KABAR serangan
Tomcat yang menghiasi pemberitaan media
massa tak pelak membuat sebagian warga khawatir. Serangan serangga sejenis kumbang
yang termasuk Ordo coleoptera (sub ordo
rove beetle) ini dikabarkan sudah terjadi
di wilayah Banten khususnya daerahTangerang Raya hingga Kabupaten Lebak
baru-baru ini.
Belum diketahui persis dampak serius bagi kesehatan
manusia dari serangan kumbang kecil yang sebetulnya akrab dengan kehidupan para
petani di sawah ini. Pasalnya, kumbang kecil ini lebih dikenal sebagai predator (pemangsa red) hama wereng.
“ Habitat Tomcat atau dalam bahasa Indonesia disebut
semut semay atau kumbang rove banyak ditemui areal persawahan atau pertanian karena
merupakan rantai makanan ekosistem sebagai
predator, jadi keberadaannya bermanfaat, dan terdapat diseluruh wilayah
Indonesia” jelas Kepala Bidang Sumberderdaya Kesehatan (Kabid SDK) Dinkes
Pandeglang Akhrul Aprianto, SKM, MSi., di Kantornya Selasa (27/3).
Menurut Akhrul yang juga Master Entomolog (ahli serangga red) lulusan S-2 IPB tahun 2002
ini, serangga dari Spesies Paederus Littorarius,
Genus Paederus dan masuk dalam keluarga (Famili) Stapehylinidae diyakini tidak berbahaya bagi kesehatan manusia.
Dia tidak tahu dari mana asal muasal istilah Tomcat
beredar di media, namun sepengetahuannya kumbang yang dalam bahasa sunda sering
disebut Cocopet tidak menggigit manusia, namun memang dalam tubuhnya mengandung
cairan toksin sejenis Paedaris (cairan putih bening mengandung rumus kimia
C2H4509N red).
“Memang cairan itu dapat mengakibatkan kemerah-merahan
hingga iritasi kulit, tetapi akan hilang tanpa diobati empat sampai tujuh hari
dan sembuh,” jelasnya.
Untuk itu, dia mengimbau untuk pencegahan, kumbang
yang hinggap ditubuh jangan dimatikan karena cairan tubuhnya akan mengenai kulit.
“Jika hinggap cukup disentil saja. Kalau
sudah terlanjur cairan kumbang menyentuk kulit segera basuh dengan air bersih
pakai sabun,” paparnya.
Dalam kasus permukaan kulit orang yang lebih sensitif
hingga timbul iritasi berat, ujar Akhrul penderita dapat diobati dengan salep Hydrocortison yang banyak tersedia di
puskesmas. Akhrul menambahkan, hingga saat ini belum ada laporan kasus serangan
Tomcat baik dari puskesmas rumah sakit. “Persediaan salep di Puskesmas dan
rumah sakit saya kira banyak, dan untuk kasus ini kita sediakan secara gratis,”
katanya.
Soal penyebaran dibeberapa daerah yang sudah memasuki
area perumahan, Akhrul menengarai hal itu disebabkan karena lahan areal pertanian
sawah yang semakin berkurang, namun dia meyakinkan Tomcat tidak bisa terbang seperti
layaknya nyamuk atau lalat, karena sayapnya sangat tipis.
“Mungkin juga karena cuaca ekstrim terbawa
angin sehingga hinggap diarea pemukiman penduduk sekitar,” urainya. (mr.adesetiawan@gmail.com)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar