4 Jan 2013

Turunkan AKI & AKB, Dinkes Perkuat Kemitraan Bidan - Paraji



PERAN “emak” paraji (dukun beranak red) sebagai sosok tokoh perempuan yang dituakan dan dipercaya ibu hamil (bumil) saat proses kelahiran sudah ada sejak jaman dahulu. Keberadaannya dipastikan muncul sejak awal peradaban manusia di muka bumi, meski dengan istilah sebutan yang berbeda-beda di setiap daerah dan negara. Secara alamiah saat itu dan sebagai manusia yang memiliki akal budi, paraji diperlukan guna mengantarkan seorang ibu melahirkan secara manusiawi mulai ketika hamil, hingga mengiringi proses persalinan dan merawat ibu dan bayinya sekaligus.
Tradisi itu sudah berlangsung turun temurun, melampaui ruang dan waktu yang sangat panjang sampai sekarang.Oleh karena itu tak mudah merubah kebiasaan tersebut, apalagi serta merta menghilangkan peran paraji yang konon memiliki kelebihan soal pelayanan paripurnanya seperti mampu memijat atau memcuci pakaian ibu melahirkan.  
Kondisi saat ini, eksistensi paraji masih banyak ditemui baik di kota terlebih dipedesaan, kendati seluruh desa/kelurahan di Kabupaten Pandeglang sudah ditempati para bidan. Namun, seiring perkembangan ilmu kebidanan dan pengetahuan masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat, memang peran paraji mulai bergeser. Namun eksistensinya di mata warga setempat tak tergantikan. Setidaknya, bagi sebagian anggota masyarakat peran paraji sebagai pendamping proses persalinan keberadaannya masih dibutuhkan.
Peran paraji yang masih eksis di Kabupaten Pandeglang itu diakui Kepala Seksi Kesehatan Ibu, Anak dan Remaja (KIAR) Dinkes Pandeglang Bidan Hj. Eniyati, SKM.
Dia mengatakan, selain proses persalinan harus ditangani tenaga kesehatan terlatih (bidan red), masih banyak ibu hamil di wilayah Pandeglang yang melahirkan ingin didampingi paraji. Karenanya, tutur Eniyati paraji sekarang perlu dirangkul, diajak kerja sama (kemitraan red), terutama oleh para Bidan yang bertugas memberikan pertolongan persalinan
“Kemitraan paraji dengan bidan terutama yang ditempatkan sebagai bidan desa (Bides) tidak mengesampingkan peran paraji dilingkungannya. Tugas dan fungsi bidan tetap sebagai penolong
persalinan ibu melahirkan, sedangkan paraji berperan sebagai pendamping atau membantu pasca persalinan, termasuk merujuk bila ada ibu hamil atau akan melahirkan” jelas Eniyati disela-sela mengikuti pertemuan kemitraan bidan-paraji yang diikuti puluhan paraji perwakilan 19 puskesmas se Kabupaten Pandeglang, Kamis (3/1) kemarin.
Eniyati yang juga Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kabupaten Pandeglang mengungkapkan, dalam proses kemitraan yang telah digalang para bidan desa Kabupaten pandeglang sejak sepuluh tahun lalu itu, keduanya telah menyepakati peran masing-masing. “Kemitraan bidan paraji akan terus kita perkuat dalam rangka menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Pandeglang,” tandasnya. (red)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar