6 Apr 2013

Dokter Ubes Fokus Melayani Penyandang Difabel



ANAK berkebutuhan khusus (ABK) atau sekarang lebih dikenal dengan istilah difabel (different ability people) seperti  tunanetra (buta red), tunarungu-wicara (bisu-tuli red), tunagrahita (keterbelakangan mental red) dan lain-lain banyak dijumpai di lingkungan masyarakat. Keberadaan penyandang difabel tentu memerlukan perlakuan khusus baik dalam aspek pendidikan maupun perhatian orang tua. Hal itu karena proses tumbuh kembang anak difabel, telah mengalami kelainan baik secara fisik, mental dan emosional atau tingkahlakunya. Itulah mengapa penyandang difabel dipandang dengan perasaan iba bagi yang melihatnya.
Namun berbeda dari kebanyakan orang, Dokter yang satu ini bergerak hatinya tak sebatas pada modal belas kasihan, melainkan pada kesadaran bahwa anak difabel juga memiliki hak yang sama dengan anak-anak pada umumnya.
“Dahulu kebanyakan orang menyebut  mereka dengan “Anak Cacat”, walaupun sebenarnya anak-anak difabel  sama seperti anak-anak normal lainnya. Tinggal bagaimana mengembangkan potensi yang dimiliki dengan bantuan orang tua (orang terdekat red),” kata Dokter Ubes, panggilan sehari-hari Dr. H. Achmad Chubaesi Yusuf, Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (Sp.KFR) usai menjadi fasilitator pelatihan bagi keluarga difabel yang digelar Yayasan Harapan Dhuafa (Harfa) di Cottage Villa Carita Asri, Pandeglang, baru-baru ini.
Menurut dokter Ubes, anak penyandang difabel juga memerlukan perlakuan khusus dari orang terdekat. “Kita harus merubah ‘mintsed’ (cara pandang red) yang beranggapan difabel itu lemah. Disinilah pentingnya motivasi dan perhatian dari keluarga,” tuturnya.
Ditambahkan, baginya menjadi dokter mungkin sudah pilihan terbaik dari Tuhan, sehingga dengan demikian, melalui karirnya sekarang sebagai dokter spesialis rehabilitasi medik  disejumlah rumah sakit (RS) di Provinsi Banten, kini ia dedikasikan ilmu dan kemampuan yang dimiliki untuk fokus melayani penyandang difabel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar