena zaman berbeda,” terangnya.
Dijelaskan, saat ini guru juga dituntut memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran yakni kompetensi pedagogik, keperibadian, sosial dan profesional serta memiliki sertifikat pendidikan.
“Saat ini masih banyak guru  malas dan tak mau meningkatkan kompetensi, mengakibatkan turunnya kualitas pembelajaran dan secara otomatis akan banyak berpengaruh pada kualitas  generasi bangsa,” ungkapnya. 
Menyinggung masalah kesejahteraan bagi para guru, pria yang kerap disapa Ustad ini menegaskan, pemerintah baik pusat maupun daerah harus merespon dan mengevaluasi berbagai tuntutan guru, agar jangan sampai karena utangnya yang numpuk  seorang guru sampai mengorbankan kehormatan diri dan keluarganya.
“Bagaimanapun guru adalah simbol martabat sebuah bangsa,” tegas Hidayat Rahman yang pada 15 November lalu genap berusia 49 tahun ini.
Dia bahkan menilai, keberhasilan pelayanan dan service  maksimal pemerintah terhadap praktisi pendidikan akan sangat berpengaruh positif terhadap perkembangan kualitas pendidikan dimasa mendatang. Selamat Hari Guru, semoga Allah tetap meridloi kiprahnya.

26 Nov 2013

PMI Kecamatan Majasari Juara Umum Jumbara III


PALANG Merah Indonesia (PMI) Kecamatan Majasari keluar sebagai juara umum kegiatan Jumpa Bakti Gembira (Jumbara III) tingkat Kabupaten Pandeglang yang digelar sejak Jumat (22/11) akhir pekan lalu.
Menurut Ketua PMI Kecamatan Majasari Hj. Mei Wijaya, kejuaraan dalam Jumbara ini bukan merupakan tujuan utama dari kegiatan Jumbara ini. “Hasil dari kegiatan ini ke depan anggota Palang Merah Remaja (PMR) harus mampu menjadi penerus generasi tua untuk melaksanakan tugas-tugas kepalangmerahan,” terang Hj. Mei Wijaya, SKM.,MARS yang juga Kepala Puskesmas Majasari itu, Minggu (24/11).
Kegiatan yang melibatkan ratusan anggota PMR dari 35 Perwakilan PMI Kecamatan se Kabupaten Pandeglang itu dilaksanakan di lapangan perumahan Korpri, Cipacung Cukur, Kelurahan Saruni, Kecamatan Majasari, telah berakhir kemarin.
Mei menjelaskan, sesuai dengan tema kegiatan, Jumbara PMR berlangsung ceria selalu gembira dengan suasana kegiatan yang berlangsung meriah, namun sekaligus sebagai ajang kaderisasi.
“Sebagai relawan masa depan, anggota PMR akan memegang estafet di PMI dalam melaksanakan tugas kemanusiaan,” ujarnya
Ditambahkan, Jumbara ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali dengan tujuan untuk membangkitkan jiwa sosial peserta didik khususnya para anggota PMR.

25 Nov 2013

Dokter Suradal Galang Relawan Anti Pasung


NAMA dokter Suradal memang sudah tidak akan asing lagi di telinga masyarakat Pandeglang dan sekitarnya.  Pria kelahiran Yogyakarta, 22 Juni 1954 ini merupakan salah seorang dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan yang paling betah menetap di Kabupaten Pandeglang sejak tahun 1996.
Namun, mungkin tak banyak yang mengetahui kiprah lain dari sang pendiri Rumah Sakit Bersalin (RSB) Permata Ibunda ini selama tiga tahun terakhir sebagai penyandang dana aktivitas Relawan Anti Pasung (RAP) Kabupaten Pandeglang.
Aktivitas sosialnya menggalang para relawan membebaskan dan mengevakuasi korban pemasungan menurut alumnus Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta itu merupakan bagian dari kepedulian terhadap masyarakat Pandeglang serta upayanya mendukung pemerintah daerah menyehatkan warganya.
“Penderita gangguan jiwa yang dipasung di Kabupaten Pandeglang ternyata jumlahnya cukup banyak. Sejak tiga tahun ini kami sudah membebaskan 50 korban pasung. Ini kami lakukan membantu program bebas pasung yang belum tersentuh pemerintah,” ungkapnya disela membuka kegiatan revitalisasi Hotline Service 500-454 dan layanan rujukan bebas pasung, di aula RSB Permata Ibunda, Pandeglang, Senin (18/11).
Suradal menambahkan, program yang dilakukan RAP merupakan lahan bagi dirinya untuk membantu kalangan warga yang tidak mampu sekaligus bentuk tanggung jawab sosial corporate social responsibility (CSR) RSB Permata Ibunda.

24 Nov 2013

Puskesmas Akan Layani Pasien Gangguan Jiwa


JUMLAH penderita gangguan jiwa di Indonesia masih tinggi. Kemenkes memperkirakan sebanyak 11,6 persen dari total penduduk indonesia atau sekitar 19 juta jiwa mengalami gangguan mental emosional termasuk depresi. Melihat tingginya angka penderita gangguan jiwa, Kemenkes akan menggiatkan layanan kejiwaan di Puskesmas.
Menkes Nafsiah Mboi menuturkan, nan­tinya puskesmas akan memberikan pela­yanan kesehatan jiwa. Setidaknya, pada tahun 2014 nanti, ditargetkan 60 persen Puskesmas bisa melayani pasien gangguan jiwa.””Kita akan berikan pelatihan tenaga kesehatan sehingga nantinya mampu me­la­kukan pelayanan pencegahan atau mem­bantu pasien gangguan jiwa. Mereka akan berikan konseling yang harus bermanfaat untuk kesehatan jiwa dari kandungan sampai orang tua,” jelas Nafsiah di Jakarta, kemarin (14/10).
Menteri 72 tahun tersebut, menuturkan, pelatihan yang diberikan baru sebatas pelayanan bagi pa­sien dengan gangguan jiwa ri­ngan. Se­men­tara pasien de­ngan gang­guan jiwa berat ha­rus dirujuk ke ru­mah sakit. ”Ke­tika masih tahap ri­ngan, tidak perlu dibawa ke rumah sakit dan cukup” men­dapatkan pera­watan atau kon­seling di rumah. Kalau sudah berat, harus dibawa ke rumah sakit,” tuturnya.
Selain itu, Nafsiah juga memaparkan bahwa peran teman atau keluarga sangat penting bagi kesembuhan para pasien gangguan jiwa. Dia mengingatkan, orang-orang terdekat juga harus mewaspadai gejala-gejala gangguan jiwa, baik berat maupun ringan. ”Penting sekali orang terdekat untuk mengetahui gejala gangguan jiwa sejak awal. Kalau memang sudah ada gejalanya, harus dibawa ke tenaga kesehatan terlatih untuk dilakukan konseling. Jangan sampai bunuh diri,”paparnya.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan World Federation of Mental Health, hasil survei yang dilakukan oleh dokter ke­­luarga, menunjukkan bahwa penderita depresi yang menunda berobat lebih dari 11 bulan, akan mengalami keterlambatan dalam pemulihan gangguan depresinya. Padahal, depresi dan gangguan mental emo­sional lainnya dapat dicegah melalui prog­ram promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. ”Sehingga tercapai kondisi jiwa sehat yang ditandai dengan perasaan sehat dan bahagia, mampu menghadapi tan­tangan hidup, dapat menerima orang lain, dan punya sikap positif,” kata Nafsiah.”
Untuk itu, Nafsiah menekankan, kepada seluruh masyarakat agar masalah kesehatan jiwa, diperhatikan sejak masa kehamilan sampai usia lanjut. (Sumber:www.radarbanten.com)

21 Nov 2013

Kemenkes Targetkan Puskesmas Layani Pasien Gangguan Jiwa


JUMLAH penderita gangguan jiwa di Indonesia masih tinggi. Kemenkes memperkirakan sebanyak 11,6 persen dari total penduduk indonesia atau sekitar 19 juta jiwa mengalami gangguan mental emosional termasuk depresi. Melihat tingginya angka penderita gangguan jiwa, Kemenkes akan menggiatkan layanan kejiwaan di Puskesmas.
Menkes Nafsiah Mboi menuturkan, nantinya puskesmas akan memberikan pelayanan kesehatan jiwa. Setidaknya, pada tahun 2014 nanti, ditargetkan 60 persen Puskesmas bisa melayani pasien gangguan jiwa.
"Kita akan berikan pelatihan tenaga kesehatan sehingga nantinya mampu melakukan pelayanan pencegahan atau membantu pasien gangguan jiwa. Mereka akan berikan konseling yang harus bermanfaat untuk kesehatan jiwa dari kandungan sampai orang tua,"jelas Nafsiah di Jakarta, kemarin (14/10).
Menteri 72 tahun tersebut, menuturkan pelatihan yang diberikan baru sebatas pelayanan bagi pasien dengan gangguan jiwa ringan. Sementara pasien dengan gangguan jiwa berat harus dirujuk ke rumah sakit. "Ketika masih tahap ringan, tidak perlu dibawa ke rumah sakit dan cukup" mendapatkan perawatan atau konseling di rumah. Kalau sudah berat, harus dibawa ke rumah sakit," tuturnya.
Selain itu, Nafsiah juga memaparkan bahwa peran teman atau keluarga juga sangat penting bagi kesembuhan para pasien gangguan jiwa. Dia mengingatkan, orang-orang terdekat juga harus mewaspadai gejala-gejala gangguan jiwa, baik berat maupun ringan.
"Penting sekali orang terdekat untuk mengetahui gejala gangguan jiwa sejak awal. Kalau memang sudah ada gejalanya, harus dibawa ke tenaga kesehatan terlatih untuk dilakukan konseling. Jangan sampai bunuh diri,"paparnya.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan World Federation of Mental Health, hasil survei yang dilakukan oleh dokter keluarga, menunjukkan bahwa penderita depresi yang menunda berobat lebih dari 11 bulan, akan mengalami keterlambatan dalam pemulihan gangguan depresinya. Padahal depresi dan gangguan mental emosional lainnya dapat dicegah melalui program promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
"Sehingga tercapai kondisi jiwa sehat yang ditandai dengan perasaan sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain, dan punya sikap positif," kata Nafsiah."
Untuk itu, Nafsiah menekankan, kepada seluruh masyarakat agar masalah kesehatan jiwa, diperhatikan sejak masa kehamilan sampai usia lanjut. "Sehingga masing-masing individu dapat hidup mandiri, produktif, dan berkualitas," jelasnya.
Sem entara itu, Kemenkes juga meluncurkan sarana mobile councelling. Sarana tersebut berupa sebuah bus yang dimodifikasi untuk memberikan pelayanan kesehatan jiwa remaja. Sarana ini disediakan sebagai usaha awal mencegah munculnya masalah kesehatan jiwa remaja sekaligus meningkatkan kepedulian remaja atas jiwa dirinya dan teman sebayanya.
"Bus konseling ini akan melayani jika ditangani sejak awal gangguan kesehatan jiwa bisa ditangani sehingga terbebas dari gangguan jiwa yang lebih besar. Dalam bus ini juga melayani pemeriksaan apakah remaja itu tengah dalam pengaruh narkoba dengan cara pemeriksaan atau test urine," imbuh dia. (sumber : JPNN)

20 Nov 2013

RAP Pandeglang Evakuasi Lima Penderita Gangguan Jiwa Akut Korban Pemasungan


SETELAH bulan lalu (17/10/2013) Tim Relawan Anti Pasung (RAP)Pandeglang mengevakuasi tiga pasien gangguan jiwa disejumlah tempat, Senin (18/11/2013) Tim ini kembali melakukan evakuasi terhadap lima orang penderita gangguan jiwa akut di wilayah Pandeglang. Bahkan beberapa dari mereka telah mengalami pemasungan lima hingga belasan tahun. 
Menurut salah seorang relawan, Afifah, tim relawan bentukan Rumah Sakit Bersalin (RSB) Permata Ibunda, Kecamatan Majasari, Pandeglang ini sudah berulang kali melakukan aksi sosial tersebut. “Beberapa diantaranya telah sembuh total dan saat ini ada yang sudah menjadi supir taxi di Jakarta,” ujar ibu yang biasa disapa Iif itu, kemarin.
Dalam aksi sosial siang Senin kemarin, Tim RAP didampingi Tim Psikiatri Keliling Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Soeharto Heerdjan, Jakarta berhasil mengevakuasi masing-masing Ny. Entin (49) warga Cipeucang, Ahmad Firdaus (40) warga Cipacung Kelurahan Saruni, Mbang (28) warga kampung Balapunah, Kecamatan Kaduhejo, Abdul Malik (26) warga Cikole Kelurahan Kabayan, dan Ibu Mimin (51) warga Cadasari. Kelima warga penderita gangguan jiwa tersebut berada di wilayah Kabupaten Pandeglang.
Sementara itu, Arifin, relawan lainnya menambahkan, satu orang warga Trondol, Kota Serang yang saat ini menjadi korban pemasungan, sedianya akan dijemput tim relawan batal dievakuasi akibat kurangnya respon keluarga pasien tersebut, meskipun telah diberitahukan bahwa pengobatan tersebut digratiskan.
“Jika ada diantara keluarga atau tetangga anda yang mengalami hal serupa, apalagi hingga dipasung, sebaiknya secepatnya hubungi tim ini untuk dilakukan perawatan dan rehabilitasi medis,” jelas Arifin.
Diungkapkan, tim relawan RSB Permata Ibunda ini dalam aksi sosial pembebasan korban pasung bekerjasama dengan RSJ Soeharto Heerdjan atau lebih dikenal dengan RSJ Grogol untuk evakuasi dan penanganan medis. “Untuk info lengkap dapat menghubungi Hotline Service Telepon 500-454 atau menghubungi tim RAP Pandeglang di nomor 0811126895 atau 087871653776,” tandasnya.

Sebelumnya pada Senin (18/11/2013) pagi Tim Rumah Sakit Jiwa (RSJ)Soeharto Heerdjan, Jakarta berbagi informasi tentang berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk pengembangan layanan masyarakat penderita gangguan jiwa diantaranya dengan membuka layanan hotline 500454 untuk konsultasi selama 24 jam.
Menurut Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa Masyarakat (Keswamas) RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta, dr. Isa Multazam, SpKJ., Hotline 500-454 merupakan salah satu sarana informasi dan konsultasi untuk membantu masyarakat yang mengalami masalah gangguan jiwa dan mencari solusi untuk tindakan penanggulangannya.
“Alur konsultasinya saat ini berlaku mulai pukul 08.00 Wib s/d 16.00 Wib melalui kontak telepon 500-454 dengan ketersediaan konselor terlatih bersertifikat,” paparnya dalam pertemuan revitalisasi Hotline Service 500454 dan layanan rujukan bebas pasung, di aula Rumah Sakit Bersalin (RSB) Permata Ibunda.
Direktur RSB Permata Ibunda dr. H. Suradal Sastradibrata, SpOG selaku penyandang dana Relawan Anti pasung (RAP) Pandeglang dalam sambutannya mengatakan, pembebasan penderita gangguan jiwa yang dipasung di Pandeglang jumlahnya cukup banyak. “Sejak tiga tahun ini kami sudah membebaskan 50 korban pasung. Ini kami lakukan membantu program bebas pasung yang belum tersentuh pemerintah,” ungkapnya.
Dikatakan Suradal, program yang dilakukan RAP merupakan  lahan bagi dirinya untuk membantu yang tidak mampu sekaligus bentuk tanggung jawab sosial Corporate social responsibility (CSR) RSB Permata Ibunda.
Kegiatan yang dilaksanakan RSB Permata Ibunda kerja sama dengan RSJ Jakarta ini diikuti oleh 20 peserta terdiri dari unsur dinas kesehatan setempat, puskesmas, RSUD Berkah, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertran) Kabupaten Pandeglang, serta para Relawan Anti Pasung (RAP) Kabupaten Pandeglang.

19 Nov 2013

RSB Permata Ibunda Sosialisasikan Layanan Hotline 500-454 Untuk Penderita Gangguan Jiwa


BERBAGAI upaya dilakukan pemerintah untuk pengembangan layanan masyarakat penderita gangguan jiwa diantaranya dengan membuka layanan hotline 500454 untuk konsultasi selama 24 jam.
Menurut Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa Masyarakat (Keswamas) Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Soeharto Heerdjan Jakarta, dr. Isa Multazam, SpKJ., Hotline 500-454 merupakan saluran telepon yang memberikan pelayanan bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan konseling khusus tentang berbagai masalah kejiwaan dari Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). “Nomor telepon ini merupakan layanan konseling yang dibuka oleh Kemenkes. Siapapun yang ingin sekedar bertanya maupun konsultasi mengenai persoalan gangguan kejiwaan dapat menghubung nomor ini,” ujar dr. Isa Multazam, SpKJ saat memaparkan makalahnya dalam pertemuan revitalisasi Hotline Service 500454 dan layanan rujukan bebas pasung, di aula Rumah Sakit Bersalin (RSB) Permata Ibunda, Pandeglang, Senin (18/11/2013).
Kegiatan yang dilaksanakan kerja sama RSJ Jakarta dan RSB Permata Ibunda ini diikuti oleh puluhan peserta terdiri dari unsur dinas kesehatan setempat, puskesmas, RSUD Berkah, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertran) Kabupaten Pandeglang, serta para Relawan Anti Pasung (RAP) Kabupaten Pandeglang.
Dokter spesialis kesehatan jiwa itu mengungkapkan, program ini dilatar belakangi oleh adanya kecenderungan peningkatan angka gangguan jiwa berat dari tahun ke tahun. “Kasus pemasungan secara nasional di masyarakat diperkirakan sekitar 1 persen dari 77,280 orang dengan gangguan jiwa berat yang terjadi di Indonesia atau prediksi dipasung 18.800 Jiwa,” ungkapnya.
Dia menjelaskan selama ini penanganan penderita gangguan jiwa menggunakan sistem rujukan kesehatan jiwa di Puskesmas, Rumah Sakit Umum maupun RSJ serta layanan hotline service 500454.
Namun hotline tersebut diakui hingga kini belum optimal menampung keluhan masyarakat. “Kendala utama dalam penyelenggaraan hotline tersebut adalah kurangnya publikasi. Itulah mengapa kami hadir disini untuk mensosialisasikan hotline service 500454,” jelasnya.
Menurutnya, depkes saat ini sedang merevitalisasi fungsi hotline 500454 agar lebih baik diantaranya dengan melatih lebih banyak relawan lagi yang nantinya akan membentuk jaringan crisis center yang tersebar di seluruh Indonesia.
Tanggungjawab sosial
Sementara itu, Direktur RSB Permata Ibunda dr. H. Suradal Sastradibrata, SpOG selaku penyandang dana Relawan Anti pasung (RAP) Pandeglang mengatakan pembebasan penderita gangguan jiwa yang dipasung di Pandeglang jumlahnya cukup banyak. “Sejah tiga tahun ini kami sudah membebaskan 50 korban pasung. Ini kami lakukan membantu program bebas pasung yang belum tersentuh pemerintah,” ungkapnya.
Dikatakan Suradal, program yang dilakukan RAP merupakan  lahan bagi dirinya untuk membantu yang tidak mampu sekaligus bentuk tanggung jawab sosial (Corporate social responsibility/CSR) RSB Permata Ibunda.
Evakuasi 5 korban pasung
Usai memberikan pembekalan materi, siang hari sekitar pukul 13.00 Wib Tim RSJ Jakarta yang membawa dua unit Mobil Psikiatri Keliling kembali mengevakuasi lima korban pasung yang sebelumnya telah ditemukan oleh para Relawan Anti Pasung (RAP) Kabupaten Pandeglang. Mereka yang berhasil dibebaskan dan dievakuasi untuk mendapatkan perawatan di RSJ Jakarta yakni EN (51 tahun) warga Kampung/Desa Cipeucang yang telah dipasung selama 20 tahun oleh keluarga.
AF (40) warga Kampung Cipacung Desa Saruni Kecamatan Majasari yang telah dipasung tujuh tahun.
EB (28) warga Kampung Balapunah Desa Ciputri Kecamatan Kaduhejo yang telah dipasung selama 10 tahun. AM (26) warga kampung Cikole kelurahan Kabayan Kecamatan Pandeglang yang 10 tahun dipasung serta warga Kampung/Desa Cadasari Kabupaten Pandeglang berinisial MI.
Evakuasi oleh Tim RSJ yang didampingi Tim RAP Pandeglang berlangsung hingga empat jam mulai pukul 13.00 Wib hingga sekitar pukul 16.00 Wib.



14 Nov 2013

Repleksi Hari Kesehatan Nasional ke-49 Tahun 2013



Refleksi Hari Kesehatan Nasional
Jangan Hukum Karena Terganggu Jiwanya
Oleh : Mei Wijaya
Editor : Aas Arbi


MOMENTUM Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-49 tahun 2013 yang diperingati tanggal 12 November patut dijadikan media untuk melakukan refleksi tentang apa yang dapat kita berikan bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Harus diakui masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan segenap jajaran kesehatan guna mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 36 tentang Kesehatan. 

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (Bab II pasal 3).

Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah.

Setiap orang berhak atas kesehatan. Kesehatan yang dimaksud adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. (Bab 1 ketentuan umum pasal 1 ayat 1). Namun demikian Undang-undang juga memberikan kewajiban sesuai pasal bab III diantaranya secara tersurat memuat  bahwa setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Kewajiban sebagaimana dimaksud itu menjadi tanggung jawab semua pihak dalam upaya kesehatan. Dengan pertimbangan itulah penulis sejak 2010 secara aktif melakukan penjangkauan terhadap para penderita gangguan jiwa yang terpasung.

Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas 2007) rata-rata penderita gangguan mental emosional di Indonsia seperti cemas dan depresi mencapai 11,6 persen atau sekitar 19 juta jiwa. 18 ribu mereka yang menderita gangguan jiwa akut tersebut ternyata mendapat perlakuan yang tidak manusiawi dengan hidup dipasung. Banyak di antara mereka yang dipasung oleh sanak keluarga sendiri, padahal menurut ahli kesehatan jiwa gangguan jiwa dianggap sebagai penyakit yang bisa diobati. Praktik pemasungan atas mereka yang terganggu jiwanya hingga saat ini masih terjadi di Indonesia, termasuk di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.

Kampanye Bebas Pasung
Sejak tiga tahun lalu Kementerian Kesehatan RI mengkampanyekan Pencanangan Indonesia Bebas Pasung 2014, yang dimulai pencanangannya  pada 10 Oktober 2010 lalu.

Sejak saat itu penulis selaku koordinator bersama para Relawan Anti Pasung (RAP) Kabupaten Pandeglang sering mengevakuasi penderita gangguan jiwa yang mengalami ketidakberdayaan akibat diisolasi sedemikian rupa seperti dikurung di kandang, diikat dengan rantai, kakinya ditindih balok dan sejenisnya.

Awal mula kiprah penulis dimulai pada awal November 2010, saat kali pertama mengevakuasi pasien gangguan jiwa yang di pasung dengan cara dirantai. Penulis kebetulan berprofesi perawat dan menjadi Kepala Puskesmas di Kecamatan Majasari Kabupaten Pandeglang menghubungi pihak RSJ Soeharto Heardjan, Grogol Jakarta. Keesokan harinya Tim RSJ turun langsung melakukan penjemputan di Kampung Maja Masjid, Kecamatan Majasari  tepatnya pada tanggal 9 November.

Dengan  semakin banyaknya kasus gangguan jiwa yang dipasung di luar wilayah kerja Majasari yang dilaporkan, akhirnya penulis bersama suami (dr. Suradal Sastradibrata, SpOG) membentuk Tim Relawan Anti Pasung (RAP). Sejak saat itu para relawan bergerak menginformasikan kepada masyarakat melalui media elektronik (TV) nasional dan lokal, media cetak dan penyuluhan langsung disetiap ada kesempatan.

Alhamdulilah sampai tanggal 17 Oktober 2013 sudah 50 orang pasien yang dipasung yang berhasil dibebaskan dalam delapan kali penjemputan oleh Tim Kesehatan Jiwa RSJ Soeharto Heardjan dari tahun 2010 s/d 2013. Dari 50 orang yang sudah di evakuasi 14 orang diantaranya adalah perempuan dengan faktor penyebab beragam.

Untuk pasien-pasien rawat jalan yang sudah diintervensi melalui kunjungan rumah sebanyak 115 orang yang tersebar di 11 Kecamatan di Kabupaten Pandeglang yaitu Kecamatan Cadasari,  Karangtanjung, Pandeglang, Karoncong, Majasari, Banjar, Mekarjaya, Kaduhejo, Jiput, Saketi, Labuan, Cisata , dan Menes serta Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak. Kesemuanya telah disarankan untuk kontrol lanjutan di RSUD Berkah Pandeglang  atau rumah sakit terdekat dan secara rutin tetap dipantau perkembangannya oleh relawan.

Pasien-pasien dengan gangguan jiwa yang rawat jalan  yang sudah diintervensi kebanyakan menggunakan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Sementara untuk yang tidak punya Kartu Jamkesmas, pasien mendaftar sebagai pasien umum di RSUD Berkah Pandeglang akan tetapi resep obat mereka bawa ke Relawan untuk di beri obat sesuai resep. Tidak jarang bila stok obat di rumah sakit habis, pasien yang menggunakan Jamkesmaspun  resepnya dibawa ke Relawan untuk diberi obat sesuai resep. Semua obat gratis, tidak dipungut biaya.

Adapun prosedur yang dilakukan Relawan selama ini yakni bila ada laporan dari warga masyarakat, kader kesehatan, keluarga pasien dan lainnya, tim meninjau lokasi untuk memastikan kebenaran dari laporan tersebut.
Bila pasien gangguan jiwa bisa dirawat jalan, disarankan untuk langsung dibawa ke RSUD Berkah Pandeglang sesuai jadwal Poli Jiwa pada Hari Selasa atau Kamis.

Untuk pasien jiwa yang di pasung Tim Relawan memastikan  pasien di pasung menggunakan apa, dikurung, dirantai , dibalok atau lainnya. Selanjutnya melakukan anamnesa awal serta melengkapi persyaratan untuk dibawa ke RSJ Soeharto Herdjan Jakarta.
Bila semua persyaratan sudah siap, Tim Relawan membuat surat permohonan penjemputan ke Direktur RSJ Soeharto Heardjan Jakarta, siap untuk dilakukan penjemputan.

Kisah “Miris”
Selama melakukan evakuasi bersama tim dari RSJ Soeharto Heardjan banyak cerita duka yang penulis temui  salah satunya ada pasien korban pasung yang ditempatkan dibawah sebuah Pohon Melinjo yang dirantai kaki dan tangannya selama setahun. Tidak ada alas maupun atap yang menaungi pada saat hujan atau panas. Duduknyapun di satu kayu yang roboh. Ketika pasien mau buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) semuanya dilakukan ditempat itu. Betul-betul “miris” hati ini melihatnya.

Korban telah dirampas hak-haknya selaku manusia, sementara sang istri pasien ternyata juga menderita gangguan jiwa. Sementara anaknya  ada empat orang yang paling besar baru kelas 4 SD dan yang kecil berumur tiga tahun. Namun saat ini Alhamdulilah setelah dirawat selama tiga pekan di RSJ Soeharto Heardjan, sekarang pasien tersebut sudah menjadi sopir taxi di Jakarta. Sekarang dia tinggal di Jakarta dan mulai membangun rumah buat istri dan anak-anaknya.

Dari 50 orang  pasien korban pemasungan yang sudah di rawat di RSJ Soeharto Heardjan terdapat 2 orang yang harus kembali di rawat. Hal itu dikarenakan tidak ada dukungan dari pihak keluarga untuk mengontrol minum obat. Selain itu pasien tidak dilibatkan dalam kegiatan harian atau dibiarkan oleh pihak keluarga (pembiaran red).

Kedepan penulis mempunyai  rencana ingin mengembangkan kegiatan para relawan saat diantaranya harapan ingin mempunyai satu gedung untuk melakukan kegiatan pemberdayaan pasien-pasien yang sudah sembuh  untuk diberikan pelatihan/ketrampilan sesuai dengan kegemarannya sehingga mengurangi tingkat kekambuhan. Dan hal itu dapat dilakukan bersama-sama dengan dinas terkait (Dinsos)

Penulis juga berharap  suatu waktu nanti, syukur-syukur bisa segera ada dokter spesialis jiwa yang menetap di Kabupaten Pandeglang, sehingga RSUD Berkah Pandeglang bisa mempunyai Bangsal Jiwa sendiri yang bisa ditangani langsung oleh dokter jiwa 24 jam. Sehingga untuk kasus-kasus gangguan jiwa ringan bisa langsung segera diatasi dengan harapan bisa  mengurangi jumlah pasien jiwa yang di pasung. (*)

Hj. Mei Wijaya, SKM., MARS
Koordinator Relawan Anti Pasung, Kabupaten Pandeglang

Tulisan ini juga dipublikasikan di koran Radar Banten edisi Selasa (12/11/2013).