TOGA atau yang lebih
dikenal dikalangan masyarakat sebagai Tanaman Obat Keluarga merupakan salah
satu warisan budaya lokal. Keberadaannya sudah sejak dulu dimanfaatkan sebagai
apotik hidup, bahkan dalam jumlah besar menghasilkan manfaat ekonomi.
Seiring
dengan perkembangan jaman, TOGA sudah dilupakan sebagian masyarakat. Hal itu disebabkan
oleh sebab karena semakin tersedianya obat-obatan buatan pabrikan.
Namun
tidak dengan warga Desa Karyawangi Kecamatan Pulosari. Di Kampung Cijolang
tenpat dimana Lomba TOGA tingkat Provinsi Banten digelar, sebagian besar
warganya gemar menanam TOGA. Alhasil berkat kebiasaannya tersebut Kampung
Cijolang Desa Mekarwangi diwakili oleh kelompok tani wanita memperoleh predikat
juara I dalam lomba TOGA tingkat Provinsi Banten.
Raihan
sebagai juara TOGA. menurut Kepala Seksi Promosi Kesehatan Dinkes Pandeglang
tidak terlepas dari peran tenaga promosi kesehatan di Puskesmas. “TOGA itu
dikembangkan di Puskesmas sebagai salah satu upaya kesehatan berbasis
masyarakat (UKBM) yang menitikberatkan pada pemanfaatan tanaman obat sebagai
apotik hidup,” kata Asep Hardiansyah, kemarin.
Dia
menilai peran aktif warga setempat dalam pemanfaatan TOGA patut diapresiasi,
sehingga menjadi contoh bagi warga sekitar lainnya untuk mengembangkan TOGA
yang ditanam di halaman maupun dalam pot (Tabulapot).
Dijelaskan banyak jenis TOGA yang ada di sekitar
kita seperti jebug, sambiloto, sereh,
pagagan, singgugu, jahe, temulawak, pecah beling, rosela, sembung, kumis
kucing, kunyit, lengkuas, handeuleun, mengkudu, sirsak, pepaya, belimbing
wuluh, buah honje, jambu biji, mahkota dewa dan banyak lagi yang terdapat
disekitar rumah.
“Semua ada manfaatnya bagi kesehatan maupun
pengobatan penyakit,” tandasnya. (mr.adesetiawan@gmail.com)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar