31 Okt 2011

Tantangan Bersama Menuju Masyarakat Sehat Mandiri Melalui Pelayanan Prima


JELANG memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) tahun 2011 diharapkan bisa dijadikan momentum untuk meningkatkan nuansa kebersamaan antar institusi kesehatan, baik pemerintah maupun swasta dalam mengisi pembangunan kesehatan di Kabupaten Pandeglang. Pasalnya, HKN tahun ini bertepatan dengan dimulainya penerapan program kegiatan Pembangunan Kesehatan yang berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Dinkes Pandeglang 2011-2016.
Oleh karena itu, Kadinkes Pandeglang H. Iskandar mengajak seluruh jajaran kesehatan menjadikan peringatan HKN yang setiap tahun jatuh pada 12 November  sebagai  tantangan bersama  mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat  dalam rangka mewujudkan Visi Pembangunan Kesehatan  Kabupaten Pandeglang 2011-2016 menuju Masyarakat Sehat Mandiri Melalui Pelayanan Prima.
Masyarakat sehat mandiri diartikan sebagai pelayanan kesehatan bersifat dari, oleh dan untuk masyarakat itu sendiri,” tutur Iskandar, disela memimpin rapat internal penyusunan rencana kegiatan anggaran (RKA) 2012 Dinkes Pandeglang, Senin (24/10) awal pekan lalu.
Sedangkan keberadaan Dinas Kesehatan terang Iskandar dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya mengacu pada Renstra yang telah disusun harus memberikan pelayanan prima yang berarti  harus bermutu, efisien, cepat, transparan, mudah diakses, murah, ramah dan berkepastian hukum.
Ditambahkan, pelayanan prima juga dilaksanakan untuk semua jenis pelayanan kesehatan seperti pelayanan kesehatan perorangan, pelayanan kesehatan masyarakat termasuk pelayanan kesehatan kegawat daruratan.
“Untuk mewujudkan masyarakat sehat mandiri seluruh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan pemerintah maupun sarana pelayanan kesehatan swasta harus bersatu dalam memberikan pelayanan kesehatan yang prima kepada masyarakat,” tegasnya.

28 Okt 2011

Dinkes Kawal Target Sasaran MDGs Bidang Kesehatan


DALAM beberapa tahun kedepan tantangan pembangunan kesehatan semakin besar. Selain Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan yang harus dipenuhi, Dinas Kesehatan (Dinkes) Pandeglang dituntut untuk lebih fokus dalam pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) pada 2014 yakni Memberantas kemiskinan dan kelaparan, Mencapai pendidikan untuk semua, Mendorong kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan, Menurunkan angka kematian anak, Meningkatkan kesehatan ibu, Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, Memastikan kelestarian lingkungan hidup, serta Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
Sekretaris Dinkes Pandeglang Hj. Nuriah mengatakan, pencapain target sasaran MDGs sangat penting sebagai komitmen pemerintah dalam kesepakatan global untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat yang diimplementasikan melalui delapan butir tujuan untuk dicapai dalam tiga tahun kedepan. 
“Sekurangnya ada tiga kontribusi sektor kesehatan dalam pencapaian sasaran MDGs yang menjadi garapan Dinas Kesehatan yakni mengurangi kematian anak balita hingga 2/3 dari kondisi saat ini, meningkatkan kesehatan ibu serta memerangi penyakit menular seperti HIV/AIDS, Tb Paru dan Malaria (ATM),” ungkap Nuriah disela-sela pembahasan Rencana Kegiatan Anggaran (RKA) 2012 Dinkes Pandeglang, Senin (24/10).
Karenanya, dia mengaku akan terus mengawal berbagai program dan kegiatan di lingkungan Dinkes Pandeglang agar tidak lupa memasukan sasaran MDGs bidang kesehatan dalam perencanaan kegiatan tahun 2012.
Pada bagian lain Nuriah juga menerangkan, pihaknya melalui sub bagian perencanaan, evaluasi dan pelaporan yang secara struktural berada dalam tugas pokok dan fungsi sekretaris akan memastikan semua rencana kegiatan kedepan harus mengacu pada dokumen rencana strategis (renstra) lima tahunan dinas kesehatan yang telah disepakati. Hal itu karena renstra dinas kesehatan merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pandeglang 2011-2016 sebagai satu kesatuan.
“Sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Dinkes wajib menjalankan renstra dalam rangka mendukung RPJMD Pandeglang  untuk mewujudkan visi-misi pembangunan kepala daerah terpilih,” katanya menegaskan. (mr.adesetiawan@gmail.com)***

27 Okt 2011

Bersiap Sambut HKN ke-47 Tahun 2011


HARI Kesehatan Nasional (HKN) yang jatuh setiap 12 November sebentar lagi tiba. Karenanya, berbagai rangkaian kegiatan menyambut HKN ke-47 tahun 2011 di lingkungan Dinas Kesehatan Pandeglang mulai dipersiapkan. 
Kepala Seksi Promosi Kesehatan Dinkes Pandeglang Asep Hardiansyah mengatakan HKN harus dapat dijadikan momentum komitmen dan aksi bersama untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan individu, kelompok maupun masyarakat untuk hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam segala bentuk upaya kesehatan. “Tema peringatan tahun ini secara nasional adalah Indonesia cinta sehat,” ungkap Asep disela-sela persiapan menyambut HKN tingkat Kabupaten Pandeglang, Senin (24/10).
Melalui tema ini, menurut Asep pihaknya berharap dapat lebih meningkatkan semangat, kepedulian, komitmen dan gerakan nyata pembangunan kesehatan yang harus terus diperjuangkan oleh seluruh komponen masyarakat di Kaabupaten Pandeglang.
Sementara untuk kegiatan HKN tahun ini, kata Asep selain akan dilakukan Upacara Bendera Peringatan  HKN pada 12 November 2011, pihaknya juga sedang menyusun rangkaian kegiatan lainnya berupa olah raga, aneka lomba-lomba maupun pemberian penghargaan bagi para teladan di bidang kesehatan yang melibatkan seluruh Puskesmas se Kabupaten Pandeglang. Disamping itu tambahnya, berbagai kegiatan yang dapat dilakukan dan bermanfaat bagi masyarakat seperti penyebarluasan informasi tentang tema HKN ini akan dilakukan diantaranya melalui koran, radio, televisi lokal, website dan lain sebagainya.
Pada momentum HKN ini, Asep mengajak masyarakat mendukung gerakan hidup bersih dan sehat untuk mencapai Pandeglang yang lebih Sehat. (mr.adesetiawan@gmail.com)***

26 Okt 2011

Sebagian Besar Calhaj Pandeglang Risti Gangguan Masalah Kesehatan


SEBAGIAN besar (53%) jemaah calon haji (calhaj) kloter Pandeglang berisiko tinggi (risti) mengalami gangguan kesehatan selama mengikuti proses ibadah haji di Tanah Suci Mekkah. Setidaknya hal itu tergambarkan dari hasil pemeriksaan tim kesehatan haji Kabupaten Pandeglang.
Ketua Tim Pemeriksa Haji Kabupaten Pandeglang dr. Hj. Asmani Raneyanti mengatakan, menurut data yang dimiliki pihaknya dari 791 calhaj yang diperiksa kesehatan hingga menjelang keberangkatan terdapat 417 calhaj dengan berstatus risti, 374 calhaj dinyatakan kondisinya sehat secara fisik serta seorang calhaj meninggal sebelum keberangkatan. Sehingga dengan demikian jumlah jemaah calhaj Pandeglang yang diberangkat melalui kloter 38 dan 39 seluruhnya menjadi 790 orang.
Hal itu diungkapkan Asmani disela-sela mengiringi pelepasan kloter 38 jemaah calhaj asal Pandeglang di Alun-alun Kota Pandeglang, Senin (24/10).
Dijelaskan Asmani, berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan haji tahap akhir sebagian besar faktor resiko disebabkan oleh karena calhaj menderita penyakit tertentu seperti penyakit pembuluh darah, jantung, penyakit diabetes maupun akibat usia yang sudah lanjut.
Menurutnya, para jamaah yang melakukan ibadah haji yang paling sulit yakni calhaj yang lanjut usia dan mereka yang tidak baik menjaga kondisi fisiknya. “Apalagi mereka yang telah mempunyai faktor resiko kesehatan sebelum berangkat,” katanya.
Kendati demikian, Asmani mengatakan calhaj dan keluarga di tanah air tidak perlu khawatir. Pasalnya, dalam setiap kloter telah ditempatkan lima orang tenaga medis untuk mendampingi dan menjaga calhaj agar dapat melakukan aktifitas haji dengan sebaik-baiknya.
Terlebih, terang Asmani, dengan adanya data-data hasil pemeriksaan dan penilaian status kesehatan sebelum keberangkatan, Insya Allah jemaah calhaj asal Pandeglang dapat menjalankan ibadah haji dengan baik dan sampai kembali ke tanah air dengan selamat.
Oleh karena itu, lanjut Asmani, meski telah dinyatakan sehat para calhaj dituntut agar tetap menjaga kondisi kesehatan dengan menerapkan pola hidup sehat dan bila perlu meminta bantuan kepada tenaga kesehatan haji (tim medis) selama proses menjalankan ibadah haji. “Bagi jemaah haji terutama yang berisiko tinggi kita telah anjurkan untuk sering berkonsultasi dengan tenaga kesehatan haji yang ikut bersama rombongan kloter Pandeglang,” tuturnya.
Seusai pemberangkatan calhaj kloter Pandeglang Asmani mengaku merasa lebih lega. Hal itu karena sebagian besar tugas sebagai ketua tim telah dia jalankan, yakni memeriksa dan memastikan seluruh calhaj yang akan berangkat dalam kondisi sehat termasuk telah mendapatkan vaksin meningitis. Kini Tugas lainnya sebagai ketua tim menanti, yakni memeriksa dan memastikan kepulangan seluruh jemaah haji sehat kembali di tanah air dan tidak membawa penyakit menular usai beraktifitas haji. (mr.adesetiawan@gmail.com)***

19 Okt 2011

Penderita AIDS di Pandeglang Terus Bertambah

PANDEGLANG, (KB).- Bupati Pandeglang Erwan Kurtubi mengaku prihatin dengan banyaknya penderita Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Padeglang yang terus mengalami peningkatan.

Padahal, 10 atau 20 tahun lalu tidak terdengar di Pandeglang ada penderita HIV/AIDS terlebih daerah ini terkenal sebagai kota santri. Karena itu, Komisi Penganggaulan HIV/AIDS (KPA) Pandeglang harus mengambil langkah serius. “Data yang berhasil dihimpun Dinas Kesehatan, penderita HIV/AIDS setiap tahunnya mengalami peningkatan signifikan. Tahun 2010 dilaporkan ada enam kasus dan sampai Oktober 2011 ini sudah ditemukan lagi tiga kasus. Hal ini perlu perhatian Pemda termasuk seluruh komponen masyarakat,” kata Bupati dalam Rapat Koordinasasi Pembentukan KPA Pandeglang periode 2011-2014 di Operation room II Setda Pandeglang, Kamis (13/10).

Penderita HIV/AIDS di Pandeglang memang tidak sebanyak kabupaten/kota lain di Banten. Namun demikian Erwan menilai AIDS ibarat fenomena gunus es atau yang terdeteksi hanya sedikit.
“Dimungkinkan jumlah pastinya lebih banyak dari yang dilaporkan. Disinilah arti penting pencegahan dan pengobatan penderita,” tandasnya.

Bupati menambahkan, pemerintah berkewajiban mengupayakan langkah pencegahan terutama di kalangan generasi muda dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan tertular seperti orang miskin, perempuan, dan anak-anak. “KPA juga harus optimal dalam mengkkordinasikan peran lintas sektor dalam pencegahan dan penanggulangan AHIV/AIDS. Pelibatan tokoh masyarakat, LSM, dan agamawan juga sangat penting,” tandas Bupati.

Untuk diketahui. AIDS merupakan sekumpulan gejala dan infeksi (sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIVatau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya. Virus AIDS bernama Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, tetapi penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.[2][3] Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut. (H-18)***

Sumber : HU Kabar Banten

18 Okt 2011

Biasakan Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Waktu 5 Kritis

Cuci Tangan Pakai Sabun
Biasakan mencuci tangan pakai sabun (CTPS) pada 5 waktu kritis, yaitu sebelum makan; sehabis buang air besar; sebelum menyusui; sebelum menyiapkan makan; setelah menceboki bayi; dan setelah kontak dengan hewan.
Demikian pesan Menteri Kesehatan RI, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH, pada puncak peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTPS) di Jakarta, Sabtu (15/10) pagi. Turut hadir dalam peringatan tersebut, Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto; Ketua 3 Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) II, Silvia Agung Laksono; dan Ibu Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Sri Hartati Fauzi Bowo.
“Membiasakan diri untuk mencuci tangan pakai sabun berarti mengajarkan anak-anak dan seluruh keluarga hidup sehat sejak dini. Cuci tangan pakai sabun dapat dengan mudah dilakukan dan tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak”, ujar Menkes.

Mengutip hasil studi WHO, perilaku CTPS yang merupakan pilar ke-2 Sanitasi Total berbasis Masyarakat (STBM), mampu mengurangi angka diare sebanyak 45%  dan mampu menurunkan kasus ISPA serta flu Burung hingga 50%. Saat ini angka morbiditas Diare turun dari 423 per seribu penduduk (2006) menjadi 411 per seribu penduduk (2010). Sementara itu, berdasarkan laporan kajian Morbiditas Diare (2010) Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung (Dit. P2ML) Kemenkes RI, menyatakan berbagai kampanye, sosialisasi dan advokasi melalui HCTPS selama beberapa tahun terakhir, mampu meningkatkan kebiasaan cara mencuci tangan dengan benar (dengan air mengalir dan sabun) pada lima waktu kritis, yaitu sebelum makan sebesar 35,6%; sebelum menyusui 52,12%; sebelum menyiapkan makan 52,88%; setelah buang air besar 65,15%;  dan setelah menceboki bayi 62,26%.

“Walaupun sudah menunjukan peningkatan, namun kebiasaan CTPS masyarakat Indonesia perlu ditingkatkan lagi”, tambah Menkes.

HCTPS yang diperingati oleh banyak negara di dunia, merupakan upaya untuk meningkatkan budaya CTPS secara global, sehingga penyebaran penyakit yang disebabkan oleh lingkungan dan perilaku manusia seperti penyakit diare  dan pneumonia, yang dapat berakibat fatal, dapat dikurangi.

Perayaan HCTPS Sedunia ke-4 tahun ini bertema “Cuci Tangan: Upaya Promotif dan Preventif Terpadu Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak”, dan terdiri dari tiga rangkaian kegiatan. Diawali dengan kegiatan sepeda santai bersama Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI, dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, pada momen Car Free Day (9/10) di Plaza Selatan Senayan. Kemudian, dilanjutkan dengan Rapat Koordinasi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (Rakornas STBM) yang dibuka oleh Ibu Menkes di Hotel Horison Bekasi (14/10) dan puncak peringatan berupa pemecahan rekor MURI oleh 3100 anak yang mempersembahkan tarian tangan secara massal, pameran foto tentang sanitasi, dan penanaman bibit pohon lerak, buah yang sering dimanfaatkan sebagai deterjen alami untuk mencuci batik.

“Tari tangan yang kita saksikan bersama merupakan kreasi anak Indonesia sebagai cara edukasi menarik untuk membudayakan cuci tangan pakai sabun. Kementerian Kesehatan merasa bangga atas semangat anak-anak, sehingga terpecahkan Rekor Dunia Indonesia nomor 5134 atas rekor pemrakarsa dan penyelenggaran tari tangan massa terbanyak di dunia”, jelas Menkes.

Menkes menjelaskan, untuk  mewujudkan Indonesia bersih, sehat dan berkualitas, perlu dimulai dengan hal-hal yang sederhana dan konkrit  dilingkungan dan  rumah tangga, seperti  edukasi kepada anak-anak dan keluarga akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan, baik kebersihan diri pribadi serta peduli akan kondisi lingkungan sekitar.

Melalui kesempatan tersebut, Menkes juga menharapkan partisipasi aktif untuk senantiasa mengajak masyarakat di sekitar untuk ikut membiasakan perilaku sederhana yaitu cuci tangan pakai sabun sekaligus menjadikannya sebagai perilaku hidup  yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faksilimi: 021- 52921669, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC) 021-500567, atau e-mail ke kontak@depkes.go.id. (my)