7 Jul 2014

Kadinkes Pandeglang Ajak Tetap ber-PHBS di Bulan Ramadhan



BANYAK tantangan yang dihadapi dalam menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Masih banyaknya iklan rokok yang ada di media cetak maupun elektronik, makanan dan minuman cepat saji yang kurang sesuai dengan prinsip gizi seimbang, serta belum diterapkannya kampanye PHBS melalui kawasan tanpa rokok (KTR).
Oleh karena itu, bagaimana upaya penerapan indikator sepuluh PHBS di lingkungan keluarga, tentu sangat tergantung dari kesadaran dan peran aktif masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya masing-masing. Sebab, upaya mewujudkan lingkungan yang sehat akan mendukung pola perilaku kehidupan masyarakat yang sehat secara berkesinambungan.
Kepala Dinas Kesehatan (dinkes) Pandeglang H. Deden Kuswan mengatakan PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan.
“PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber PHBS yang menerapkan 10 indokator PHBS yakni persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah sekali seminggu, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, serta tidak merokok di dalam rumah,” katanya.
Menurut Kadinkes setiap keluarga dianjurkan untuk melaksanakan semua perilaku kesehatan tersebut, karena banyak manfaatnya diantaranya setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit, anak tumbuh sehat dan cerdas, anggota keluarga giat bekerja hingga menyentuh aspek ekonomi keluarga. “Kalau keluarga sehat akan berdampak pada menurunkan biaya untuk pengobatan, sehingga pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga,” terang H. Deden Kuswan.
Ia mengungkapkan, upaya promosi kesehatan melalui penerapan PHBS di rumah tangga ibarat kata pepatah, mencegah lebih baik daripada mengobati. Akan jauh lebih baik untuk menjaga diri tetap sehat daripada mencari pengobatan saat keadaan penyakit sudah berkembang. “Untuk mencapai hidup sehat ini sebenarnya sebuah pilihan bagi masyarakat, tetapi pelaksanaannya memang sangat dipengaruhi oleh keluarga, pengaruh sosial, dan termasuk lingkungan,” ungkapnya.
H. Deden Kuswan menegaskan, berkaitan dengan bulan Ramadhan, pihaknya mengajak warga untuk menerapkan tiga gaya hidup sehat dengan tetap berPHBS seperti makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, serta tidak merokok.
“Bagi perokok, saat ini adalah waktu yang tepat bagi orang yang memiliki tekad yang kuat untuk meninggalkan rokok. Waktu puasa adalah kesempatan yang baik untuk meninggalkan rokok karena sepanjang siang seseorang harus menahan diri dari merokok,” katanya.
Menurut orang nomor satu di Dinkes Pandeglang itu, kunci dari keberhasilan berhenti merokok ini pada dasarnya terletak pada keinginan yang kuat untuk berhenti merokok dan kemudian dengan bulan puasa akan membuat usaha berhenti merokok menjadi lebih mudah.
“Bagi yang masih belum bisa menghentikan kebiasaan merokok, saya mengimbau setiap anggota keluarga untuk tidak merokok di dalam rumah, karena rumah adalah tempat berlindung, termasuk dari asap rokok,” imbaunya.
Dia memaparkan, rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya, di antaranya yang paling berbahaya adalah Nikotin, Tar, dan Carbon Monoksida (CO). Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusak jantung dan aliran darah. Tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker. CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati.
“Saya juga mengajak perokok pasif harus berani menyuarakan haknya untuk tidak menghirup asap rokok,” tandasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar