19 Jan 2014

Melatih Keluarga Penyandang Difabel Agar Mendiri


MEREKA yang difabel juga manusia yang memiliki potensi yang sama dengan manusia yang dianggap “normal”. Masalahnya adalah mereka sering dibandingkan dengan manusia yang memiliki kelengkapan anggota tubuh dalam beraktifitas, sehingga panyandang cacat termarjinalkan baik pendidikannya, pekerjaan, sosial, maupun politik.
Image miring itu yang hendak dirubah oleh para relawan Lembaga Harapan Dhuafa (Harfa) Banten Cabang Pandeglang kembali melatih keluarga difabel yang berasal dari Kecamatan Angsana, Cigeulis, Saketi dan Kecamatan Sukaresmi.
Selama sehari penuh, sebanyak 70 keluarga yang memiliki penyandang difabel diberikan pelatihan berupa training rehabilitasi oleh narasumber Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik RSUD Berkah Pandeglang dr. H. Achmad Chubaesi, SpRM, M.Kes, dan training motivasi spiritual yang disampaikan Drs. Hidayat Rahman, M.Si yang juga Dosen Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Banten.
Kegiatan ini diikuti peserta yang mayoritas kepala keluarga yang mempunyai difabel sejak lahir diantara anggota keluarganya seperti difabel tanpa/sebelah kaki, tanpa/sebelah lengan, kelumpuhan, tuna wicara, baik anak-anak maupun dewasa.
Direktur Harfa Cabang Pandeglang Yudi Hermawan, SKM mengungkapkan, kegiatan ini merupakan tahun kedua lembaga yang dipimpinnya mengadakan berbagai kegiatan untuk mendukung aktivitas para difabel.
Yudi mengatakan kegiatan semacam ini sangat penting dilaksanakan guna mempersiapkan, terutama anak difabel yang harus tetap melanjutkan hidupnya, mencari ilmu dan berprestasi. “Saya percaya kita semua bisa. Kekurangan bukan untuk disesali, bukan pula menjadi halangan untuk berkarya,” tegas Yudi disela memberi sambutan saat training rehabilitasi dan motivasi yang digelar Harfa Pandeglang, di Gedung PGRI Kecamatan Sukaresmi, Kamis (16/1/2014).
Sementara itu, pada sesi training rehabilitasi yang dipaparkan dr. H. Achmad Chubaesi, SpRM, M.Kes, peserta diberi materi motivasi agar keluarga mampu mengenal diri penyandang difabel dengan menghilangkan kebiasaan-kebiasaan negatif dan membudayakan kebiasaan-kebiasaan positif sebagai bekal untuk kehidupan di masa yang akan datang.
“Kami mengarahkan motivasi untuk mengembangkan kemampuan fisik, mental dan sosial difabel agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar sesuai dengan bakat dan kemampuan seseorang. Itu ternyata bisa, sehingga kedepan mereka tidak menjadi ketergantungan dengan orang tuanya,” papar Achmad Chubaesi yang kerap dipanggil dokter Ubes itu.
Adapun pada sesi motivasi spiritual, peserta selain diberi pencerahan pemahaman Agama Islam juga ditampilkan film 'sukses story' para difabel. Menurut Ustadz Hidayat Rahman sentuhan agama sangat dibutuhkan bagi difabel dan para keluarganya, disamping terapi rehabilitasi medis bagi penyandang difabel. "Ini semua adalah ujian Allah SWT. Oleh karena itu kita dituntut bersabar atas ujian yang datang," ujar Sang Ustadz yang dalam motivasinya selalu membangkitkan semangat sekaligus memberi banyak harapan bahwa hal itu merupakan rahasia Allah.
Sekretaris Harfa Indah Prihanande, kegiatan dilaksanakan sebagai upaya mengubah pola asuh orang tua terutama perlakuan orang tua terhadap anak difabel selama ini yang belum mendidik.
"Kita berharap setelah keluarga mengikuti training, penyandang difabel bisa leluasa untuk bergerak di lingkungan setempat dan mau membantu difabel melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, seperti mengenakan baju, makan atau minum sendiri," jelasnya.
Dia mengungkapkan sudah banyak para difabel yang bisa hidup mandiri bahkan akhirnya sukses dalam pendidikan dan karier yang layak dicontoh, tidak hanya bagi kaum difabel, namun juga untuk orang yang memiliki kesempurnaan raga. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar