13 Nov 2011

Peran Media Penting Dalam Media Pembelajaran Tentang HIV/AIDS



PERAN media massa baik cetak maupun elektronik sangat penting dalam penyampaian informasi yang benar tentang suatu kejadian kasus HIV/AIDS. Hal itu dikarenakan masih banyak masyarakat yang belum secara utuh terpapar informasi soal HIV/AIDS.

Akibat ketidaktahuan itu menjadi  sebab semakin tingginya tingkat penularan HIV/AIDS baik dikalangan dewasa maupun remaja dan kelompok berisiko seperti Penjaja Seks Komersial (PSK) atau Pengguna Jarum Narkoba Suntik (Penasum).

Hal itu disampaikan Wartawan Pegiat  Penanggulangan AIDS, Syaiful W. Harahap dalam pemaparannya di hadapan puluhan wartawan media cetak dan elektronik di Oproom 3 Setda Pandeglang, Jum’at (11/11).

Hadir dalam acara yang dikemas sebagai orientasi penulisan berita AIDS yang komprehensif untuk wartawan Pandeglang  ini diantaranya sejumlah pengurus dan anggota Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Pandeglang maupun perwakilan KPA Banten.

Lebih jauh Bang Syaiful sapaan akrab wartawan spesialis dalam penulisan HIV/AIDS yang telah berkiprah selama 20 tahun terakhir ini menilai perhatian media massa terhadap AIDS sebagai berita terbilang sangat rendah.
“Tingkat pemahaman sebagian besar terhadap HIV/AIDS sebagai fakta medis sangat rendah sehingga diperlukan pelatihan wartawan secara sistematis sebagai bagian dari critical mass.,” jelasnya.

Selain berbagi ilmu tentang jurnalistik, Syaeful juga menjelaskan beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam penulisan berita tentang AIDS diantaranya perlunya pemberitaan yang kontinyu tidak terpokus pada isu kasus HIV/AIDS yang terjadi, termasuk penggunaan bahasa yang benar dan tidak menyimpang. Menurut dia, peran media menjadi strategis sebagai media pembelajaran dengan memberikan pemahaman bagi masyarakat tentang HIV/AIDS.

“Berita HIV/AIDS biasanya hanya reaktif yang selalu menunggu kejadian atau peristiwa, seperti pembeberan hasil surveilans tes HIV di kalangan PSK dan waria, kasus HIV terdeteksi di PMI, termasuk kalau pasien meninggal di rumah sakit,” paparnya.
Padahal kata Syaiful, dibalik kejadian AIDS banyak ditemukan data, fakta atau informasi tentang HIV/AIDS yang layak jadi berita.

50 persen meninggal
Sementara itu dalam pemaparan sebelumnya, Dr. Hj. Asmani Raneyanti menyampaikan situasi dan kondisi penyebaran HIV/AIDS di Kabupaten Pandeglang, termasuk intervensi dan langkah-langkah kegiatan yang telah dilaksanakan selama ini.
Asmani mengungkapkan sejak tahun 2004 hingga saat ini jumlah penderita HIV/AIDS positif di Pandeglang sebanyak 32 dan setengah dari penderitanya  (50%) telah meninggal karena AIDS.Sejumlah langkah konkret koordinasi dengan SKPD terkait telah dilakukan KPA Pandeglang untuk terus menekan angka penularan HIV/AIDS hingga saat ini, termasuk dengan melakukan screening (tes HIV), terutama dikalangan kelompok berisiko seperti lembaga pemasyarakatan, tempat lokalisasi PSK maupun melakukan pemetaan kelompok resiko tinggi lainnya.

Dia mengakui, penanggulangan HIV/AIDS di Pandeglang masih perlu dorongan semua pihak termasuk media massa. Sedangkan beberapa kegiatan penanggulangan yang dilakukan, menurut penjelasan Asmani hingga saat ini diantaranya berupa sosialisasi, Investigasi dan penanggulangaan kasus HIV/AIDS termasuk memfasilitasi perujukan kasus, Komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pada keluarga kasus cara penularan HIV/AIDS dan cara perawatan penderita HIV/AIDS serta Survey Kualitatif  bekerjasama dengan Laz-Harfa dengan menelusuri populasi kunci (Waria/Gay dan WPS) dan melakukan VCT dan Sero Survey serta menggambarkan daerah resiko (titik spot) penyebaran HIV/AIDS di Kabupaten Pandeglang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar