4 Des 2011

Perlu Peran Keluarga Cegah HIV/AIDS

PERAN keluarga, terutama orang tua sangat diperlukan untuk mencegah penularan penyakit HIV/AIDS yang saat ini memprihatinkan, termasuk di Provinsi Banten.
Ketua KPA Provinsi Banten Arief Mulyawan menjelaskan penanggulangan penyakit yang mematikan tersebut, harus melibatkan semua komponen, termasuk pemerintah daerah, aparat, tokoh agama, pers, dan organisasi kemasyarakatan.
“Saya minta para orang tua membantu pencegahan penyebaran HIV/AIDS dengan cara mengawasi pergaulan anak-anaknya, karena jika sudah tertular akan menghancurkan keluarga sendiri,” katanya.
Penularan penyakit HIV/AIDS, di antaranya melalui penggunaan jarum suntik bergantian oleh pencandu narkoba, sering berganti pasangan, transfusi darah dari penderita, pemberian air susu dari orang tua yang tertular pada bayinya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Dais Iskandar, juga mengharapkan para orang dan keluarga secara umum agar bisa berperan aktif dalam membentu pemerintah menanggulangi serta memutus mata-rantai penyebaran penyakit tersebut.
“Upaya pemerintah untuk memberantas dan memutus penyebaran HIV/AIDS tidak akan berhasil secara optimal, tanpa dibantu masyarakat, terutama para orang tua yang memiliki anak usia remaja,” katanya.
Ia mengaku pada setiap kesempatan terus mengajak para orang tua untuk memperhatikan anak-anaknya, agar tidak terjerumus pada prilaku menyimpang, seperti penyalahgunaan narkotika dan hubungan bebas.
Guna mencegah penyebaran panyakit itu, Dinas Kesehatan terus melakukan sosialisasi baik pada keluarga korban maupun masyarakat termasuk di kalangan pelajar dan mahasiswa sehingga diharapkan mereka bisa melakukan upaya pencegahan sejak dini.
“Keluarga harus terlibat langsung dalam penanggulangan HIV/AIDS agar penularan penyakit itu bisa dilakuka sejak dini,” kata Iskandar
Wakil Direktur Pelayanan RSUD Kota Cilegon Dr Indera Adriani, yang juga menjelaskan untuk mencegah penularan virus HIV/AIDS yang lebih luas, perlu keterlibatan dan kerjasama semua pihak.
“Semua pihak mulai dari masyarakat, ulama, kepolisian, Badan Narkotika, Dinas Kesehatan, hingga dari kalangan keluarga dan orang tua harus terlibat aktif dalam penanggulangan HIV/AIDS,” katanya.
Menurut dia, keterlibatan keluarga, lingkungan, dan orangtua sangat akan membantu memberikan penyadaran kepada genersi muda khususnya akan bahaya penyakit HIV/AIDS.
Selain itu, juga harus ada pemahaman dan pendidikan yang cukup dari keluarga dan orangtua, agar generasi muda tidak terjerumus pada hal-hal negatif.
Memprihatinkan
Penyebaran HIV/AIDS di Provinsi Banten, sudah berada pada taraf memprihantinkan, dan jika tidak dilakukan penanggulangan secara maksimal bisa lebih parah.
“Jumlah penderita HIV/AIDS di Banten saat ini tercatat 1.800 orang, dan bisa terus bertambah kalau semua pihak tidak berupaya menanggulangi penyebarannya,” kata Ketua Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Provinsi Banten Arief Mulyawan.
Selama periode Januari 1998-September 2010, jumlah penderita penyakit yang hingga kini belum ditemukan obatnya itu, mencapai 92 orang.
Korban akibat penyakit mematikan itu, kemungkinan akan terus berjatuhan, mengingat masih banyaknya orang dengan HIV/Aids (Odha) di provinsi itu.
“Kemungkinan jumlah penderita HIV/AIDS yang meninggal akan bertambah hingga akhir 2010,” katanya.
Jumlah penderita HIV/AIDS setiap tahun terus meningkat, sehingga perlu adanya pencegahan mulai dari keluarga hingga lingkungan.
Yang memprihatinkan, sebagian besar penderita yang meninggal dunia tersebut berusia produktif atau berkisar 15 tahun-35 tahun.
Dari beberapa penyebab penularan HIV/AIDS yang paling dominan karena penggunaan jarum suntik secara bergantian, oleh para pencandu narkoba.
“Penggunaan jarum suntik narkoba tersebut tentu penularanya lebih cepat dibandingkan hubungan seks bebas dan lainnya,” katanya.
Sementara penularan penyakit HIV/AIDS melalui hubungan seks bebas, menurut dia, relatif kecil karena banyak yang menggunakan kondom.
Di Kota Cilegon Provinsi Banten, sebanyak 12 orang Odha meninggal, setelah mendapat perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah setempat selama beberapa waktu terakhir.
“Ada 12 penderita HIV/AIDS meninggal dunia setelah menjalani perawatan dirumah sakit,” kata Wakil Direktur Pelayanan RSUD Kota Cilegon Dr Indera Adriani.
Secara grafik penderita HIV/AIDS di Kota Cilegon yang dirawat di RSUD terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
“Sejak 2009 hingga Nopember 2010 ini tercatat sebanyak 41 orang terinfeksi HIV/AIDS. Dari jumlah itu, sebagian besar diantaranya tertular dari penggunaan jarum suntik dan hubungan seks bebas yang tidak aman,” katanya menjelaskan.
Berdasarkan data yang ada, penderita HIV/AIDS setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada periode yang sama, tahun 2010 meningkat tajam jumlahnya.
“Pada 2009 hanya tercatat sebanyak 22 pasien penderita AIDS. Umumnya penderita HIV/AIDS itu laki-laki dan pasangan gay, berusia mulai 25 hingga 39 tahun,” ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Dais Iskandar, menjelaskan tiga penderita HIV/AIDS di daerah meninggal selama 2010.
“Pada 2010, kita mendapat laporan tiga orang penderita HIV/AIDS meninggal, berarti dalam tiga tahun terakhir ini sudah 14 penderita yang meninggal,” katany.
Ia juga menjelaskan, selama 2010 tidak ada temuan baru penderita HIV/AIDS, dan yang dilaporkan meninggal itu, kemungkinan penderita yang terjangkit penyakit itu pada tahun sebelumnya.
Sejak 2004 Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang menemukan 19 penderita HIV/AIDS dan 11 di antaranya terindentifikasi pada 2008 dan 2009, tahun ini tidak ada temuan baru.
“Khusus yang ditemukan pada 2008 sebanyak enam orang dan 2009 sebanyak lima orang, seluruhnya telah meninggal,” ujarnya.
Menurut dia, sebagian besar atau 80 persen penderita HIV/AIDS di daerah itu tertulur virus mematikan itu melalui jarum suntik, dan mereka merupakan korban dan penyelahgunaan Narkoba.
Ia juga menjelaskan, seluruh penderita itu merupakan warga setempat namun selama ini mereka merantau ke daerah lain bahkan menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri.
“Di perantuan itulah mereka terjangkit virus HIV/AIDS dan setelah penyakitnya parah kembali ke Pandeglang,” ujarnya.
Iskandar juga tidak memastikan jumlah penderita penyakit itu di daerah tersebut, bisa saja yang sebenarnya jauh lebih besar dari yang terindentifikasi, karena gejalanya bagaikan gunung es yang tampak kecil dipermukaan tapi di bawahnya besar.
“Korban yang terindentifikasi itu karena mereka berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Berkah atau Puskesmas, sedangkan yang tidak memeriksanakan diri tidak diketahui,” tegasnya.
Dais juga menjelaskan, dari 14 orang penderita HIV/AIDS di Kabupaten Pandeglang yang meninggal dunia, satu di antaranya merupakan anak berusia di bawah tujuh tahun.
“Penderita HIV/AIDS yang terindentifikasi meninggal dunia merupakan anak-anak yang usianya masih di bawah tujuh tahun,” kata Dais Iskandar.
Anak malang itu meninggal setelah dinyatakan terinfeksi penyakit itu, karena tertular dari orang tuanya yang memang terjangkit virus tersebut.
“Ibu dari anak itu merupakan pekerja seks komersial (PSK), karena itu ketika melahirkan anaknya juga tertular penyakit itu dan setelah berusia tujuh tahun akhirnya meninggal,” katanya. B/Z003 (T.S031/B/Z003/Z003) 05-02-2011 11:39:18 NNNN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar