7 Jan 2013

Bidan dan Paraji, Pendamping Setia Ibu Saat Hamil dan Melahirkan



RAUT muka para perempuan tua itu nampak begitu tenang menyimak pemaparan singkat sang pemandu acara pertemuan kemitraan ratusan Paraji dan Bidan yang digelar Dinas Kesehatan (Dinkes) Pandeglang, beberapa waktu lalu.
Mereka memiliki kharisma begitu kuat. Hal itu terpancar dari aura wajahnya yang keibuan dan tulus, tingkat kesabaran yang tinggi serta stamina yang prima untuk ukuran seusianya.
Para perempuan tua yang kerap disapa “emak” paraji (dukun beranak red) ini sampai saat ini menjadi satu salah seorang yang dipercaya masyarakat dilingkungannya, perkataan mereka digugu dan ditiru, serta mempu memberi pelayan yang handal,utamanya dalam pendampingan serta memotivasi kaum ibu saat kehamilan, maupun ketika proses melahirkan dan dimasa nifas.
Dari kerutan di pipi wajah-wajahnya jelas sosok paraji menggambarkan kematangan usia yang sarat pengalaman. Kondisinya yang kontras dengan para pendamping disebelahnya yakni para Bidan desa (Bides) yang kendati sebagian besar masih belia, namun dalam soal ketrampilan menolong persalinan boleh dibilang bidanlah ahlinya .
Wibawa paraji ditingkat lokal secara turun temurun dan alami terbentuk seiring kematangan usianya yang rata-rata “sepuh”. Ditambah kepiawaian memijat dan mengurut yang dimiliki paraji serta sentuhan pengetahuan pengobatan tradisional yang dimiliki, tak heran kalau dimasa lalu sosok “emak” paraji merupakan orang yang paling dicari ketika dalam suatu keluarga terdapat ibu hamil dan akan melahirkan.
Gelar sebagai paraji terlatihpun pernah mereka sandang. Kala itu karena masih minim tenaga bidan, pemerintah diera tahun 90-an sempat memobilisasi mereka. Waktu itu Paraji diberikan program pelatihan dan ketrampilan standar menolong persalinan untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu melahirkan dan perawatan bayi baru lahir.
Dengan demikian , ketokohan paraji sebagai orang yang dipercaya mendampingi ibu hamil dan melahirkan sudah teruji  jauh sebelum adanya program Bides yang diterjunkan baru belasan tahun belakangan ini.
Kemitraan Bidan-Paraji
Kepala Seksi Kesehatan Ibu, Anak dan Remaja (KIAR) Dinkes Pandeglang Bidan Hj. Eniyati, SKM. mengatakan saat ini semua wilayah desa/kelurahaan di Kabupaten Pandeglang sudah memiliki bidan, bahkan ada beberapa wilayah yang ditempati lebih dari seorang bidan.
Namun diakui bagi sebagian anggota masyarakat peran paraji sebagai pendamping proses persalinan keberadaannya masih dibutuhkan.
“Oleh karena itu “emak” paraji harus dirangkul, diajak kerja sama (kemitraan red), terutama oleh para Bidan yang bertugas memberikan pertolongan persalinan di tingkat desa,”  terang Eniyati disela-sela temu kemitraan ratusan paraji dan Bides se Kabupaten Pandeglang, Kamis (3/1).
Dia menjelaskan, tugas dan fungsi bidan sesuai profesi tetap sebagai penolong persalinan ibu melahirkan, sedangkan paraji berperan sebagai pendamping atau membantu pasca persalinan, termasuk merujuk bila ada ibu hamil atau akan melahirkan.
Eniyati yang juga Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kabupaten Pandeglang  menegaskan kemitraan bidan paraji akan terus diperkuat dalam rangka menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Pandeglang.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Khusus (Yankesus) Dinkes Pandeglang dr. Kodiat Juarsa mengatakan, masih tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) salah satu sebabnya, akibat ibu hamil dan saat melahirkan tidak mendapatkan pelayanan kebidanan yang berkualitas. Menurutnya, pelayanan yang berkualitas itu bisa didapatkan warga desa  apabila ibu hamil mau memanfaatkan keberadaan bidan yang sudah ditempatkan di seluruh desa/kelurahan. “Sekarang sudah ada program jaminan persalinan (Jampersal). Masyarakat tinggal memanfaatkan pelayanan kebidanan yang telah disediakan, apakah itu mau di bidan desa atau ke puskesmas, silahkan,” katanya seraya mengingatkan para bidan untuk terus menjalin komunikasi yang efektif guna menjalin kemitraan dengan paraji di tempat tugas masing-masing. 
Dia menegaskan kedudukan bidan dan paraji setara dalam kemitraan. Keduanya, jika menjalan tugas fungsi dan peran dengan baik, bisa menjadi tokoh kunci dalam percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Pandeglang.
Permainan dan Lomba
Sementara itu Kepala Seksi Promosi Kesehatan (Promkes) Dinkes Pandeglang Yudi Hermawan, SKM yang dinobatkan sebagai pemandu acara mengungkapkan, pertemuan kemitraan bidan dan paraji ditujukan untuk membangun komunikasi yang lebih baik antar petugas kesehatan, bidan dan paraji. Makanya, kegiatan yang digelar dirancang secara sederhana tanpa ada pembekalan materi ceramah, melainkan dalam bentuk permainan yang menarik dan lomba-lomba yang menghibur.
Dijelaskan, selain para Bidan desa dan paraji yang hadir dalam pertemuan kemitraan antara lain para kepala puskesmas dan Bidan koordinator  (Bidkor) dari 19 puskesmas yakni Puskesmas Kadomas, Cikole, Pagadungan, Majasari, Banjar, Mekarjaya, Saketi, Cikeudal, Labuan, Panimbang, Cibitung, Cibaliung, Cimanggu, Sumur, Cikeusik, Sindangresmi, Pagelaran, Perdana, dan Puskesmas Patia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar