10 Okt 2014

Hari Kesehatan Jiwa Dunia, Perbaiki Stigma Penderita Skizofrenia

SKIZOFRENIA mungkin terdengar asing di telinga Anda. Namun, salah satu penyakit gangguan kejiwaan ini paling sering mendapat stigma negatif dari masyarakat.

Bersamaan dengan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia pada 10 Oktober 2014, momen ini sangat penting untuk menegaskan fakta dan menghilangkan mitos tentang penderita skizofrenia.

Saat ini, diperkirakan sekitar 26 juta orang di seluruh dunia akan mengalami skizofrenia dalam hidup mereka. Meskipun angka tersebut terbilang tinggi, masih banyak kasus yang diperkirakan tidak terdeteksi akibat kurangnya informasi yang keliru atau kurangnya dukungan dari masyarakat, terutama media.

Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang memengaruhi cara orang berpikir dan melihat dunia nyata di sekitar mereka. Gejalanya dapat berupa halusinasi dan delusi, di mana seseorang merasakan, melihat, atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak benar atau nyata terjadi. Kondisi tersebut pada akhirnya akan menyebabkan orang depresi dan menarik diri dari lingkungan.  

"Seperti yang dapat Anda bayangkan, ini bisa menjadi sangat menakutkan saat mereka pertama kali mulai mengalami gejala seperti mendengar suara-suara atau paranoid yang ekstrem. Hal ini juga bisa menyulitkan bagi mereka untuk membedakan antara apa yang mereka alami dan realitas yang sesungguhnya,” tutur Nigel Campbell, Direktur Komunikasi Rethink Mental Illness

Lebih lanjut, Campbell mengatakan, kondisi tersebut juga membuat bingung keluarga dan teman-teman yang mungkin tidak mengerti apa yang terjadi atau ke mana harus mencari tahu masalah yang diderita orang yang mereka sayangi.

Salah satu masalah terbesar yang dialami oleh orang dengan skizofrenia adalah stigma mengenai penyakit mereka. Beberapa penderita mungkin akan mendapati hubungan mereka dengan keluarga dan teman-teman menjadi renggang setelah mengetahui apa yang mereka alami.

Yang mengejutkan adalah orang dengan skizofrenia atau penyakit mental yang berat lainnya, rata-rata meninggal 20 tahun lebih awal daripada populasi umum dengan sebagian besar penyakit yang dapat dicegah, sebagaimana dikutip Huffingtonpost, Kamis (9/10/2014).

Menurut kampanye 20+ Rethink, hal ini terjadi karena penderita penyakit jiwa yang serius tidak mendapat pemeriksaan fisik kesehatan secara teratur dan tanda-tanda masalah kesehatan fisik sering kali terlewat saat mereka mencari bantuan.

Tidak ada satu obat pun yang dapat mengobati skizofrenia, namun kombinasi obat dan terapi bicara sering diresepkan. Jika yakin Anda atau orang yang dicintai mengalami gejala seperti yang telah disinggung sebelumnya, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengunjungi dokter umum.

Selain menakutkan bagi orang yang mengalami gejala skizofrenia, gangguan ini juga terbilang menantang bagi orang-orang yang hidup bersama penderita. Dengan demikian, disarankan juga kepada siapa saja yang akan membantu penderita skizofrenia agar dapat mencari bantuan untuk diri mereka sendiri.

Hal yang paling penting untuk diingat tentang skizofrenia adalah bahwa tidak ada hukuman seumur hidup untuk penyakit ini.

"Dukungan yang tepat dapat memulihkan penderita skizofrenia. Sekitar setengah dari semua orang yang didiagnosis skizofrenia pulih setelah satu atau dua episode. Kunci dari kesembuhan adalah mendapatkan perawatan sedini mungkin," tutup Campbell.

Sumber : okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar