5 Mei 2012

Kadinkes Imbau Warga Tidak Panik DBD, Tapi Tetap Waspada


TERKAIT penyakit DBD yang terjadi di wilayah Ciekek Masjid Kecamatan Majasari, Kadinkes Pandeglang H. Iskandar menyatakan fihaknya telah mengambil langkah antisipasi dengan melakukan fogging (pengasapan) di lokasi kejadian dan rumah-rumah warga sekitar untuk membunuh nyamuk Aides Aigyfti. Dia juga mengatakan fihaknya telah menurunkan tim penyelidikan epidemiologi dari Bidang Penanggulangan penyakit Dinkes Pandeglang guna memastikan penyebab penyebaran DBD dan langkah efektif memutus rantai penyebarannya. “Penderita DBD saat ini sedang mendapat perawatan intensif di rumah sakit. Kami mengimbau warga tidak panik, tetapi harus tetap waspada,” katanya.
Dia mengakui tingginya tingkat perkembangan nyamuk Aides akan ada kecenderungan meningkatkatnya pula penyakit DBD di lingkungan warga. Oleh karena itu dia berharap warga lebih sadar akan pentingnya memberantas sarang nyamuk melalui kegiatan tiga M yakni mengubur, menutup dan  menguras tempat perindukan nyamuk secara berkala sepekan sekali.
Sementara itu soal penderita DBD yang meninggal, Kepala Puskesmas Majasari Mei Wijaya mengakui ada yang meninggal di wilayah kerjanya sepuluh hari yang lalu dan pernah mendapat perawatan di Puskesmas Majasari. “Ya berdasarkan laporan medical record Puskesmas yang meninggal 10 hari yang lalu, kemudian masuk lagi tiga hari yang lalu sebanyak empat orang penderita DBD lainnya ke Puskesmas Majasari, sekarang semua pasien sudah dirujuk ke RSUD Berkah untuk diberikan perawatan intensif”  kata Mei yang dihubungi, kemarin.
Ditambahkan, saat ini pihaknya terus memantau perkembangan penyakit DBD di wilayahnya sambil terus melakukan penyuluhan dan mengajak warga untuk menjaga lingkungan agar terhindar dari DBD.

Diinformasikan sebelumnya dari berbagai media : 
Selama sepekan terakhir, sedikitnya 5 orang warga Kampung Ciekek Masjid, Kelurahan Karaton, Kecamatan Majasari, terserang wabah penyakit deman berdarah dengue (DBD). Bahkan, Minggu (29/4) lalu, satu dari lima orang penderita dilaporkan meninggal dunia setelah menjalani perawatan secara intensif di Rumah Sakit (RS) Serang.
Sementara ke empat orang penderita DBB, yang hingga kemarin masih menjalani perawatan di RS Berkah Pandeglang itu, diantaranya Dede Hermawan (11), Gojali (13), Dede Ibad (11), dan Tiara (1,5). Sementara Ahmad Saiful Iman (10) meninggal dunia.
Orang tua salah seorang penderita DBD meninggal, Tati Suharti, menuturkan, sebelum meninggal, anaknya sempat mengalami deman yang cukup tinggi. Ketika itu Ahmad kemudian dibawa ke Puskesmas setempat untuk mendapat perwatan. Lalu, karena tidak ada perubahan anaknya kemudian di rujuk ke RS Berkah termasuk RS Serang.
"Anak saya sempat di rawat di Puskesmas, karena kondisinya semakin memburuk maka dibawa ke RS Berkah dan kemudian RS Serang. Tetapi tetap saja kesehatan anak saya tidak membaik, dan akhirnya meninggal dunia. Bahkan, sebelum meninggal sekitar pukul 13.00 WIB, anaknya Ahmad beberapa kali sempat mengeluarkan darah dari hidung, bahkan kondisi tubuhnya semakin panas,” paparnya, kemarin.
Sementara Iroh Rohayati (30), ibunda Dede Hermawan mengaku, anaknya sudah dirawat di RS sejak dua hari kemarin. Dikatakan, anaknya mengalami gejala sama seperti anak-anak lainnya di Kampung Ciekek yang menderita DBD.
“Pertamanya anak saya merasakan suhu tubuh yang sangat panas disertai pusing. Lalu kondisi kesehatan Dede terus menurun sehingga dibawa ke RS Berkah,” katanya.
Bukan KLB
Kepala Bagian (Kabag) Rekam Medis, RSU Berkah Pandeglang, Herul Haerullah mengatakan, kejadian DBD di Kampung Ciekek belum bias dikatagirokan sebagai kejadian luar biasa (KLB). Namun dirinya menghimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada dan menjaga kesehatan lingkungan agar terhindar dari berbagai penyakit.
Berdasarkan data RSU Berkah Pandeglang, kata Herul, pada tahun 2011 pihaknya mencatat sebanyak 189 kasus DBD. Sedangkan hingga Mei, pihaknya masih melakukan pendataan secara riil tentang kasus DBD di Pandeglang.
“Tercatat pada bulan Januari ada 18 kasus DBD, Februari 40 kasus DBD dan Maret terdapat 32 kasus DBD. Sedangkan data DBD pada April belum belum melihat data secara rinci,” ungkapnya.
Diterangkannya, wabah penyakit bisa dikatagorikan sebagai KLB jika kapasitas pasien di ruang rawat rumah sakit itu mencapai lebih dari 50 persen.
“Jika kapasitas pasien di ruang rawat itu sudah mencapai lebih dari 50 persen dengan penyakit yang sama dalam satu daerah, maka itu bias dikatakan sebagai KLB,” pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar