12 Des 2014

Dinkes Gelar Akselerasi Pembinaan TP UKS Kecamatan



Pengembangan akeselerasi UKS sangat diperlukan mengingat UKS merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dan juga berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan proses belajar mengajar sehingga diharapkan semua pihak akan mendukung keberhasilan pelaksanaan program UKS.
Oleh karena itu perlu ada pemantapan model akselerasi pembinaan Tim Pembina UKS di Kabupaten Pandeglang.
Kepala Seksi Promosi Kesehatan Dinkes Pandeglang mengatakan, akselerasi pembinaan dan pelaksanaan UKS adalah berbagai strategi dengan serangkaian kegiatan terencana dan terarah yang dilakukan secara terpadu oleh pemangku kepentingan untuk mempercepat proses dan pencapaian tujuan UKS.
“Pertemuan dilaksanakan di RM Cibaru Kadubungbang,dengan peserta 3 TP UKS Kecamatan Jiput, Kecamatan Majasari dan Kecamatan Cimanuk, pada Jumat (12/12/2014)” katanya, Kamis (11/12/2014)
Menurut Yudi, pertemuan ini melibatkan seluruh stakeholder UKS yang tergabung dalam Tim Pembina UKS tingkat kabupaten, Tim Pembina UKS Tingkat kecamatandan Tim pelaksana UKS masing-masing kecamatan dihadiri 25 peserta.
“Tindak lanjut dari kegiatan ini yakni melakukan pembinaan ke 5 sekolah untuk masing-masing TP UKS Kecamatan mulai jenjang TK, SD, SMP dan SMA  dan MA,” katanya.
Ditambahkan, rencananya kegiatan akan dihadiri TP UKS Provinsi Banten


11 Des 2014

Empat Desa Pemekaran Berdasarkan Perda Kabupaten Pandeglang No.5 Tahun 2011



KABUPATEN Pandeglang pada tahun 2012 terdiri atas 35 Kecamatan dengan 13 Kelurahan dan 326 Desa. Jumlah desa/kelurahan tersebut sebanyak 339 atau bertambah 4 desa dari tahun 2011 yang sebanyak 335 desa/kelurahan.
Empat desa baru tersebut adalah Desa Bojenwetan Kecamatan Sobang, Desa Simpangtiga Kecamatan Patia, Desa Ganggaeng Kecamatan Picung dan Desa Ramaya Kecamatan Menes.
Desa Bojenwetan adalah Desa Pemekaran dari Desa Bojen Kecamatan Sobang Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.
Desa Simpangtiga adalah Desa Pemekaran dari Desa Turus Kecamatan Patia.
Desa Ganggaeng adalah Desa Pemekaran dari Desa Bungurcopong Kecamatan Picung
Desa Ramaya adalah Desa Pemekaran dari Desa Tegalwangi Kecamatan Menes
Proses pemekaran diharapkan membawa dampak yang positif terhadap pelaksanaan program pembangunan maupun pemerataan hasil-hasilnya.
Pemekaran desa baru tersebut berdasarkan Perda No.5 Kabupaten Pandeglang tahun 2011. Tujuan pemekaran adalah untuk mempercepat pembangunan dan mempermudah pelayanan.
Secara lengkap Daftar 35 Kecamatan  339 Desa/Kelurahan di Kabupaten Pandeglang klik disini

10 Des 2014

MMD Hadirkan Ratusan Warga Majau dan Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Jakarta



RATUSAN warga Desa Majau Kecamatan Saketi menghadiri kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) yang di gelar di sebuah SKM di Kampung Majau Desa Majau, Jumat  (5/12/2014).
MMD tersebut merupakan tindak lanjut hasil Survei Mawas Diri (SMD) pada 1-4 Desember 2014 yang dilakukan para Mahasiswi Program Diploma-III Kebidanan FKK UMJ yang sedang melakukan praktik kebidanan komunitas.
Sebanyak 92 calon bidan ini telah mendata 912 KK dan 2.458 jiwa di 6 Rukun Warga (RW) dan 15 Rukun Tetangga (RT) di wilayah Desa  yang berbatasan dengan Desa Mekarwangi , Sodong dam Langensari dan Gereduk Kecamatan Bojong itu.
Ketua Prodi Program Diploma-III Kebidanan Fatimah, S.ST, M.Kes mengatakan, pihaknya melakukan pendataan dalam rangka kegiatan praktik kebidanan komunitas selama dua minggu.  “Selanjutnya data ini bisa digunakan dinas kesehatan dan puskesmas maupun warga desa, terutama  bidan desa untuk meningkatkan kesehatan khususnya ibu dan anak,” terangnya saat memberikan sambutan dimulainnya MMD dihadapan seratusan warga setempat.
Hadir dalam acara tersebut, Camat Saketi, unsus BPD, Kapolsek, Danramil, Bidan Desa, Puskesmas, Dinas Kesehatan serta para tokoh masyarakatdan tokoh agama setempat.
Sementara itu dalam pemaparannya, sejumlah mahasiswi secara bergantian menyampaikan hasil surveinya yang meliputi aspek kependudukan, pemetaan dan demografi, jumlah yang disurvei dan memaparkan berbagai permasalaahan yang ditemui selama melakukan survey.
“Berdasarkan hasil survey diperoleh 15 masalah kesehatanibu dan anak (KIA) yang ditemukan di Desa Majau,” ungkap salah seorang mahasiswi, Yulianingsih.
Usai pemaparan dilanjutkan dengan menentukan prioritas masalah dan membuat rencana intervensi kegiatan bersama masyarakat dan kesepakatan untuk melakukan kegiatan yang melibatkan masyarakat setempat.
MMD sepenuhnya dipandu oleh mahasiswa dengan pelibatan secara aktif warga setempat.
Kasie Promosi Keshatan Dinkes Pandeglang Yudi Hermawanyang menghadiri acara hingga selesai mengatakan, proses MMD yang dilakukan harus digelar secara rutin oleh desa minimal 2 kali setahun. “Ada atau tidak ada praktik lapangan yang dilakukan mahasiswi kebidanan warga desa diharapkan melaksanakan MMD untuk memecahkan segala masalah yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat Majau,” kata Yudi.
Yudi pun mengingatkan, MMD tak mesti membahas persoalan yang menyangkut kesehatan. “MMD bisa dilakukan untuk membahas apa saja termasuk peningkatan ekonomi warga, maupun masalah lainnya yang dianggap penting oleh semua warga,” tandasnya.

9 Des 2014

Jumlah Paraji Masih Lebih Banyak Dari Bidan di Pandeglang


Pertemuan Kemitraan Bidan Paraji di TMII

KEBERADAAN dukun beranak (paraji red) sulit dipisahkan dalam kehidupan masyarakat Pandeglang. Dinkes Kabupaten Pandeglang mencatat ada sebanyak 867 paraji di seluruh wilayah Pandeglang sementara jumlah bidan jumlahnya 689 orang.
Kadinkes Pandeglang H. Deden Kuswan mengatakan, besarnya jumlah paraji hingga saat ini membuat pihaknya menginisiasi untuk menggalang kemitraan bidan dan paraji, tanpa menghilangkan peran paraji itu sendiri di masyarakat baik secara ekonomis maupun status sosial
“Kami ingin kerjasama ini bisa dilakukan menyeluruh sehingga risiko kematian akibat persalinan benar-benar bisa ditekan,” terang H. Deden Kuswan disela menerima kunjungan peneliti Centre for Strategic and Internasional Studies (CSIS) di Kantornya, Kamis (4/12).
Hadir dalam acara tersebut Kabid Pelayanan Kesehatan Khusus Hj. Eniyati, Kepala Subag Perencanaan dan Evaluasi Program Dinkes Pandeglang Damanhuri, serta peneliti lokal dari CSIS Muhaemin, S.Sos
Deden menyebut, jalinan kerjasama antara paraji dan bidan ini sudah berhasil dilakukan misalnya di Kecamatan Munjul dan Cikeusik yang sekarang menjadi percontohan kemitraan bidan-paraji
 “Kami yakin keberhasilan ini belum maksimal dan harus terus digencarkan dengan dukungan lintas sektor dan masyarakat sehingga angka kematian ibu dan bayi (AKI AKB) bisa ditekan ke titik paling rendah,” tegas Deden yang mengaku untuk menurunkan AKI dan AKB tak cukup dilakukan oleh sektor kesehatan.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Khusus (Yankesus) Dinkes Pandeglang Hj. Eniyati, mengatakan paraji hingga saat ini masih yang mendapat kepercayaan masyarakat bisa membantu dan melancarkan proses persalinan. Namun kata Eni tidak jarang pula proses persalinan lewat paraji ini menimbulkan persoalan dan berdampak langsung pada peningkatan angka kematian ibu an anak.
“Paraji saat bertugas mengandalkan kearifan lokal namun minim pengetahuan medis. Ini berbahaya terutama saat menemukan situasi kegawatdaruratan,” kata Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Pandeglang ini.
Peneliti CSIS Muhaemin menerangkan, lembaga CSIS yang berpusat di Jakarta saat ini tengah melakukan kajian guna memetakan kebijakan program penurunan AKI di Indonesia. “Kabupaten Pandeglang menjadi bagian dari penelitian ini yang direncanakan sampai bulan Juli 2015,” terangnya.
Ditambahkan, selain pengumpulan data dan wawancara di SKPD dinas kesehatan, pihaknya juga melakukan hal sama kepada pemangku kepentingan lainnya di lingkungan Pemkab Pandeglang.

7 Des 2014

CSIS Kaji Kebijakan Program Penurunan AKI di Pandeglang


Kadinkes H. Deden Kuswan menerima kunjungan peneliti CSIS

KEBERADAAN dukun beranak (paraji red) sulit dipisahkan dalam kehidupan masyarakat Pandeglang. Dinkes Kabupaten Pandeglang mencatat ada sebanyak 867 paraji di seluruh wilayah Pandeglang sementara jumlah bidan jumlahnya 689 orang.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Khusus (Yankesus) Dinkes Pandeglang Hj. Eniyati, SKM, M.Kes mengatakan paraji hingga saat ini masih yang mendapat kepercayaan masyarakat bisa membantu dan melancarkan proses persalinan. Namun kata Eni tidak jarang pula proses persalinan lewat paraji ini menimbulkan persoalan dan berdampak langsung pada peningkatan angka kematian ibu an anak (AKI dan AKB).
“Paraji saat bertugas mengandalkan kearifan lokal namun minim pengetahuan medis. Ini berbahaya terutama saat menemukan situasi kegawatdaruratan sehingga menimbulkan kematian,” jelas Eniyani disela menerima kunjungan peneliti Centre for Strategic and Internasional Studies (CSIS) di Kantornya, Kamis (4/12).
Hadir dalam acara tersebut Kepada Dinkes Pandeglang H. Deden Kuswan, Kepala Subag Perencanaan dan Evaluasi Program Dinkes Pandeglang Damanhuri, SE serta peneliti lokal CSIS Muhaemin, S.Sos
Masih kata Eniyati, tingginya kepercayaan masyarakat terhadap paraji ini menjadi tantangan bagi para bidan terutama yang bertugas di desa. “Untuk meningkatkan persalinan oleh bidan Dinkes terus melakukan pembinaan dan kemitraan dengan paraji di semua desa tanpa menghilangkan peran paraji itu sendiri di masyarakat baik secara ekonomis maupun status sosial,” katanya.
Kadinkes Pandeglang H. Deden Kuswan mengatakan, menjalin kerjasama antara paraji dan bidan ini sudah berhasil dilakukan misalnya di Kecamatan Munjul dan Cikeusik yang sekarang menjadi percontohan kemitraan bidan-paraji. “Kami ingin kerjasama ini bisa dilakukan menyeluruh sehingga risiko kematian akibat persalinan benar-benar bisa ditekan,” terangnya.
Deden mengaku untuk menurunkan AKI dan AKB tak cukup dilakukan oleh sektor kesehatan.
“Kami yakin keberhasilan ini belum maksimal dan harus terus digencarkan dengan dukungan lintas sektor dan masyarakat sehingga AKI AKB bisa ditekan ke titik paling rendah,” tandasnya.
Peneliti CSIS Muhaemin menerangkan, lembaga CSIS yang berpusat di Jakarta saat ini tengah melakukan kajian guna memetakan kebijakan program penurunan AKI di Indonesia. “Kabupaten Pandeglang menjadi bagian dari penelitian ini yang direncanakan sampai bulan Juli 2015,” terangnya.
Ditambahkan, selain pengumpulan data dan wawancara di SKPD dinas kesehatan, pihaknya juga melakukan hal sama kepada pemangku kepentingan lainnya diantara BP3AKB Pandeglang, Disdik, Bappeda hingga dinas sosial.