8 Apr 2011

Seberapa Perlukah Obat Untuk Atasi Diare Pada Orang Dewasa ?


DIARE akut tanpa komplikasi pada orang dewasa, secara umum bisa diobati sendiri. Pedoman pengobatan sudah banyak dibuat, hanya saja tidak konsisten. Kadang-kadang kontradiktif dan lebih sering berupa dogma daripada berdasarkan bukti.

Sebuah kelompok yang terdiri dari 7 ahli tingkat dunia dari berbagai disiplin ilmu telah dibentuk. Kelompok ini meneliti kembali berbagai petunjuk pengobatan yang rasional dan memeriksa validitas dari berbagai pengobatan yang berbeda, sehingga diperoleh suatu petunjuk pengobatan berdasarkan bukti dan dapat diaplikasikan secara luas. Penting untuk memberi tekanan bahwa tujuan pembuatan guideline ini adalah untuk merumuskan standar pengobatan sendiri pada orang dewasa yang masih kuat.

Kelompok peneliti ini mengulas banyak makalah mengenai diare dari Medlines untuk melihat apakah benar bahwa diare adalah mekanisme pertahanan. Disimpulkan bahwa anggapan diare sebagai mekanisme pertahanan terlihat sebagai logika yang tidak terlalu mendalam, terutama jika diare tersebut disebabkan oleh patogen.

Sulit untuk menjelaskan bagaimana diare dapat menghilangkan patogen yang sudah melekat di fimbrae dan mengurangi sekresi yang disebabkan oleh toksin yang sudah melekat kuat di mukosa usus. Atau, pada kasus diare karena virus, bagaimana bisa meningkatkan absorbsi jika mukosanya sudah rusak. Pada pasien karena AIDS atau infeksi parasit dengan perubahan respons imun, diare tidak melenyapkan patogen. Lebih jauh, hipotesis mengenai mekanisme pertahanan tidak cocok untuk diare yang lain, seperti diare karena diabetes, stres, atau hipertiroid yang tidak ada hubungannya dengan patogen.

Diare merupakan penyakit yang sangat sering terjadi di Indonesia, terutama bila dibandingkan dengan negara maju. Penyebab diantaranya sambal atau makanan lain yang merangsang, virus, toksin kuman stafilokok dalam makanan basi, intoleransi terhadap susu, dan sebagainya.

Boleh dikata hampir semua orang di Indonesia pernah mengalami diare aspesifik, yang biasanya berhenti sendiri tanpa pengobatan. Namun diare aspesifik juga dapat menjadi kronis dan kadang-kadang menimbulkan komplikasi berat bila tidak ditangani dengan benar.

Bila diare hanya beberapa kali sehari dan berhenti dalam 1-2 hari hal ini tidak perlu penanganan khusus. Tetapi bila defekasi sering, sampai 8-15 kali sehari, disertai perut mules, feses cair dan banyak, maka perlu diwaspadai. Bahaya terbesar ialah kehilangan cairan tubuh dan garam, terutama natrium dan kalium, apalagi bila terjadi berhari-hari. Terutama orang tua dan bayi peka sekali dan mudah berakhir dengan dehidrasi dan, tidak jarang, kematian. Hal ini sebenarnya mudah dicegah dan diobati.

Pengobatan dengan oralit merupakan penemuan terbesar jaman ini menurut WHO. Tetapi banyak dokter dan pasien tidak sadar untuk memakai obat sederhana ini dari mulanya. Hal ini agaknya disebabkan karena oralit tidak langsung dirasakan manfaatnya untuk menghentikan diare dan malah dapat menginduksi muntah.

Semua ini terjadi karena WHO, UNICEF, dan Departemen Kesehatan tidak memberitahu cara pemakaian oralit yang benar. Bila oralit dicampur 1 sachet dalam segelas (200 cc) air dan diteguk sekaligus maka sering penderita akan muntah dan terasa akan buang air besar lagi.

Cara minum oralit ini salah.
Yang benar ialah bahwa larutan oralit harus diteguk sedikit demi sedikit, 2-3 teguk dan berhenti 3 menit untuk memberi kesempatan oralit diserap oleh usus dan menggantikan garam dan cairan yang hilang dalam feses. Prosedur ini harus diulang terus menerus sampai 1 gelas habis.
Bila diare masih berlanjut secara profus maka minum oralit harus diteruskan sampai beberapa bungkus/gelas (3-8) sehari. Tindakan ini biasanya akan menghentikan diare dengan cepat dan efisien.

Pengobatan Diare

Tidak selamanya diare itu buruk. Sebenarnya diare adalah mekanisme tubuh untuk mengeluarkan racun dari dalam tubuh. Racun yang dihasilkan oleh virus, bakteri, parasit dan sebagainya akan dibuang keluar bersama dengan tinja yang encer. Kehilangan cairan tubuh yang mengandung elektrolit penting adalah penyebab kematian pada penderita diare.

“Kondisi yang disebut dehidrasi ini berbahaya karena dapat menimbulkan gangguan irama jantung dan menurunkan kesadaran pasien. Jangan anggap remeh, kalau tidak diatasi bisa menimbulkan kematian Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare, . Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang.

Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien.
Mereka juga mengkaji berbagai pilihan terapi diare akut pada orang dewasa. Studi farmakologi dan studi klinis juga memeriksa dosis, jadwal pemberian (contoh, seperti profilaksis dan terapi akut), dan hubungannya dengan efektivitas klinis serta pengobatan sendiri pada diare akut dewasa. Secara umum diakui bahwa pengobatan diare akut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan disfungsi sosial yang terjadi. Tidak ada bukti bahwa pengobatan sendiri dapat memperpanjang penyakit, bahkan cukup aman bagi pasien dewasa.

Pilihan terapi diare akut yang dikaji meliputi cairan rehidrasi oral (CRO), probiotik, adsorbent, dan beberapa obat antidiare. Hasil yang diperoleh di antaranya CRO tidak mengurangi lamanya diare atau mengurangi frekuensi diare. CRO juga tidak memberikan manfaat yang berarti bagi orang dewasa yang dapat menjaga asupan cairannya selama diare.

Sementara itu, hanya ada sedikit bukti bahwa pengobatan dengan probiotik pada manusia mengurangi kolonisasi pathogen atau melindungi dari organisme seperti Vibrio cholera atau E. coli. Adsorbent bekerja dengan mengikat air sehingga mengurangi cairan yang keluar bersama diare. Tetapi, selain memiliki efek samping yang rendah, adsorbent tidak memberikan banyak manfaat pada orang dewasa yang terkena diare akut.

Obat antidiare yang lebih lama seperti opium, morphine, dan codein memang efektif mengatasi diare, tapi memiliki efek sentral. Secara umum, efektivitasnya lebih rendah dibanding loperamide. Karena itu, loperamide oral adalah pilihan utama terapi. Loperamide adalah peripheral acting opiate, yang tidak berpotensi untuk disalahgunakan.

Obat ini tidak melewati sawar darah otak dan sulit mencapai sirkulasi sistemik karena ekstraksi yang ekstensif di hati serta ekskresi melalui tinja. Loperamide memiliki banyak efek antiekskresi, beberapa di antaranya tidak dimediasi oleh reseptor opiat.

Pada orang dewasa sehat, dosis terapeutik sebesar 4 mg tidak secara signifikan memperlambat transit orocaecal. Dosis yang lebih besar atau pengulangan dosis yang mempertinggi konsentrasi obat di sirkulasi enterohepatik, memperlambat jejunum atau transit orocaecal. Tapi, pada keadaan diare dosis terapi tersebut akan menormalkan transit. Bukti dari studi yang terkontrol memperlihatkan loperamide tidak memiliki efek yang tidak baik untuk kasus infeksi non-disentri pada diare perjalanan (tanpa demam tinggi atau darah di tinja), meskipun disebabkan oleh E. coli, Shigella, Campylobacter atau Salmonella, baik monoterapi maupun dikombinasi dengan antibiotik. Jika dikombinasi dengan antibiotik, loperamide akan mengurangi frekuensi diare dan memperpendek durasi diare.

Secara singkat, panel ahli merekomendasikan pedoman pengobatan diare akut dewasa sbb.:

* Intake cairan:
Sebaiknya dikonsumsi sesuai dengan rasa haus yang timbul. Dianjurkan untuk minum cairan yang mengandung glukosa (limun, soda manis, jus buah) atau sup yang mengandung banyak elektrolit.

* Cairan rehidrasi oral:
Meskipun sangat penting untuk kasus diare pada anak-anak, ORS tidak diperlukan untuk orang dewasa sehat yang terkena diare. Tidak ada bukti bahwa ORS dapat menyembuhkan atau memperpendek masa diare.

* Intake makanan:
Sebaiknya konsumsi makanan padat tetap dilakukan sesuai selera. Tidak ada bukti bahwa memakan makanan padat akan menghambat penyembuhan. Makanan kecil yang ringan dianjurkan. Makanan berlemak, berat, pedas, atau merangsang (kafein, termasuk yang terdapat dalam minuman yang mengandung cola), sebaiknya dihindari. Menghindari laktosa di dalam makanan (seperti susu) mungkin akan membantu untuk kasus diare akut yang episodenya lebih panjang.

*Campur tangan dokter juga diperlukan jika tidak ada perbaikan gejala setelah 48 jam, atau ada bukti terjadinya kemunduran, seperti dehidrasi, perut kembung, atau tanda-tanda disentri (panas > 38,5ÂșC dan darah pada tinja)

OBAT DIARE
 

Obat diare dibagi menjadi  kemoterapeutika yang memberantas penyebab diare .seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan.

Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter akan menentukan obat yang disesuaikan dengan penyebab diarenya misal bakteri, parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan sebaiknya diminum sesuai petunjuk dokter

Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara berlebihan tapi juga elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare ini kemudian dapat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa penderita diare.

Penggolongan Obat Diare
 
  1. Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri penyebab diare seperti antibiotika, sulfonamide, kinolon dan furazolidon.
    1. Racecordil
      Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan ketergantungan. Racecordil yang pertama kali dipasarkan di Perancis pada 1993 memenuhi semua syarat ideal tersebut.
    2. Loperamide
      Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Efek samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen (luka di bagian perut), sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi.
    3. Nifuroxazide
      Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan.
      Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare yang disebabkan oleh E. coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik, baik digunakan untuk anak-anak maupun dewasa.
    4. Dioctahedral smectite
      Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik mukus lambung dan melawan mukolisis yang diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga dapat memulihkan integritas mukosa usus seperti yang terlihat dari normalisasi rasio laktulose-manitol urin
  2. Obstipansia untuk terapi simtomatis (menghilangkan gejala) yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara:
    1. Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus seperti derivat petidin (difenoksilatdan loperamida), antokolinergik (atropine, ekstrak belladonna)
    2. Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak (tannin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan alumunium.
    3. Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada permukaannya dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini adalah juga musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan luka-lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin (suatu karbohidrat yang terdapat antara lain sdalam buah apel) dan garam-garam bismuth serta alumunium.
  3. Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan oksifenonium.
  4. Probiotik: Terbukti tidak membantu meskipun digunakan pada awal pengobatan.
  5. Obat anti diare: Pilihan utamanya adalah loperamide 2 mg (dosis fleksibel, tergantung dari seberapa sering BAB cair yang terjadi). Anti diare lain tidak direkomendasikan karena efektivitasnya belum pasti, mula kerja yang lambat, dan potensi efek samping yang ditimbulkan. Tidak ada bukti bahwa menghambat keluarnya BAB cair akan memperpanjang penyakit. Justru telah terbukti penggunaan antidiare akan mengurangi diare dan mmperpendek durasi diare.
  6. Antimikroba: Dianjurkan untuk diberikan pada turis yang bepergian dalam travel kit beserta loperamide. Quinolone direkomendasikan sebagai pilihan utama, dan pilihan berikutnya adalah cotrimoxazole.
 Sumber : Koran Indonesia Sehat